Fakta Mengejutkan! Rupiah Tak Pernah Menguat September Ini

rev, CNBC Indonesia
14 September 2023 08:55
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Fakta membuktikan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setiap September sejak 2013 hampir selalu mengalami pelemahan.

Sejak 2013 hingga 2023, kemerosotan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hampir selalu terjadi yakni sebanyak 10 kali. Sedangkan penguatan rupiah hanya terjadi satu kali yakni pada 2016 sebesar 1,67% dengan basis rupiah.

Hal menarik lainnya pun datang dari rekor yang terjadi selama  September 2023, yakni pelemahan dari awal bulan yakni 1 September hingga 13 September 2023 tercatat 0,91%. Bahkan depresiasi rupiah sejak awal September ini terjadi secara beruntun. Mata uang Garuda bahkan tidak pernah menguat sekalipun dalam sehari sepanjang September ini.

Kondisi ini adalah yang pertama terjadi pada tahun ini. Pada periode Januari-Agustus, mata uang Garuda setikdanya menguat sekali pada tanggal 1-13 pada Januari-Agustus.

Patut disadari bahwa pelemahan rupiah ini terjadi di saat indeks dolar AS (DXY) mengalami apresiasi karena ekspektasi masih hawkishnya kebijakan suku bunga bank sentral AS Teh Federal Reserve (The Fed). Merujuk  Refinitiv mencatat pada 1 September, indeks dolar berada di angka 104,23. Sedangkan pada 13 September menjadi 104,76 atau naik 0,5%.

Selain itu, sentimen eksternal yang terjadi selama bulan September ini pun memberikan tekanan yang signifikan terhadap rupiah.

Seperti inflasi AS yang mengalami kenaikan pada Juli 2023 menjadi 3,2% (year on year/yoy) dari yang sebelumnya terus melandai hingga 12 bulan terakhir. Hal ini pun semakin diperparah setelah inflasi periode Agustus mengalami kenaikan di atas ekspektasi pasar menjadi 3,7% (yoy). Artinya, inflasi hampir dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan target The Fed yakni 2%.

Target The Fed kian sulit dicapai mengingat harga minyak mentah global yang masih lanjut naik akibat supply minyak yang ketat.

Pada perdagangan kemarin (12/9/2023) harga minyak mentah dunia masih terpantau menguat secara harian. WTI Crude Oil melonjak 2,09% menjadi US$ 89,10 per barel, sementara Brent Oil naik 1,56% ke posisi US$ 92,05 per barel. Kenaikan kemarin mengakumulasi lonjakan harga selama sebulan terakhir pada WTI Crude Oil sebesar 8,89%, sedangkan Brent Oil melesat 7,73%.

Kenaikan harga minyak terjadi karena ketatnya pasokan akibat Saudi Arabia, salah satu negara produsen minyak terbesar dunia yang tergabung dalam OPEC+ menyatakan akan melanjutkan pemangkasan produksi sekitar 1 juta barel per hari hingga akhir 2023.

Tak hanya itu, Rusia juga memangkas sekitar 300.000 barel per hari hingga periode yang sama. Data Energy Information Administration (EIA) juga menunjukkan adanya penyusutan persediaan minyak AS sebanyak 6,3 juta barel minggu lalu, nilai tersebut bahkan melampaui ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan turun sekitar 2,1 juta barel.

Dengan naiknya tingkat inflasi AS ini mengindikasikan tendensi The Fed untuk kembali menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) di pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) di tahun ini atau setidaknya menahan suku bunga di level seperti saat ini.

Alhasil, tekanan terhadap rupiah dapat kian berlanjut karena suku bunga AS akan menjadi sama dengan Indonesia jika Indonesia kembali melanjutkan tren penahanan suku bunga di angka 5,75% sejak Januari 2023.

Namun demikian, depresiasi rupiah yang terjadi pada September ini tidak berlaku pada 2016 di mana mata uang Garuda justru mengalami penguatan terhadap dolar AS yakni sebesar 1,67% atau satu-satunya penguatan yang terjadi sejak 2013 hingga 2023.

Bukan tanpa alasan, sebab pada September 2016, DXY justru mengalami pelemahan dari 95,65 menjadi 95,46 atau turun 0,2%.

Selain itu, pada pertengahan September sentimen global mulai mereda terkait timing kenaikan FFR (Fed Fund Rate) hingga meningkatnya aliran masuk modal asing. Berlanjutnya implementasi UU Pengampunan Pajak pun memberikan angin segar bagi penguatan rupiah kala itu.

Beralih khusus selama 2023, sejak Januari 2023 hingga September 2023 dalam rentang periode tanggal 1-13, rupiah melemah terhadap dolar AS terjadi sebanyak lima kali, yakni bulan Februari, Maret, Mei, Agustus, dan September.

Bahkan di antara bulan-bulan tersebut, bulan Februari merupakan pelemahan terparah yang dialami rupiah sebab terjadi depresiasi sebesar 1,45%. Namun demikian, pelemahan beruntun hanya terjadi sebanyak tiga kali yakni dari tanggal 3 hingga 7 Februari.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation