CNBC Indonesia Research

Buat Para Pemburu Dividen, Boleh Nih Pantau Saham-saham Ini

trp, CNBC Indonesia
13 November 2023 08:20
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten yang masuk dalam indeks IDXHIDIV20 bisa memberikan peluang cuan berupa dividen yang rutin dan dengan imbal hasil (dividend yield) tinggi. Beberapa di antaranya memiliki valuasi yang murah (undervalued).

Informasi saja, IDXHIDIV20 adalah indeks di bursa saham yang mengukur kinerja harga dari 20 saham yang membagikan dividen tunai selama 3 tahun terakhir dan memiliki dividend yield yang tinggi.

Dari 20 saham tersebut, setidaknya ada 10 saham dengan valuasi murah. Ini dilihat lewat rasio perbandingan antara harga saham dengan laba perusahaan atau lazim disebut dengan price-to earnings ratio (PER).

Sebagai patokan, hanya emiten dengan PER di bawah 10 kali saja yang dimasukkan ke dalam daftar di bawah ini.

Dari 10 saham tersebut, mayoritas atau posisi 6 teratas, merupakan saham-saham yang berkaitan dengan tambang batu bara maupun penyedia alat berat tambang.

Saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) memiliki rata-rata dividend yield 8,09% dalam 5 tahun. Tentu, sebuah angka yang cukup besar. Apalagi, ADRO rajin membagikan dividen (setidaknya dalam 5 tahun terakhir).

Angka PER ADRO juga murah, yakni 3,15 kali. Ini, seperti emiten batu bara lainnya, berkat melonjaknya laba perusahaan pasca commodities boom 2022 dan juga seiring harga saham yang merosot tajam usai berpesta di tahun lalu. Saham ADRO anjlok 35,58% sejak awal tahun (year to date/YtD).

Ini terlihat dari melorotnya kinerja 9 bulan 2023 Adaro akibat pertumbuhan tinggi di 2022.

ADRO mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$1,21 miliar (Rp19,42 triliun) hingga kuartal III-2023. Jumlah ini 35,96% menurun dari periode yang sama setahun sebelumnya sebesar US$1,90 miliar (Rp30,33 triliun).

Penurunan kinerja bottom line ini tidak terlepas dari penurunan kinerja top line yang mana pendapatan usaha tercatat turun 15,76% menjadi US$4,98 miliar (Rp79,38 triliun) pada kuartal III-2023. Keterangan resmi perusahaan menjelaskan bahwa produksi dan penjualan masing-masing naik 12% dan 11% menjadi 50,73 juta ton dan 49,12 juta ton, yang diofset dengan penurunan 25% pada harga jual rata-rata (ASP).

Sementara itu, beban pokok pendapatan naik 17% menjadi US$2,99 miliar dari yang setahun sebelumnya sebesar US$2,54 miliar. Kenaikan ini terutama karena beban royalti perusahaan lebih tinggi daripada pada periode yang sama tahun lalu.

Selain ADRO, raksasa batu bara lainnya, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) juga rajin membagikan dividen. Bahkan,rerata imbal hasil dividennya selama 5 tahun mencapai 17,35%.

Seperti ADRO, PER ITMG juga murah, hanya 3,35 kali. Sementara, saham ITMG sudah turun tajam hingga 36,32% YtD.

ITMG juga mengalami penurunan laba bersih hingga 54,6% secara YoY menjadi US$ 405,83 juta selama 9 bulan 2023.

Seiring dengan bottom line tertekan, ITMG mencatatkan pendapatan senilai US$ 1,83 juta, turun angka ini menurun 30,18% YoY.

Nama-nama emiten tambang dan alat berat lainnya, BSSR hingga PTBA juga terbilang murah.

Kinerja saham batu bara pada tahun ini, seperti saham siklikal (cyclical) lainnya yang bergantung pada siklus lantaran sifat industri yang price-taker (tidak mampu menentukan harga semaunya) bukan price-maker (memiliki kekuatan pricing), tidak akan segila tahun lalu.

Harga batu bara yang masih belum kembali uptrend membuat saham batu bara masih belum kembali bertenaga.

Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Desember ditutup di posisi US$ 129,50 per ton pada penutupan perdagangan Jumat (10/11/2023).

Sepanjang tahun 2023 harga batu bara telah terkoreksi 66,76% dari penutupan akhir tahun 2022 di level US$ 389,6 per ton.

Investor saham batu bara tampaknya masih harus bersabar untuk menunggu momentum baru, ciri khas saham cyclical. Ini juga bisa dilakukan dengan mengoleksi secara perlahan saham-saham tersebut di valuasi murah.

Di samping nama-nama batu bara di atas, ada 4 nama lain yang juga menarik untuk disimak, yakni raksasa consumer goods Grup Salim PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang memiliki PER 5,88 kali, dua bank regional (BPD) BJBR dan BJTM hingga bank swasta BNGA.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(trp/trp)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation