
Mau Cuan? Ini Racikan Saham Defensif di Saat Dunia Bergejolak

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten consumer goods cenderung melesat selama perdagangan Selasa (17/10/2023) di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sideways dan indeks elite LQ45 yang lesu.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) melonjak 6,33% ke posisi Rp4.200/saham. Dengan ini, saham CMRY sudah melesat selama 3 hari beruntun.
Dalam sepekan, saham CMRY melompat 13,51%, menembus garis moving average (MA) 50 dan 20.
CMRY dikenal karena inovasi produknya. Mereka ekspansi ke pasar susu yang lebih besar, terus menghadirkan produk baru, dan punya prospek pertumbuhan yang menjanjikan. CMRY memiliki pangsa pasar besar dalam yogurt dan daging olahan.
CMRY juga membidik pasar susu yang besar dengan pangsa pasar saat ini yang masih di bawah 5%. CMRY adalah produsen yogurt terbesar dalam negeri dengan pangsa pasar sebesar 71,9% untuk pasar yogurt yang bisa dimakan dengan sendok.
Saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga melejit 5,44% ke Rp26.650/saham, membuat kenaikan saham emiten produsen rokok ini naik 3 hari berturut-turut.
Kemudian, saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) juga terapresiasi 4,93% dan 3,69%.
Saham HMSP dan MYOR juga bergerak ke utara dengan naik 2,35% dan 1,92%.
Investor tampaknya mencari saham-saham consumer goods yang termasuk defensive stock di tengah ketidakpastian ekonomi makro, termasuk perang antara Israel dan militan Palestina Hamas.
Ekspektasi akan lebih banyak stimulus pengeluaran pada kuartal keempat 2023 juga menjadi pertanda baik bagi saham konsumen.
Khusus untuk saham rokok, kinerjanya berhasil mencatatkan kinerja solid selama semester I-2023.
HMSP mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,74 triliun pada semester I-2023. Jumlah ini naik 18,69% dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 3,04 triliun.
Kemudian, PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) mencatat laba bersih hingga semester I 2023 naik 243,9% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 3,28 triliun.
Laba bersih GGRM melesat di tengah pendapatan yang merosot. Perusahaan milik Susilo Wonowidjojo ini mengantongi pendapatan Rp 55,85 triliun, turun 9,43% yoy.
Produksi rokok diharapkan meningkat menjelang masa kampanye pemilihan umum (pemilu) 2024 yang akan mulai digelar pada pertengahan November 2023. Secara historis, produksi rokok biasanya melonjak menjelang kampanye pemilu. Ini tentu kabar baik untuk emiten rokok.
Pada musim kampanye 2019 yang berlangsung pada September hingga April, rata-rata produksi rokok mencapai 29,6 miliar batang. Padahal, pada periode September 2017-April 2018 hanya tercatat 24,36 miliar batang.
Namun, masih ada downside risk yang membayangi yang bisa menjegal emiten rokok kembali perkasa, yakni risiko daya beli masyarakat yang lemah seiring adanya dan menyebabkan downtrading (peralihan ke rokok yang lebih murah).
IHSG sendiri hanya naik 0,25% dalam sepekan belakangan, sedangkan LQ45 merosot 1,27% dalam periode yang sama.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(trp/trp)