
Rupiah Perkasa Dibantu Amerika, Luhut pun Kirim Pujian

Jakarta, CNBC Indonesia -Nilai tukar rupiah masih perkasa terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan keempat Desember.
Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (22/12/2023), nilai tukar rupiah ditutup di posisi Rp15.480/US$ atau terapresiasi 0,26%. Penguatan ini mematahkan tren pelemahan yang terjadi dua hari beruntun sejak 20 Desember 2023.
Dalam sepekan, nilai tukar rupiah menguat 0,06%. Penguatan ini memperpanjang tren positif rupiah yang juga menguat 0,1% pada pekan sebelumnya.
Penguatan rupiah ditopang oleh faktor eksternal dan internal. Dari dalam negeri, sentimen datang dari keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan di level 6,00% pada Kamis pekan ini. Kebijakan BI ini sudah sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar.
Dari eksternal, sentimen positif datang dari ambruknya dolar AS, ekspektasi kebijakan suku bunga di Amerika Serikat, serta derasnya capital inflow. Indeks dolar anjlok ke level terendah hampir lima bulan ke 101,69 pada akhir pekan ini.
Dolar melemah sejalan dengan menguatnya ekspektasi pelaku pasar mengenai kebijakan dovish bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Perangkat Fed Watch Tool memperkirakan The Fed sudah mulai memangkas suku bunga pada Maret tahun depan. Investor yang semula mengendapkan modal di AS pun kini memilih investasi dengan imbal hasil lebih menarik dari di luar AS, termasuk instrumen berdenominasi rupiah seperti mata uang rupiah, saham di Indonesia, dan Surat Berharga Negara (SBN).
Ekspektasi pasar membuat aliran modal asing ke Indonesia kencang. Data BI merujuk pada transaksi 18-21 Desember 2023 mencatat adanya beli neto sebesar Rp 6,377 triliun dari investor asing di pasar keuangan Indonesia.
Investor asing mencatat jual neto sebesar Rp 0,12 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto sebesar Rp 1,52 triliun di pasar saham, serta beli neto sebesar Rp 4,97 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Stabil dan perkasanya rupiah diakui oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Menurut Luhut, di tengah gejolak perekonomian dunia, Indonesia merupakan negara yang cukup besar. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai tukar mata uang (currency) selama 20 tahun belakangan ini yang cukup kuat dan stabil.
"Dengan gejolak perekonomian dunia ini, kita lihat 20 tahun terakhir ini stabilitas rupiah kita salah satu yang stabil di dunia datanya ada. Ini anda lihat, kita bicara data, kita salah satu negara yang stabil," ujar Luhut dalam konferensi pers virtual "Program Kerja Kemenko Marves Tahun 2023 beserta Capaian dan Hasil Evaluasinya" pada Jumat (22/12/2023).
Rupiah bukan satu-satunya yang menguat pada pekan ini. Mata uang Asia lainnya juga menguat tajam. Baht Thailand menjadi mata uang utama Asia dengan penguatan tertajam yakni 1,03% disusul dengan ringgit Malaysia sebesar 0,84%.
Di tengah penguatan, terdapat mata uang yang melemah seperti yuan China dan yen Jepang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]