
Pemilik Emas Berdoalah Semoga Pengangguran AS Merajalela

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas menguat tipis pada pagi hari ini setelah sempat tertekan pada Jumat pekan lalu karena pidato Chairman bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell. Pergerakan harga emas hari ini diperkirakan akan volatile di tengah wait and see pelaku pasar menunggu data pengangguran AS.
Harga emas di pasar spot pada perdagangan Senin (28/8/2023) ditutup di posisi US$ 1.914,53 per troy ons. Harganya menguat 0,019%.
Penguatan ini menjadi angin segar setelah emas melemah 0,15% pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (25/8/2023). Kendati melemah, emas masih moncer dengan menguat 1,39% sepekan pada minggu lalu.
Penguatan ini sekaligus mengakhiri tren negatif emas yang ambruk pada empat pekan sebelumnya.
Harga emas pada pekan ini akan dibayangi oleh sentimen dari dampak pidato Powell, data pengangguran AS, serta ekonomi China.
Powell dalam pidatonya Jumat pekan lalu (25/8/2023) mengingatkan jika tugas the Fed adalah menurunkan inflasi mencapai sasaran di 2℅, tidak berubah dari target sebelumnya.
Pelaku pasar pun kemudian mengantisipasi potensi kenaikan suku bunga sebesar 25.bps pada rapat September mendatang.
Survei dari CME FedWatch Tool menunjukkan 80,5% pelaku pasar meyakini The Fed akan mempertahankan suku bunga pada September sementara ada 19,5% yang memperkirakan kenaikan 25 bps. Jumlah yang memperkirakan kenaikan jauh melesat dibandingkan sebelum pidato Powell yakni di kisaran 11,5%.
AS akan mengumumkan data pengangguran Juli pada Kamis pekan ini (31/8/2023). Tingkat pengangguran diperkirakan meningkat 3,8% pada Juli tahun ini, dari 3,5% pada Juni.
Jika pengangguran meningkat lebih besar dari ekspektasi maka itu bisa menjadi sinyal melemahnya ekonomi AS dan inflasi AS sehingga The Fed diharapkan bisa melunak.
Jika pengangguran lebih tinggi dari ekspektasi pasar maka ada harapan emas menguat. Demikian juga sebaliknya.
"Pelaku pasar kecewa dengan pernyataan Powell yang mengatakan The Fed akan memerangi inflasi. Hal itu membaras permintaan emas. Emas masih rawan pelemahan," tutur analis independen Tai Wong, dikutip dari Reuters.
Selain dari AS, pelaku pasar juga akan mempertimbangkan perkembangan di China. Pelemahan ekonomi China masih menjadi sorotan global mengingat peran besar Tiongkok dalam ekonomi global.
China adalah konsumen terbesar emas sehingga perkembangan di sana akan menentukan harga emas global.
China pada Jumat pekan ini akan mengumumkan data PMI Manufaktur Agustus. PMI Tiongkok sudah ada di fase kontraksi selama empat bulan beruntun. Jika PMI kembali kontraksi maka pasar keuangan global dan Indonesia bisa terganggu mengingat besarnya peran Tiongkok dalam ekonomi dunia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)