Harga Batu Bara Ambruk Karena China Berpaling ke Energi Hijau

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
14 November 2023 07:10
Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)
Foto: Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali ambruk, setelah menguat selama empat hari beruntun. Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Desember ditutup di posisi US$ 126,5 per ton atau terkoreksi 2,3% pada perdagangan Senin (13/11/2023).

Pelemahan ini menjadi kabar buruk awal pekan ini akibat kegagalan harga batu bara menembus level psikologis US$130 per ton. Sentimen ini menjadikan adanya kemungkinan harga akan terus terpuruk akibat pelaku industri yang menahan pembelian saat harga batu bara meningkat, seiring dengan pasokan yang sudah memadai

Pelemahan harga batu bara disebabkan oleh kebijakan China menumpuk gas ala daripada batu bara serta upaya Tiongkok meningkatkan porsi energi hijau.

China sebagai pengguna energi terbesar di dunia sedang memposisikan dirinya sebagai pedagang komoditas energi untuk memperoleh keuntungan. Melansir Reuters, Tiongkok semakin banyak menjual gas alam cair (LNG) ke pembeli Asia lainnya karena ingin mendapatkan keuntungan dari perubahan harga.

Data bea cukai Tiongkok menunjukkan bahwa China telah menambah pasokan dari impor sebanyak 617.000 ton LNG selama sembilan bulan pertama tahun ini, dibandingkan dengan 576.000 ton pada tahun 2022, 26.000 ton pada 2021, dan 59.000 ton pada 2020.

Penjualan LNG Tiongkok meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan Asia setelah gangguan ekspor Rusia ke Eropa akibat perang Ukraina memicu ketidakstabilan harga dan memperketat pasokan secara global.

Tingginya pasokan LNG China sebagai substitusi batu bara menjadikan permintaan si pasir hitam yang juga tertahan. Persoalan ini menjadikan permintaan batu bara yang rendah, sehingga sisi pasokan lebih besar dibanding permintaan.

China juga terus meningkatkan kapasitas listrik dari energi bersihnya sehingga diperkirakan akan menekan permintaan batu bara ke depan. 

Data terbaru menunjukkan investasi untuk kontrak pengadaan listrik tenaga surya dan angina akan berkontriibusi sebsar 45% dari total pengembangan energi China ke depan.
Angka ini naik tajam dibandingkan 2022 yang tercatat 26% dan 2021 yang tercatat 15%.
Tidak tercatat apapun mengenai investasi listrik tenaga batu bara ke depan.

Beralih ke India, The Hindu Business Line mencatat Kementerian Batubara India pada hari Senin mengatakan bahwa stok telah mulai menumpuk di pembangkit listrik, dengan cadangan kumulatif seluruh India mencapai 73,56 juta ton, termasuk cadangan di lokasi tambang, dalam perjalanan dan di tambang penampung.

Tingginya pasokan batu bara India turut menjadi penyebab koreksi harga, sehingga tingkat impor batu bara mengalami penurunan.

Sentimen dari kedua konsumen batu bara terbesar dunia ini telah cukup mempengaruhi pergerakan harga. Pasalnya, dua raksasa ekonomi Asia ini mengonsumsi batu bara sebesar 67% dari total seluruh dunia.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation