PHK 30% Karyawan, Kinerja Keuangan NETV 'Kebakaran'?

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten media televisi PT Net Visi Media Tbk (NETV) mengumumkan, perseroan memutuskan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sekitar 30% dari total karyawan perusahaan.
"Dengan segala pertimbangan, Perusahaan memutuskan untuk melakukan perampingan karyawan yang akan mempengaruhi sekitar 30% (tiga puluh persen) dari total karyawan Perusahaan," tulis manajemen dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (15/9).
Dalam keterangan tersebut tertulis langkah ini merupakan bentuk penyesuaian dan evaluasi perseroan dam menyikapi perkembangan teknologi.
Menurutnya, dalam usaha perbaikan kondisi perusahaan, perseroan senantiasa melakukan penyesuaian-penyesuaian serta evaluasi atas kegiatan-kegiatan perusahaan dan kebijakan-kebijakan.
Salah satu aspek evaluasi termasuk antara lain dampak atas perkembangan teknologi dan kebijakan, serta peraturan Pemerintah terkait peralihan menuju siaran berbasis teknologi digital terestrial.
"Adapun salah satu hasil dari penyesuaian dan evaluasi tersebut ditindaklanjuti dalam bentuk pengelolaan sumber daya manusia," ungkapnya.
Selain itu, manajemen memastikan akan mempertimbangkan kembali kinerja dan kebutuhan pada setiap bagian/divisi dengan tetap memperhatikan prioritas-prioritas
Perusahaan untuk tetap dapat memberikan dampak yang positif bagi Perusahaan dan masyarakat luas.
Manajemen memastikan, dalam pelaksanaannya, perusahaan akan senantiasa memperhatikan seluruh ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, perusahaan juga memastikan bahwa langkah keputusan ini tidak akan mempengaruhi kegiatan usaha perusahaan termasuk seluruh anggota grup perusahaan.
"Perusahaan menyadari bahwa keputusan ini bukanlah keputusan yang mudah bagi Perusahaan," pungkasnya.
Lantas, bagaimana sebenarnya kinerja keuangan NETV?
'Jeroan' NETV
Menyoal kinerja keuangan, NETV menanggung rugi bersih Rp146,41 miliar selama semester I-2023, membengkak dari Rp87,34 miliar pada periode yang sama 2022.
Hal tersebut seiring perusahaan mengalami penurunan pendapatan 38,77% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp124,09 miliar selama 6 bulan pertama tahun ini.
Rinciannya, pendapatan iklan televisi, yang menjadi andalan perusahaan, menyusut menjadi Rp106,27 miliar pada semester I-2023 dari sebelumnya Rp164,14 miliar.
Pendapatan iklan digital juga turun dari Rp37,20 miliar pada semester pertama 2022 menjadi Rp13,80 miliar pada periode yang sama 2023.
Sedangkan, pendapatan lain-lain, yang memiliki sumbangan terkecil, tercatat naik dari Rp1,33 miliar menjadi Rp4,01 miliar per akhir Juni 2023.
Dengan kerugian hingga semester I ini, NETV terus menanggung rugi sejak 2018.
Pada 2018, NETV membukukan rugi bersih Rp170,79 miliar, pada 2019 rugi Rp420,53 miliar, pada 2020 rugi Rp612,39 miliar, pada 2021 rugi Rp170,5 miliar, dan pada 2022 rugi Rp180,8 miliar.
Kerugian menahun yang terus dialami NETV pada gilirannya menggerus modal atau ekuitas perusahaan.
Total ekuitas NETV tercatat masih sebesar Rp51,6 miliar pada 2020, sebelum akhirnya mulai negatif sejak 2021 hingga saat ini.
Per 30 Juni 2023, defisiensi modal perusahaan tercatat Rp238,3 miliar. Sedangkan, total liabilitas NETV mencapai Rp1,84 triliun pada periode yang sama.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras)