Rupiah Masih Loyo! 5 Minggu Ambles Terus

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
26 August 2023 11:40
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS), mata uang Garuda mulai menjauhi level psikologis Rp15.300/US$ tetapi selama lima pekan ini masih melemah karena ketidakpastian eksternal meningkat. 

Dilansir dari Refinitiv, pada perdagangan Jumat (25/8/2023) rupiah ditutup melemah 0,33% secara harian ke Rp15.290/US$, secara mingguan juga masih melemah tipis 0,07% menjadikan rupiah lima minggu beruntun tak berdaya melawan dolar AS.

Selama sesi perdagangan Jumat lalu, tercatat nilai tukar rupiah sempat menembus Rp15.300/US$, tepatnya ke posisi Rp15.304/US$.

Padahal selama pekan ini rupiah sempat menguat  ditopang sentimen dalam negeri, datang dari Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan suku bunga di angka 5,75% sejak Januari 2023 atau delapan kali beruntun. Sementara untuk suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

Sedangkan Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan mempertahankan BI Rate ini konsisten dengan stand kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali di 3% plus minus 1% dan 2% plus minus 1% pada 2024.

Sebagai catatan, inflasi Indonesia telah mengalami penurunan dari titik tertinggi September 2022 hingga menyentuh titik terendah dalam 11 bulan terakhir yakni di angka 3,08% secara tahunan pada Juli 2023.

Perry menegaskan fokus kebijakan moneter BI akan diarahkan pada penguatan stabilitas nilai tukar rupiah untuk memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Sementara itu, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik, Perry mengatakan kebijakan makroprudensial longgar terus diarahkan untuk memperkuat efektivitas pemberian insentif likuiditas kepada perbankan guna mendorong kredit/pembiayaan dengan fokus hilirisasi, perumahan, pariwisata dan pembiayaan inklusif dan hijau.

Selain itu, menurutnya, BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas, efektivitas implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) SDA sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023, serta penerbitan instrumen operasi moneter (OM) yang pro-market untuk mendukung pendalaman pasar uang dan mendorong masuknya aliran portofolio asing.
Salah satu caranya yakni dengan menerbitkan instrumen investasi yang baru yaitu Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

"Kita keluarkan SRBI, apa itu? SRBI itu kepanjangan adalah Sekuritas Rupiah BI. Kenapa disebut sekuritas karena ini sekuritisasi dari Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki BI Rp 1.000 triliun," ungkap Perry.

Namun, rupiah pekan ini harus kembali terjerembab ke zona merah akibat ketidakpastian eksternal masih cukup tinggi pasca pidato Jerome Powell, Chairman Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) pada Symposium Jackson Hole pada Jumat (25/8/2023).

Powell menyatakan The Fed "siap" menaikkan suku bunga lebih lanjut apabila "diperlukan". Pernyataan tersebut merujuk pada kesiapan bank sentral yang potensi melanjutkan kebijakan ketat guna mengendalikan inflasi capai target 2%.

"Tugas The Fed adalah menurunkan inflasi hingga mencapai target 2%, dan kami akan melakukannya. Kami telah memperketat kebijakan secara signifikan selama setahun terakhir. Meskipun inflasi telah turun dari puncaknya-suatu perkembangan yang menggembirakan-namun inflasi masih terlalu tinggi" Kata Powell lebih lanjut.

Kendati demikian, Powell juga menegaskan kembali komitmen bank sentral bisa melanjutkan kebijakan ketat, akan tetap disertai pendekatan yang hati-hati apakah pengetatan memang perlu dilakukan atau sudah harus mempertahankan suku bunga.

Dengan itu, The Fed akan menilai lebih banyak data yang masuk beserta prospek dan risiko yang berkembang sebagai bahan pertimbangan keputusan kebijakan September mendatang.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected] 

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation