CNBC Indonesia Research

Prajogo Pangestu dan Salim Jadi Juru Selamat IHSG

Riset, CNBC Indonesia
13 October 2023 14:35
Prajogo Pangestu. (Dok: Forbes)
Foto: Prajogo Pangestu. (Dok: Forbes)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten dua konglomerat RI menjadi penopang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama Oktober. Ini berkat kenaikan yang luar biasa dari saham-saham tersebut.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), per penutupan sesi I, Jumat (13/10/2023), IHSG diparkir di level 6.945,80.

Sejak awal Oktober 2023, IHSG menguat tipis 0,09% di tengah sentimen makro global yang cenderung negatif, mulai dari menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) hingga pecahnya perang Israel-Hamas Palestina baru-baru ini.

Kondisi muram akhir-akhir sedikit diredakan oleh melantainya emiten geotermal milik taipan Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) pada Senin lalu (9/10) dan emiten tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia yang terafiliasi Grup Salim dan keluarga Panigoro PT Amman Mineral International Tbk (AMMN).

Saham BREN membuat riuh pasar usai menembus auto reject atas (ARA) 25% selama 5 hari beruntun usai debut. Harganya sudah meroket 202,56% ke Rp2.380/saham hingga sesi I Jumat.

Demikian pula, saham AMMN, yang listing sejak 7 Juli lalu, sukses terbang 293,81% ke Rp6.675/saham. BREN berada di posisi ketujuh emiten dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar dan AMMN di posisi kelima.

Alhasil, pergerakan kedua saham pendatang baru tersebut langsung menjadi penggerak utama IHSG.

Ini bisa dilihat dari tabel di bawah ini. Per 12 Oktober 2023, BREN menyumbang 43,01 poin terhadap pergerakan IHSG selama Oktober dan AMMN 25,27 poin.

Apabila ditambah dengan emiten petrokimia milik Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), kontribusi ketiganya untuk IHSG mencapai 73,4 poin.

Selain ketiga emiten taipan di atas, saham raksasa bank juga masih turut menyumbang poin untuk IHSG. Sebut saja BBCA sebesar 15,5 poin, BBRI 8,78 poin, BBNI 5,45 poin, dan BMRI 4,56 poin.

IPO BREN dan AMMN

Saham BREN resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin awal pekan ini. BREN menawarkan 4.015.000.000 saham baru atau sebesar 3% dari dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum Perdana, dengan harga penawaran sebesar Rp 780 per saham dan jumlah nilai Penawaran Umum secara keseluruhan sebesar Rp 3.131.700.000.000.

Adapun penggunaan dana IPO setelah dikurangi biaya akan digunakan untuk membayar sebagian utang fasilitas B kepada Bangkok Bank Public Company Limited sebanyak-banyaknya sebesar US$ 158.588.321.

Selain itu, IPO BREN juga bertujuan untuk memenuhi kewajiban pembayaran kepada Star Energi Oil & Gas Pte. Ltd. perihal penunjukan Star sebagai pemegang saham ACEHI. Rinciannya pembayaran kepada SEOG sebesar US$ 66,50 juta dan kepada Perseroan sebesar US$ 6 juta.

Biaya yang dibayarkan Star kepada Perseroan akan digunakan untuk pembayaran gaji, biaya jasa dan biaya sewa.

Sementara, AMMN menerbitkan 6,32 miliar saham biasa atau setara dengan 8,8% saham ke publik, dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dengan harga penawaran sebesar Rp1.695 setiap saham. Sehingga nantinya berpotensi mendapatkan dana segar sebesar Rp 10,73 triliun, yang merupakan IPO terbesar di Indonesia tahun 2023 hingga saat ini.

Dana hasil IPO akan dialokasikan untuk sejumlah proyek ekspansi. Pertama, dana sebesar Rp1,79 triliun akan digunakan sebagai penyetoran modal kepada PT Amman Mineral Industri (AMIN) untuk membiayai pengeluaran modal atas proyek smelter dan pemurnian logam mulia di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kedua, dana sebesar Rp3,05 triliun akan digunakan untuk melunasi utang kepada PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Ketiga, sisa dana akan digunakan untuk penyetoran modal kepada AMNT untuk membiayai pengeluaran modal proyek ekspansi pabrik konsentrator dan proyek pembangkit listrik tenaga gas dan uap di KSB, Provinsi NTB.

Data cadangan bijih AMMN untuk tambang Batu Hijau dan proyek eksplorasi Elang per tanggal 31 Desember 2022 sesuai JORC Code 2012 (Australasian Joint Ore Reserves Committee) adalah sebesar 17,12 miliar pon tembaga dan 23,2 juta ons emas.

Melalui anak usahanya, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) kini tengah melakukan penambangan Fase 7 dan pengembangan Fase 8 yang diperkirakan dapat memperpanjang usia tambang Batu Hijau hingga 2030.

Perseroan juga akan mempersiapkan proyek eksplorasi Elang untuk memulai operasional penambangan di tahun 2031 hingga 2046.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(trp/trp)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation