
Perang Israel Makin Memanas, Intip 7 Saham Minyak Ini

1. Harga minyak mentah dapat melonjak tajam jika ketegangan di Timur Tengah terus meningkat, rumah bagi hampir sepertiga pasokan minyak global
2. Terdapat tujuh saham minyak mentah dan pendukungnya dengan fundamental baik dan sebagian masih undervalued
3. Indonesia masih mengandalkan impor minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri
Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi di Gaza makin mencekam. Kini Israel mempersiapkan serangan darat saat Gaza memerangi krisis kemanusiaan. Pasukan Pertahanan Israel telah mengerahkan personel dan peralatan militer di perbatasan, dan pada hari Sabtu dikatakan bahwa mereka sedang bersiap untuk memperluas serangan udaranya dengan "serangan yang terintegrasi dan terkoordinasi dari udara, laut dan darat."
Tidak ada serangan darat skala besar ke Gaza yang diumumkan, namun militer Israel telah memberitahu warga sipil di Kota Gaza dan bagian lain di Gaza utara untuk pergi ke selatan. Militer Israel mengatakan perintah tersebut ditujukan untuk keselamatan warga sipil saat menyerang Hamas.
PBB mengatakan ada 1 juta orang yang diminta meninggalkan Gaza yang padat penduduk, yang luasnya mencapai 139 mil persegi.
Krisis kemanusiaan sedang terjadi di Gaza ketika ratusan ribu warga Palestina melarikan diri dari wilayah utara ke selatan, mengindahkan peringatan Israel untuk mengungsi sebelum antisipasi invasi darat. Pilihan mereka untuk mencari keamanan sangat terbatas.
Pembalasan Israel terjadi setelah Hamas, yang menguasai Gaza, melakukan serangan teroris terburuk di Israel dalam beberapa dekade seminggu yang lalu, serangan terkoordinasi di kibbutzim sebuah festival musik dan jalan-jalan kota.
Setidaknya 1.300 orang termasuk 265 tentara tewas di Israel dalam serangan teroris dan lebih dari 3.300 orang terluka. Di Gaza, lebih dari 2.200 orang tewas dan 8.000 orang terluka.
![]() |
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) telah melacak kematian dalam konflik Israel-Palestina sejak tahun 2008 menunjukkan bahwa 5.600 warga Palestina tewas hingga tahun 2020 sementara 115.000 lainnya terluka. Sementara 250 warga Israel tewas dalam periode yang sama dan sebanyak 5.600 orang terluka.
Kekerasan sangat tinggi pada tahun 2014 ketika Israel melakukan Operasi Pelindung Tepi di Gaza sebagai tanggapan atas penculikan dan pembunuhan tiga remaja. Kampanye tersebut berlangsung selama tujuh minggu dan mengakibatkan lebih dari 2.000 kematian, sebagian besar di antaranya adalah warga Gaza. Protes besar juga meletus pada tahun 2018 di sepanjang perbatasan Israel-Gaza yang menyebabkan lebih dari 28.000 warga Palestina terluka.
Perang berkelanjutan antara Israel-Palestina berpotensi mendorong kenaikan harga minyak mentah bumi.
Pada perdagangan Jumat (13/10/2023), harga minyak mentah WTI ditutup melonjak 5,77% di posisi US$87,69 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent ditutup naik 5,69% ke posisi US$90,89 per barel.
Dalam sepekan minyak mentah WTI menguat 5,92%, begitu juga dengan minyak mentah brent terapresiasi 7,46%. Dan secara tahunan (ytd) minyak mentah WTI berhasil naik 9,26%, begitu juga dengan minyak mentah brent menguat 5,80%.
Kenaikan harga minyak yang berkepanjangan tentunya akan berdampak pada kenaikan barang-barang dan jasa yang mengakibatkan kenaikan inflasi.
Diketahui Indonesia adalah salah satu importir minyak mentah. Impor migas Indonesia lebih besar dibandingkan ekspor. Indonesia masih mengandalkan impor minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri.
Menurut data Direktorat Jenderal Bea Cukai yang diolah Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2022 Indonesia mengimpor minyak mentah sekitar 15,26 juta ton. Volume impor ini meningkat sekitar 10% dibanding 2021.
Pada 2022 Indonesia paling banyak mengimpor minyak mentah dari Nigeria, dengan volume 5,68 juta ton. Sementara Arab Saudi menjadi pemasok terbesar nomor dua, dengan volume 4,19 juta ton. Sepanjang 2022 harga minyak mentah di pasar global mengalami fluktuasi cukup tajam.
Kemudian berdasarkan volume dan juga nilai ekspor dan impor migas periode Januari hingga September 2023, bahwa Indonesia menunjukan angka impor lebih besar dibandingkan ekspor. Meskipun pertumbuhan impor Indonesia dalam segmen migas masih fluktuatif.
Potensi kenaikan harga minyak mentah dunia dapat meningkatkan nilai impor Indonesia dari segmen migas. Dengan melonjaknya harga minyak akan menarik perhatian para investor untuk melirik saham minyak mentah dan pendukungnya.
Adakah saham mnyak mentah yang masih murah dan memiliki fundamental baik?
Tim riset CNBC Indonesia merangkum kinerja tujuh saham minyak mentah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki transaksi saham yang cukup volatile.
Hingga laporan keuangan per Juni 2023, dari ketujuh emiten minyak mentah dan pendukungnya terdapat empat emiten yang masih undervalued dengan PBV dibawah satu yakni ELSA, PGAS, ENRG dan APEX.
Secara sektoral, emiten-emiten minyak mentah dan pendukungnya dapat dikatakan murah jika berada di bawah PER 10 saat ini.Sehingga ELSA, PGAS dan ENRG kembali dapat dikatakan murah secara sektoral.
Namun dalam menghasilkan margin MEDC paling tinggi dengan margin 42,11%, disusul ENRG di 35,40%, kemudian PGAS, APEX dan RAJA di kisaran 20%. Sedangkan ELSA dan AKRA hanya mampu mencatatkan margin sebesar 9%.
Dalam menghasilkan laba bersih, MEDC, ENRG dan RAJA berada di Net Profit Margin (NPM) yang baik diatas 10%. Sedangkan sisanya berada dibawah 10% sehingga masih kurang maksimal dalam menghasilkan laba bersih.
Return On Equity (ROE) ideal untuk industri minyak mentah berada di angka rata-rata 16%, sehingga RAJA dan AKRA berada di atas rata-rata industrinya. Dalam hal ini berarti dalam mengelola modal terhadap laba bersih cukup baik.
Return On Asset (ROA) ideal untuk industri minyak mentah berada di angka rata-rata 6%, sehingga AKRA berada diatas rata-rata industri, sedangkan RAJA sudah mendekati angka idealnya dan sisanya masih berada dibawah rata-rata industrinya. Hal ini berarti AKRA dan RAJA dapat mengelola asetnya cukup baik terhadap laba bersihnya.
Pergerakan harga saham-saham minyak mentah dan pendukungnya dominan bergerak positif secara tahunan (ytd), kecuali PGAS, ENRG dan RAJA yang bergerak negatif secara tahunan (ytd) hingga perdagangan Senin (16/10/2023).
Pergerakan harga saham-saham minyak mentah dan pendukungnya akan masih fluktuatif dan berpotensi mengalami kenaikan jika perang Israel dan Palestina terus berlanjut.
Dampak perang Israel dan Hamas terhadap perekonomian global mungkin memerlukan waktu untuk menjadi jelas namun akan menjadi lebih parah jika konflik menyebar ke seluruh Timur Tengah, terutama Iran, yang merupakan produsen minyak utama dan pendukung Hamas.
Harga minyak mentah dapat melonjak tajam jika ketegangan di Timur Tengah terus meningkat, rumah bagi hampir sepertiga pasokan minyak global.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
