Breaking! Harga Batu Bara Terbang ke Level Tertinggi 4 Bulan

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
14 September 2023 07:23
A loader is seen amid coal piles at a port in Lianyungang, Jiangsu province, China January 25, 2018. REUTERS/Stringer
Foto: REUTERS/Stringer

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara mencetak rekor tertinggi dalam empat bulan setelah melesat dalam tiga hari beruntun. Sentimen penguatan datang dari potensi tingginya kebutuhan setrum listrik China dan India, kenaikan harga gas sebagai substitusi, dan sengketa pemogokan pekerja gas alam cair (LNG) di Australia.

Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Oktober ditutup di posisi US$ 168 per ton atau naik melonjak 3,38% pada perdagangan Rabu (13/9/2023).

Harag tersebut adalah yang tertinggi sejak 8 Mei 2023 atau empat bulan terakhir.

Sepanjang bulan ini, harga batu bara telah menguat 5,99%. Kenaikan sementara bulan ini cukup baik, khususnya bila dibandingkan Agustus yang mampu melesat 12,49% atau tertinggi sepanjang tahun.

Pergerakan harga batu bara tidak dapat terlepas dari sentimen China sebagai produsen, konsumen, importir batu bara terbesar di dunia. Impor batu bara Negeri Tirai Bambu mencatat rekor tertinggi Agustus sebanyak 44,33 juta ton. Jumlah tersebut melesat 51% dibanding setahun lalu (year on year/yoy) dan bertumbuh 12,9% dibanding Juli (month on month/mom).

Dalam delapan bulan sejak awal tahun ini, impor batu bara bertambah signifikan 82% ke 306 juta ton, menurut data resmi yang dikutip dari Reuters. Tingginya tingkat impor China disebabkan produksi batu bara China yang tidak mampu memenuhi kebutuhan permintaan pembangkit listrik batu bara, bahkan batu bara China sempat lebih mahal dibanding harga impor.

Tingginya penggunaan pembangkit listrik kotor ini terjadi seiring dengan pembangkit listrik tenaga air yang melemah, akibat gelombang panas yang mengurangi volume air.

Peningkatan permintaan Tiongkok juga melesat pada komoditas selain batu bara, seperti minyak dan bijih besi. Impor minyak meningkat seiring dengan Tiongkok yang telah membuka dari pengetatan penularan covid-19, sehingga tingkat perjalanan meningkat dan permintaan bensin dan bahan bakar pesawat melesat. Hal ini turut menjadi penyebab harga minyak brent berada di atas US$90 per barel.

Berbeda dengan China, India terpantau memiliki stok batu bara yang cukup tinggi lebih tinggi 39% dibanding tahun lalu, kata Menteri Batubara Pralhad Joshi pada hari Rabu yang dikutip dari Coal Mint.

Kendati demikian, tingginya stok disebabkan oleh permintaan listrik India yang juga tinggi telah menyentuh rekor 239,9 GigaWatt (GW), lelbih tinggi dari perkiraan Otoritas Listrik Pusat (CEA).

Stok yang tinggi diperkirakan masih akan kurang memenuhi kekurangan listrik September, sehingga Kementerian Tenaga Listrik mengarahkan pembangkit listrik dicampur dengan batu bara impor sebanyak 4% hingga Maret 2024.

Kementerian dalam sebuah surat mengatakan bahwa meskipun terjadi peningkatan pasokan batu bara dalam negeri selama kuartal pertama tahun fiskal 2024, jumlah tersebut masih belum memenuhi kebutuhan.

Beralih ke energi Eropa, penurunan pembangkit listrik tenaga angin Jerman diperkirakan turun 7,5 gigawatt (GW) menjadi 3,3 GW pada hari Kamis sementara pasokan Perancis diperkirakan turun 600 megawatt (MW) menjadi 740 MW, data LSEG menunjukkan.

Selain itu, Para pekerja di dua proyek gas alam cair (LNG) terbesar milik Chevron di Australia akan memulai mogok kerja total selama dua minggu mulai Kamis, yang berpotensi mengganggu produksi yang menyumbang lebih dari 5% pasokan global.

Meski pembeli utama gas Australia - eksportir LNG terbesar dunia - berasal dari Asia, tetapi sentimen ini menyebabkan persaingan dengan Eropa untuk mendapat kargo yang memicu volatilitas harga gas Eropa.

Terbatasnya pasokan dan permintaan yang tinggi akan mendorong harga gas - sebagai energi pilihan Eropa dan substitusi batu bara - turut melesat. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR)berbalik arah setelah terkoreksi, melesat 6,1% ke36,82euro per MWh.

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation