
Bikin Sport Jantung! Harga Minyak dari Rekor Mendadak Longsor

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia mencapai rekor harga tertinggi sejak boom commodity 2022. Pada perdagangan Jumat (22/9/2023) harga minyak dunia brent dan WTI ditutup di US$93,27/barel dan US$90,03 per barel. Meskipun sempat mencapai harga tertinggi, namun kinerja secara mingguan kedua acuan tersebut melorot 0,7% dan 0,82%.
Harga minyak acuan Brent lebih dulu mencatat rekor tertinggi pada 18 September 2023 dengan mencapai US$94,95 per barel. Sementara WTI menyusul keesokan harinya mencapai harga US$93,74 per barel.
![]() Harga Minyak Pecah Rekor |
Harga minyak naik karena lemahnya produksi minyak serpih di AS memicu kekhawatiran lebih lanjut mengenai defisit pasokan yang berasal dari pengurangan produksi yang berkepanjangan oleh Arab Saudi dan Rusia.
Produksi minyak AS dari wilayah-wilayah penghasil serpih terbesar diperkirakan akan turun menjadi 9,393 juta barel per hari (bph) pada Oktober, level terendah sejak Mei 2023, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA) pada hari Senin. Hal itu akan membuat harga minyak jatuh selama tiga bulan berturut-turut.
Perkiraan tersebut muncul setelah Arab Saudi dan Rusia pada bulan ini memperpanjang pengurangan pasokan gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari (bpd) hingga akhir tahun 2023.
Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman pada hari Senin membela pemotongan pasokan pasar minyak oleh OPEC+, dengan mengatakan bahwa pasar energi internasional memerlukan regulasi yang lebih ringan untuk membatasi volatilitas, sekaligus memperingatkan ketidakpastian mengenai permintaan Tiongkok, pertumbuhan Eropa, dan tindakan bank sentral untuk mengatasi inflasi.
Fed Mendinginkan Harga Minyak
Harga minyak akhirnya tumbang di tangan The Fed. Pada pertemuan terakhir, The Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga, tidak berubah seperti yang diperkirakan secara luas, namun memperketat sikap hawkishnya dengan proyeksi kenaikan suku bunga lebih lanjut pada akhir tahun.
Meskipun terjadi penurunan harga, Brent secara teknis masih berada di wilayah overbought selama 14 hari berturut-turut, yang merupakan rekor terpanjang sejak 2012.
Para pengambil kebijakan The Fed masih memperkirakan suku bunga acuan bank sentral akan mencapai puncaknya tahun ini pada kisaran 5,50%-5,75%, hanya seperempat poin persentase di atas kisaran saat ini.
Meskipun The Fed masih akan jadi batu sandungan bagi harga minyak, para analis dari belahan dunia memperkirakan minyak Brent kemungkinan besar akan bergerak di level US$90 hingga US$100 hingga akhir tahun 2023.
(rsc/ras)