Sectoral Insight

Jajan Warga RI Turun, Indofood Cs Jadi Kurang Darah

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
08 November 2023 14:45
Warga memadati Pusat Perbelanjaan Kota Kasablanka, Sabtu (20/5/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Warga memadati Pusat Perbelanjaan Kota Kasablanka, Sabtu (20/5/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia -Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2023 berada di bawah 5% dengan tumbuh 4,94% secara tahunan (year on year/yoy), sedangkan secara kuartalan (quartal to quartal/qtq) tumbuh 1,60%, dan secara kumulatif tumbuh 5,05%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2023 yang sebesar 4,94% adalah yang terendah dalam tiga kuartal terakhir.

Berdasarkan sumber pertumbuhannya, dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi faktor pendorong dominan, dengan pertumbuhan sebesar 5,06% (yoy) dan sumbangannya ke total ekonomi sebesar 52,62%. Namun pertumbuhannya lebih rendah dari kuartal II 2023 sebesar 5,22%.

Pelemahan konsumsi ini karena faktor-faktor pendorong konsumsi musiman, seperti hari raya keagamaan Idul Fitri dan Idul Adha, maupun acara internasional dan nasional yang terjadi pada kuartal II 2023, dan tidak terjadi lagi pada kuartal III.

Pelemahan konsumsi masyarakat terutama terjadi pada pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya. Kelompok tersebut hanya tumbuh 3,59% pada Juli-September 2023, jauh di bawah periode April-Juni yang tercatat 7,02%. Penurunan pertumbuhan juga terjadi untuk kesehatan dan pendidikan, serta restoran dan hotel.

Kelompok pengeluaran yang naik adalah makanan, dan minuman, selain restoran.

Konsumsi menyumbang sekitar 53% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sehingga melemahnya konsumsi akan berdampak besar terhadap ekonomi.  Perlambatan konsumsi sudah tercermin dari pergerakan saham di sektor konsumer. Mayoritas saham konsumer juga turun pada periode Juli-September 2023.

Sedangkan ekspor, impor, dan konsumsi pemerintah terkontraksi. Ekspor turun hingga minus 4,26% meski porsinya ke PDB sebesar 21,26%. Lalu konsumsi pemerintah minus 3,76% dengan porsi 7,16% terhadap PDB dan impor yang minus 6,18% dengan kontribusi minus 19,57%.

Ekspor mengalami kontraksi pada ekspor barang nonmigas seperti bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, dan mesin/peralatan listrik. Sedangkan ekspor barang migas, seperti gas alam, hasil minyak dan minyak mentah.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komoditas batu bara, nikel, Crude palm oil atau minyak kelapa sawit pada kuartal III 2023 lebih rendah dibandingkan kuartal II 2023 dan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya. Dimana batu bara secara tahunan (yoy) turun 5,25%, kemudian Crude Palm Oil (CPO) terkontraksi 6,29%, dan nikel naik sebesar 22,88%.

Penurunan ekspor batu bara RI tercemin dari hasil kinerja beberapa emiten di BEI yang telah merilis hasil kinerjanya periode Juli-September 2023.

Penurunan ekspor pada komoditas CPO juga tercermin pada beberapa emiten CPO yang juga mengalami penurunan kinerja periode Juli-September 2023.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation