
Daftar Terbaru 11 Saham LQ45 Termurah, ITMG - Indofood Masuk?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah saham yang masuk ke dalam indeks LQ45 memiliki valuasi yang tergolong murah (undervalued) dan berpotensi menawarkan peluang yang menarik.
Sejak awal tahun (year to date/YtD), indeks LQ45 naik 1,21%, sedikit lebih tinggi dibandingkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sebesar 1,17% pada periode yang sama per penutupan Selasa (10/10/2023).
Sebagai informasi, indeks LQ45 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.
Di antara 45 saham tersebut, ada beberapa saham yang memiliki valuasi yang murah berdasarkan metrik valuasi populer, yakni price-to earnings ratio (Rasio P/E, PER) dan rasio price-to book value (PBV).
Rasio P/E membandingkan harga saham dengan laba perusahaan. Semakin kecil angka, biasanya di bawah 10 kali hingga 15 kali, dianggap semakin murah alias undervalued pula suatu saham emiten.
Kemudian, rasio PBV berguna untuk melihat seberapa murah/mahal suatu saham dengan membandingkan harga saham dengan nilai buku perusahaan. Angka di bawah 1 kali sering dianggap menjadi indikasi suatu saham murah.
Selain berdasarkan rule of thumb (aturan umum), baik rasio PER dan PBV suatu emiten biasanya diperbandingkan satu sama lain dalam industri atau sektor yang sama.
Berdasarkan metrik tersebut, ada emiten batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang memiliki rasio P/E terendah 3,34 kali di antara saham LQ45 lainnya. Kendati, rasio PBV ITMG berada di atas 1 kali.
Rendahnya rasio P/E ITMG seiring peningkatan laba perusahaan efek dari commodities boom yang memuncak dalam kinerja tahun penuh 2022. Imbal hasil ekuitas (return on equity/ROE) ITMG terlihat tinggi, yakni 34,22%.
Apalagi, harga saham ITMG sudah turun tajam hingga minus 30,04% year to date (YtD) usai meroket tinggi 2022. Hal tersebut turut membuat rasio P/E ITMG murah.
Selain ITMG, ada beberapa emiten batu bara lainnya, seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang masuk ke dalam daftar.
Rasio P/E saham-saham tersebut berada di bawah 10 kali, ditopang oleh lonjakan laba, seperti yang dialami ITMG.
Berbeda dengan tahun lalu, harga batu bara memang mendingin tahun ini. Secara tahunan (year on year/YoY), harga batu bara minus 63,43%.
Sementara tahun lalu, kenaikan sektor energi (IDXENERGY) sangat luar biasa, yakni 100,05% menjadi indeks sektoral terbaik. Ini ditopang sentimen kenaikan harga komoditas global, termasuk batu bara, imbas dari ketatnya pasokan seiring meletusnya perang Rusia-Ukraina.
Penurunan tajam harga batu bara, kendati masih tinggi secara historis, yakni US$ 141 per ton per 10 Oktober 2023, menandakan siklus kenaikannya sudah usai.
Seperti lazimnya saham siklikal, saham batu bara dan energi secara umum cenderung mengikuti siklus bisnis dan ekonomi makro. Kadang bereskpansi, kadang terkontraksi.
Untuk emiten batu bara, cuan tinggi akan didapatkan ketika harga batu bara meninggi. Dan sebaliknya. Hal tersebut mengikuti siklus ekonomi.
Karenanya, valuasi saham batu bara dan energi di atas yang tampak murah perlu juga dilihat dari bagaimana siklus harga komoditas energi saat ini dan ke depan.
Rasio P/E yang murah, dan harga saham yang sudah turun tajam, mungkin menjadi kesempatan yang baik bagi investor.
Namun, untuk bisa menikmati hasil dalam jangka panjang yang baik, investor saham siklikal membutuhkan kesabaran lebih dan timing yang pas sembari menunggu siklus kembali menguntungkan emitennya.
Selain saham batu bara dan migas di atas, sejumlah saham LQ45 yang murah lainnya macam Grup Indofood PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang memiliki rasio P/E 5,44 kali.
Dengan rasio P/E murah, kinerja saham INDF juga ciamik. Saham emiten Grup Salim tersebut naik 1,86% YtD. ROE INDF juga baik, mencapai 19,64%, menandakan perusahan yang solid dan menguntungkan.
Saham bank PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga menarik, dengan rasio P/E 5,98 kali dan rasio PBV (lebih cocok untuk perbankan) hanya 0,62 kali, ROE BBTN juga baik (10,38%).
Sebagai pengingat, rasio P/E dan PBV mencerminkan kinerja masa lalu dan barangkali tidak akan berulang di masa depan, sehingga valuasi multiples tersebut sebaiknya digunakan sebagai pedoman awal untuk memilih saham undervalued yang berpotensi mendatangkan cuan ke depan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(trp/trp)