Breaking News

Harga Batu Bara Terbang 4% Lebih, Rekor Terbaik Sebulan

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
01 December 2023 08:15
batu bara kapal tongkang
Foto: Detikcom

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara melesat 4,38%, menembus level psikologis US$ 130 per ton. Kenaikan ini menjadikan harga batu bara dapat menembus level tertinggi sejak 30 Oktober 2023.

Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Januari ditutup di posisi US$ 133,5 per ton atau melesat 4,38% pada perdagangan Kamis (30/11/2023). Posisi penutupan kemarin adalah yang tertinggi sejak akhir Oktober 2023 atau sebulan terakhir. Kenaikan ini menjadikan sentimen positif untuk harga si pasir hitam di akhir November.

Kenaikan harga disebabkan oleh India memproduksi listrik dari pembangkit batu bara dalam jumlah terbesar pada Oktober 2023 untuk menutupi kekurangan pembangkit listrik tenaga air akibat rendahnya curah hiujan.

Batubara tetap menjadi hal yang penting bagi ketahanan energi di India meskipun pembangkit listrik tenaga angin dan surya telah berkembang dengan cepat, untuk menunjukkan adanya komitmen dalam mengurangi emisi.

Terlepas dari ambisi yang diungkapkan pada konferensi iklim PBB di Dubai, di masa mendatang, India akan bergantung pada tambang dan jaringan kereta api untuk memenuhi permintaan listrik yang meningkat pesat dan menjamin keandalannya.

Total permintaan listrik yang terpenuhi meningkat sebesar 24 miliar kilowatt-jam (kWh) (+21%) pada Oktober 2023 dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya.Namun pembangkit listrik tenaga air turun sebesar 5 miliar kWh (-30%) karena curah hujan monsun yang sangat rendah menghabiskan sumber daya air.

Beralih ke China, kenaikan harga diakibatkan oleh China yang menggunakan batu bara menimbulkan keraguan terhadap janji-janji iklim Presiden China, Xi Jinping. Ketergantungan yang terus-menerus pada bahan bakar berisiko menghambat kemajuan negara ini dalam mengembangkan teknologi ramah lingkungan.

Tiongkok adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, menyumbang sekitar 30 persen dari total emisi global, karena ketergantungan besar pada industri berbahan bakar batu bara dan pembangkit listrik. Namun negara ini mengembangkan energi terbarukan dengan pesat.

Konsumen batu bara terbesar global ini masih belum mampu terlepas dari 'candu' batu bara. Pasalnya, komoditas ini meskipun memiliki emisi yang relatif lebih tinggi dibanding EBT yang masih dikembangkan, Di sisi lain, secara efisiensi dalam menghasilkan listrik batu bara juga masih yang paling efisien, sehingga menjadi pilihan utama energi China.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation