Sri Mulyani Was-Was dengan Harga Komoditas, Sengeri Ini

mae, CNBC Indonesia
26 October 2023 15:30
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memaparkan APBNKITA edisi Oktober 2023. (Tangkapan Layar Youtube Ministry of Finance Republic of Indonesia)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memaparkan APBNKITA edisi Oktober 2023. (Tangkapan Layar Youtube Ministry of Finance Republic of Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas andalan Indonesia makin melandai. Pelemahan ini bisa berdampak besar mulai dari pertumbuhan, pendapatan negara, ekspor, hingga kemampuan daya beli masyarakat.

Harga komoditas terbang pada tahun lalu sebagai imbas dari perang Rusia-Ukraina. Harga komoditas andalan Indonesia seperti batu bara, minyark sawit, hingga nikel perlahan-lahan melandai tahun ini.

Merujuk data Refinitiv, harga batu bara pada penutupan perdagangan Rabu (25/10/2023) ditutup di posisi US$ 133,25 per ton, anjlok 64,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) juga jatuh. Harga CPO lebih ditutup di posisi MYR 3,679 per ton, 10,7% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.


Bila dirata-rata, harga batu bara pada Oktober 2023 tercatat US$ 144,75 per ton, jauh lebih rendah dibandingkan Oktober 2022 di angka US$ 389,78 per ton.  Harga CPO mencapai MYR 3.690,67 per ton pada Oktober 2023, lebih rendah dibandingkan Oktober tahun lalu di angka MYR 3.892,1 per ton.

Harga komoditas andalan Indonesia lainnya yakni nikel juga terus turun. Harga nikel kini berada di kisaran US$ 18.000 per ton, jauh dibandingkan pada level tertingginya pada Maret 2022 yang tercatat US$ 48.241 per ton.

Harga Komoditas Jeblok, Ekspor Melandai
Semakin melandainya harga komoditas tidak bisa dilepaskan dari normalisasi pasar dan melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Melandainya harga komoditas akan menggerus ekspor serta pendapatan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari komoditas, seperti di Kalimantan dan Sumatera.

Data Badan Pusat Statistik (BPS), secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-September 2023 mencapai US$192,27 miliar. Nilai tersebut turun 12,34% dibanding periode yang sama tahun 2022

Nilai ekspor batu bara Januari-September 2023 tercatatUS$ 26,12 juta miliar atau ambruk 24,25% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara volume, ekspor batu bara periode Januari-September naik 1,4% menjadi 273,8 juta ton dibanding tahun sebelumnya (yoy).

Nilai ekspor CPO pada Januari-September 2023 mencapai US$ 17,3 miliar atau jeblok 15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebagai catatan, nilai ekspor CPO dan batu bara menyumbang sekitar 30% kepada total ekspor Indonesia.

Komoditas Jeblok, Pendapatan Negara Turun
Data Kementerian Keuangan menunjukkan penerimaan bea keluar hanya mencapai Rp 8,2 triliun. Angka tersebut jeblok 78,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Bea keluar produk sawit ambruk 82,1% (year on year/yoy) pada Januari-September 2023 karena harga CPO yang lebih rendah meskipun volume ekspor tumbuh.

Sementara itu, bea keluar tembaga jeblok 54,3% pada Januari-September 2023 karena penurunan volume ekspor.
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sumber Daya Alam nonmigas tercatat mencapai Rp 106,5 triliun per akhir September 2023. Angka ini telah melampaui 164,4% dari target APBN 2023. Kendati melampaui target, penerimaan PNBP ini tidak setinggi pertumbuhan 295,1% pada Januari 2023.

Penerimaan bea keluarFoto: Kementerian Keuangan
Penerimaan bea keluar

 

"Kenapa karena SDA yang nonmigas itu kontribusinya sangat besar melebih target yaitu 64,4%, terutama ketika batu bara yang harganya turun. Kita memberikan tarif royaltinya naik sehingga PNBP lebih tinggi ini diatur dalam PP No.26/2022," kata Sri Mulyani, dalam konferensi pers APBN Kita edisi Oktober, Rabu (25/10/2023).

Sebagai catatan, lonjakan harga komoditas pada tahun lalu membuat pemerintah mendapatkan durian runtuh. Pemerintah memperoleh tambahan pendapatan sekitar Rp 420 triliun dari kenaikan harga komoditas.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation