
Taktik Besar AS, India & Arab Satukan Asia Lewat Jalur Kereta

Jakarta, CNBC Indonesia - Mimpi besar menyatukan Asia melalui jalur kereta tampaknya menjadi pembahasan cukup besar dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di India 2023.
KTT G20 di New Delhi, India secara resmi dilaksanakan pada 9 - 10 September 2023 di Bharat Mandapam International Exhibition-Convention Centre, dengan tema "Satu Bumi, Satu Keluarga, Satu Masa Depan".
Dalam perhelatan internasional tersebut, Amerika Serikat (AS) menggandeng India dan Arab Saudi untuk mendiskusikan kesepakatan kereta api dan pelabuhan yang akan menghubungkan Teluk dan Asia Selatan.
Proyek besar ini dipandang akan menjadi pesaing besar rencana ekspansi China di Asia Barat dibawah proyek Belt Road Initiative (BRI).
Pembicaraan mengenai proyek tersebut juga melibatkan Uni Emirat Arab (UEA) dan Eropa. Jika terealisasi kesepakatan ini akan turut memberikan keuntungan bagi negara-negara yang berada di sekitar kawasan Asia Selatan dan Timur Tengah.
"Kesepakatan itu akan bermanfaat bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di kawasan itu. Selain itu juga memungkin peran penting bagi Timur Tengah pada perdagangan global", kata Jon Finer, wakil penasihat keamanan nasional AS, kepada para wartawan di pertemuan puncak di New Delhi.
Diskusi mengenai proyek infrastruktur tersebut juga terjadi ketika pemerintahan Biden mengupayakan kesepakatan diplomatik yang lebih luas di Timur Tengah yang akan membuat Arab Saudi mengakui Israel. Negosiasi kesepakatan infrastruktur multi-negara pertama kali dilaporkan oleh Axios.
Dalam laporan tersebut memperkirakan, apabila normalisasi hubungan dengan Arab Saudi tercapai, Israel mungkin mungkin bisa bergabung dalam proyek tersebut.
Mengecualikan masalah diplomatik, kesepakatan tersebut akan menghubungkan negara-negara Timur Tengah dengan kereta api kemudian melalui jalur pelayaran dari pelabuhan di kawasan Teluk. Dengan begitu, perniagaan global dari Teluk ke Eropa bisa lebih hemat waktu, biaya, serta bahan bakar.
"Menghubungkan wilayah-wilayah kunci tersebut, kami pikir, adalah kesempatan besar," lanjut Finer. Akan tetapi, sejauh ini belum ada perincian mengenai nilai kesepakatan tersebut.
Dari sudut pandang AS, Finer juga menambahkan, kesepakatan itu membantu "menurunkan suhu di seluruh kawasan" dan "menangani konflik dari pandangan kita."
Penurunan suhu bisa terjadi sejalan dengan aktivitas perdagangan yang lebih cepat dan penghematan bahan bakar yang akan mengurangi emisi. Dengan begitu, konflik antar negara juga bisa lebih teratasi terutama akibat supply chain issue.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)