
Harga Minyak Tertinggi 10 Bulan, Arab & Rusia Biang Keroknya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia melambung tinggi pekan ini. Hal ini imbas dariĀ ulah Arab Saudi dan Rusia yang memperpanjang pengurangan pasokan minyak secara sukarela hingga akhir tahun. Bahkan harga minyak sempat menyentuh level tertingginya sejak awal tahu di pekan ini.
Dalam sepekan, harga minyak mentah WTI melesat 2,29% pekan ini ke posisi US$ 85,51 per barel melanjutkan penguatannya pada pekan sebelumnya. Sementara, jenis Brent melejit 2,37% ke posisi US$ 90,65 per barel juga melanjutkan penguatannya pada pekan sebelumnya yang mencapai 4,82%.
Dalam lima hari perdagangan harga minyak WTI dan Brent hanya sekali mengalami koreksi yakni pada perdagangan Kamis (7/9/2023) dengan perlemahan masing-masing 0,77% dan 0,75%. Ini juga dipicu oleh berbagai sinyal peringatan melemahnya permintaan dalam beberapa bulan mendatang. Namun tetap saja sentimen pemangkasan produksi masih melambungkan harga pekan ini.
Sebagaimana diketahui, melejitnya harga minyak dunia dipicu setelah Arab Saudi dan Rusia, dua eksportir minyak terbesar dunia, memperpanjang pengurangan pasokan secara sukarela hingga akhir tahun. Pemotongan ini merupakan tambahan dari pemotongan produksi pada bulan April yang disepakati oleh beberapa produsen OPEC+ yang berlaku hingga akhir tahun 2024.
Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pengurangan pasokan minyak secara sukarela hingga akhir tahun. Pemotongan yang dilakukan Saudi sebesar 1 juta barel per hari (bpd) sementara Rusia telah memangkas 300.000 barel per hari.
Kedua negara akan meninjau keputusan pemotongan tersebut setiap bulan untuk mempertimbangkan memperdalam pemotongan atau meningkatkan produksi tergantung pada kondisi pasar.
Di sisi lain, pekan ini dikatakan bahwa persediaan minyak mentah AS diproyeksikan turun 5,5 juta barel dalam pekan yang berakhir 1 September, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute yang dirilis setelah pasar tutup.
Dampaknya ke Indonesia
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan kekhawatirannya atas lonjakan harga minyak mentah dunia saat ini. Seperti dijelaskan di atas, harga minyak mentah kini sudah berada di kisaran US$ 90 per barel.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, pemerintah tidak nyaman bila harga minyak sangat tinggi, apalagi kalau sampai di atas US$ 100 per barel.
Dia beralasan, ini tak lain karena Indonesia merupakan net importir minyak.
"Sebetulnya kita itu nggak terlalu nyaman ya, dengan sangat tinggi (harga minyak global), sampai di atas US$ 100 itu nggak terlalu nyaman memang. Itu betul memang bisa tinggi," tuturnya saat ditemui di sela Indonesia Sustainability Forum (ISF) di Jakarta, Kamis (07/09/2023).
Dia menjelaskan, Indonesia mengimpor Bahan Bakar Minyak (BBM) sekitar 35% dari kebutuhan harian 1,3-1,4 juta barel. Belum lagi impor minyak mentah.
"Kan kita itu produksi dari kilang kita, yang dihasilkan dari crude oil, gabungan dari dalam negeri dan impor itu hanya 52% lah, nambah 35% dari import fuel," lanjutnya.
Selama 2022, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor minyak mentah RI tercatat mencapai 15,26 juta ton, melonjak 11% dibandingkan impor minyak mentah pada 2021 yang tercatat sebesar 13,78 juta ton.
Begitu pun dari sisi nilai, impor minyak mentah pada 2022 disebutkan mencapai US$ 11,45 miliar atau sekitar Rp 171,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$), melonjak 62% dibandingkan nilai impor pada 2021 yang sebesar US$ 7,05 miliar atau sekitar Rp 105,7 triliun.
Kondisi inilah yang memantik harga minyak dalam negeri juga tak bisa tertahan untuk naik. Keputusan berat menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tak bisa dihindari.
Pada September 2022, langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya harga jenis BBM khusus penugasan (JBKP) yakni RON 90 atau Pertalite menjadi salah satu peristiwa besar pada tahun 2022.
Jokowi memutuskan untuk menaikkan harga BBM Pertalite tepat pada 3 September 2022. Harga BBM Pertalite yang tadinya hanya Rp7.650 per liter naik menjadi Rp10.000 per liter sampai pada hari ini.
Tak hanya BBM Pertalite, di waktu yang sama harga Solar Subsidi juga mengalami kenaikan menjadi Rp6.800 per liter dari yang sebelumnya Rp5.150 per liter. Ini adalah pilihan terakhir pemerintah, yaitu mengalihkan subsidi BBM. Sehingga harga beberapa jenis BBM yang selama ini subsidi akan alami penyesuaian.
Wajar saja, sebelum pandemi tiba, harga minyak mentah dunia hanya dikisaran US$ 60-an per barel. Namun, harga itu melejit total hingga mencapai US$ 110-an per barel pada pertengahan tahun 2022 ini, imbas dari memanasnya geopolitik atau perang Rusia dan Ukraina.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(aum/aum)