Investor Kawakan AS Pilih Cash-Jauhi Obligasi, Takut Resesi?

Putra, CNBC Indonesia
17 September 2023 15:15
FILE PHOTO: A U.S. Dollar note is seen in this June 22, 2017 illustration photo. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo/File Photo
Foto: Foto Ilustrasi mata uang Dolar. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor legendaris Wall Street, Amerika Serikat (AS) Ray Dalio menjelaskan dirinya lebih memilih cash (kas) dan menjauhi obligasi di tengah bank sentral global sedang mengendalikan inflasi dan masih adanya risiko resesi.

"Saya tidak ingin memiliki utang, Anda tahu, obligasi dan hal-hal semacam itu," kata miliarder tersebut pada Kamis (14/9) di Milken Institute Asia Summit ke-10 di Singapura, dikutip dari Bloomberg News.

"Untuk sementara saat ini, cash menurut saya bagus," jelas pendiri perusahaan manajemen investasi Bridgewater Associates tersebut.

Ketika ditanya bagaimana cara mengurangi pinjaman dunia yang sangat besar, ia mengatakan ketika utang menjadi bagian besar dalam perekonomian.

Situasinya, kata Dalio, "cenderung bertambah dan semakin cepat" seiring dengan meningkatnya pembayaran bunga. "Kita berada pada titik balik percepatan."

Dalio melanjutkan, meskipun besarnya defisit bakal tetap mengharuskan AS untuk menjual banyak obligasi (US Treasury) kepada investor di seluruh dunia, sulit untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat yang menarik bagi kreditor, sekaligus tidak terlalu tinggi sehingga merugikan penerbitnya.

Ketika investor memilih untuk menjual, demikian ujar Dalio, sehingga menaikkan imbal hasil (yield), bank sentral perlu memutuskan apakah akan mencetak uang dan membeli obligasi, yang akan meningkatkan tekanan inflasi.

"Kita melihat dinamika itu terjadi sekarang," kata Dalio. "Saya pribadi yakin bahwa obligasi, yang berjangka panjang, bukanlah investasi yang baik."

Kemudian dalam diskusi di konferensi tersebut, ketika ditanya tentang sarannya tentang bagaimana menggunakan modal untuk para investor pendatang baru, Dalio menekankan perlunya melakukan diversifikasi, memperhatikan disrupsi, dan memilih sektor perusahaan yang dapat menggunakan teknologi baru dengan cara terbaik.

Krisis Utang Siklus Besar

Sebelumnya, Dalio mengatakan AS mengalami inflasi yang sangat tinggi seiring dengan kenaikan suku bunga riil.

"Kita berada di awal krisis utang siklus besar yang terjadi ketika Anda memproduksi terlalu banyak utang dan kekurangan pembeli," kata Dalio pada konferensi Bloomberg Invest di New York, pada 8 Juni 2023.

Dia menyebut, meskipun suku bunga tidak akan naik lebih tinggi, perekonomian AS akan menjadi lebih buruk, dan hal ini dapat menyebabkan lebih banyak perselisihan internal jika Amerika terus mengalami fragmentasi politik.

Informasi saja, Ray Dalio mendirikan Bridgewater Associates pada 1975.

Bridgewater adalah salah satu perusahaan manajemen investasi terbesar di dunia, dan dikenal karena fokusnya pada penggunaan analisis data dan pendekatan algoritma untuk mengelola dana klien.

Ray Dalio dikenal sebagai ahli dalam makroekonomi dan manajemen risiko. Bridgewater Associates dikenal karena kemampuannya untuk mengidentifikasi tren ekonomi global dan mengelola risiko secara efektif.

Risiko Resesi AS

Kepala investasi di dua manajer aset terbesar di dunia, BlackRock dan Amundi baru-baru ini memperingatkan, risiko resesi di AS semakin meningkat, meskipun pejabat pemerintah dan semakin banyak investor percaya kenaikan suku bunga bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) tidak akan berdampak signifikan terhadap perekonomian.

Mengutip Financial Times (13/9/2023), para fund manager terkemuka di BlackRock dan Amundi mengatakan, meskipun sebagian besar perekonomian AS tampak tangguh dalam menghadapi pengetatan moneter agresif oleh The Fed, risiko kini muncul, terutama di pasar tenaga kerja.

"Kemungkinan resesi bagi kami sangat tinggi," kata Vincent Mortier, kepala investasi di Amundi.

"Pertanyaannya adalah seberapa dalam dan berapa lama. . . Kami jauh lebih khawatir dengan dinamika di AS dibandingkan konsensus," ujarnya seraya menambahkan bahwa ia memperkirakan kontraksi akan terjadi pada akhir tahun ini atau awal 2024.

Sementara, Rick Rieder, kepala investasi pendapatan tetap global di BlackRock, yang mengelola dana US$9,4 triliun, mengatakan dia menjadi lebih pesimis terhadap keadaan ekonomi AS dalam beberapa pekan terakhir.

Meskipun ia mengira negaranya akan terhindar dari resesi yang parah, Rieder mengatakan perlambatan ekonomi sudah mulai terjadi.

"Kami cukup antusias dengan perekonomian. Tapi sekarang, ironisnya, ketika saya berpikir orang-orang sudah mengabaikan resesi. . . sekarang saya benar-benar berpikir kita melihat tanda-tanda perlambatan yang nyata," kata Rieder. "Saya rasa Anda tidak bisa mengabaikan resesi," imbuhnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(trp/trp)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation