Breaking! Harga Emas Terbang 3,4%, Rekor Terbaik 7 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga emas terbang di tengah memanasnya perang Israel vs Hamas serta melandainya imbal hasil surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS).
Harga emas di pasar spot pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (13/10/2023), ditutup di posisi US$ 1.931,70 per troy ons. Harganya terbang 3,37%. Posisi penutupan US$ 1931,70 adalah yang tertinggi sejak 6 Oktober 2023 atau lima hari perdagangan terakhir.
Lonjakan harga emas kemarin membuat sang logam mulia langsung mencetak dua rekor sekaligus.
Pertama, kenaikan terbesar dalam sehari. Harga emas yang melonjak 3,37% sehari merupakan yang terbesar sejak 17 Maret 2023 atau hampir tujuh bulan terakhir.
Pada periode tersebut harga emas terbang 3,58% sehari. Emas melesat setelah AS diguncang oleh krisis perbankan setelah tiga bank AS ditutup yakni Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank. Krisis menjalar ke Eropa dengan ambruknya kinerja Credit Suisse.
Rekor kedua yang dicatat emas pada perdagangan Jumat kemarin adalah kenaikan tertinggi dalam sepekan.
Emas melesat 5,43% dalam sepekan pada pekan ini. Kenaikan tersebut merupakan yang tertinggi sejak pertengahan Maret (13-17 Maret 2023) di mana harga emas terbang 6,43% sepekan.
Prestasi emas pada pekan ini terbilang sangat luar biasa mengingat emas terpuruk pada awal Oktober tahun ini. Haraga emas bahkan terlempar ke level SU$ 1.800 pada 27 September 2023- 12 Oktober 2023.
Kenaikan emas di atas 3% dalam sehari seperti perdagangan kemarin juga jarang sekali terjadi.
Kenaikan di atas 3% sehari hanya pernah terjadi enam kali dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yakni pada 3, 23, dan 24 Maret 2020, 4 November 2022, 17 Maret 2023, dan kemarin yakni 13 Oktober 2023.
Analis ActivTrades, Ricardo Evangelista menjelaskan ada tiga alasan mengapa emas terbang kemarin. Ketiga faktor tersebut adalah perang, ekspektasi pasar mengenai kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed), serta melandainya imbal hasil US Treasury.
"Melandainya imbal hasil dan dolar AS serta ketidakpastian perang menjadi faktor positif bagu emas. Pelaky psar juga optimis siklus kenaikan suku bunga akan segera berakhir," tutur Evangelista, kepada Reuters.
Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun anjlok ke 4,63% kemarin, dari 4,71% pada hari sebelumnya. Emas tidak menawarkan imbal hasil sehingga melemahnya imbal hasil US Treasury membuat emas semakin menarik.
Imbal hasil melandai karena pelaku pasar mulai melihat ada kemungkinan The Fed mengakhiri siklus kenaikan.
Inflasi AS memang masih sanga tinggi yakni 3,7% (year on year/yoy) pada Septemebr 2023. Namun, mulai besarnya dampak suku bunga ke pertumbuhan ekonomi AS serta adanya risiko global bisa membuat The Fed menahan diri.
Perangkat FedWatch Tool menunjukkan hanya 8,1% pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada November mendatang. Angka ini turun dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai 14,9%.
"Saya pikir dunia mulai melihat adanya tanda-tanda kebangkitan emas," imbuh Evangelista.
Perang Israel vs Hamas yang memanas juga membuat emas makin dicari sebagai aset aman.
"Investor berbondong-bondong mencari aset aman karena meningkatnya risiko dari ketegangan politik di Timur Tengah. Jika perang semakin memanas maka ada peluang bagi emas untuk mencapai lecel US$ 2.000 pada tahun ini," tutur analis dari OANDA, Edward Moya, dikutip dari Reuters.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)