Harga Batu Bara Turun 4 Hari Beruntun, Bantuan China Sia-Sia

mza, CNBC Indonesia
03 October 2023 07:10
Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)
Foto: Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara masih belum menunjukkan perbaikan di awal Oktober. Harga batu bara bahkan terlempar dari level US$ 160 per troy ons.

Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak November pada perdagangan Senin (2/10/2023) ditutup di posisi US$ 156,1 per ton atau melemah 0,16%. Pelemahan ini memperpanjang derita pasir hitam yang sudah melemah sejak Rabu pekan lalu. Dalam empat hari perdagangan terakhir, harga batu bara ambruk 4,23%.

Pelemahan disebabkan oleh meningkatnya produksi batu bara di India serta proyeksi masih ketatnya kebijakan suku bunga di Amerika Serikat (AS).  Salah satu perusahaan produsen batu bara terbesar dunia, Coal India Ltd mencatat kenaikan produksi 12,6% menjadi 51,4 juta ton pada September secara tahunan (yoy), menurut catatan CoalMint.

Sebagai catatan, Coal India Ltd menyumbang lebih dari 80% produksi batubara dalam negeri. Tingginya produksi India membuat permintaan impor dari negara tersebut bisa berkurang padahal India adalah negara konsumen batu bara terbesar kedua di dunia setelah China.
Dengan berkurangnya permintaan maka harga juga akan tertekan.

Sementara itu, ekspektasi pasar mengenai kebijakan ketat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) semakin kencang. Perangkat FedWatch Tool menunjukkan sekitar 28,8% pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada November mendatang. Angka ini lebih besar dibandingkan pekan lalu yang hanya 14%.

Kebijakan The Fed yang masih ketat akan membuat ekonomi AS dan global melambat sehingga permintaan komoditas, termasuk batu bara akan berkurang.

Sejumlah sentimen sebenarnya mendukung penguatan harga batu bara tetapi sang pasir hitam tetap melemah. Sentimen penguatan batu bara datang dari kekhawatiran musim dingin Eropa yang akan membutuhkan komoditas energi yang signifikan untuk penghangat ruangan. Di tengah ketidakpastian tersebut, pemasok penting Eropa masih dihadapkan dengan perang Rusia-Ukraina.

Melansir Hellenic Shipping News yang mengutip Australian Financial Review, Rory Simington sebagai analis riset Wood Mackenzie menyatakan bahwa kurangnya pasokan dalam beberapa bulan terakhir masih menyebabkan harga tertahan di level yang tinggi.

Demikian pula, semakin dekatnya musim dingin di Eropa, beberapa analis, seperti kepala strategi komoditas National Australia Bank, Baden Moore, memperkirakan harga akan terus meningkat.

Moore menambahkan bahwa rantai pasokan batubara global masih kesulitan untuk beralih ke struktur permintaan baru di Eropa.

Tidak hanya itu, pemulihan impor China sebagai konsumen batu bara terbesar global akan menambah perkiraan konsumsi. Bahkan, impor batu bara Tiongkok dari telah mendekati level sebelum adanya larangan pada akhir 2020.

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation