
Negara BRICS vs G20 vs G7, Siapa Raja Ekonomi Dunia?

- BRICS merapatkan barisan untuk membendung kekuatan Amerika dan Negara Barat
- BRICS mewakili 23% Produk Domestik Bruto (PDB) dunia dan 42% populasi dunia
- Kelima negara yang tergabung dengan BRICS dilaporkan menyumbang 18% perdagangan internasional
Jakarta, CNBC Indonesia - Negara-negara yang tergabung dengan blok ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) menjadi perhatian publik disamping karena mengadakan pertemuan di Johannesburg pekan ini, BRICS juga menyimpan segudang potensi yang luar biasa.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menghadiri pengumuman perluasan pada hari Kamis (24/8/2023), yang mencerminkan makin besarnya pengaruh blok tersebut. Ia menggemakan seruan lama BRICS untuk melakukan reformasi pada Dewan Keamanan PBB, Dana Moneter Internasional (IMF), dan Bank Dunia.
Lalu bagaimana kekuatan BRICS jika dibandingkan dengan G20?
Produk Domestik Bruto
BRICS mewakili 23% Produk Domestik Bruto (PDB) dunia dan 42% populasi dunia, negara-negara BRICS berupaya menumpulkan dominasi ekonomi Barat dalam urusan global.
Menurut Dana Moneter Internasioal (IMF), BRICS secara kolektif akan menyumbang 32,1% PDB global pada tahun 2023. Angka tersebut naik dari hanya 16,9% pada tahun 1995. Dengan kata lain, dalam kurun waktu sekitar 28 tahun, PDB BRICS diproyeksikan mengalami doubling atau naik hampir 100%.
Sedangkan G20 yang terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brazil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Prancis, Rusia, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa, merepresentasikan 2/3 dari total populasi dunia, 75% dari total perdagangan global, serta 85% dari PDB dunia.
Jika dibandingkan pula dengan G7 yang beranggotakan Kanada, Inggris, Perancis, Italia, Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat, maka BRICS diekpektasikan akan melewati cakupan PDB G7 yang pada 2023 hanya 29,9% sedangkan BRICS diharapkan sebesar 32,1%.
Perdagangan Internasional
Kelima negara yang tergabung dengan BRICS dilaporkan menyumbang 18% perdagangan internasional, yang sebagian besar ditransaksikan dalam dolar.
Mengkritisi dominasi greenback dalam perdagangan dunia, salah satu tujuan mereka adalah membebaskan diri dari dolar. Selain itu blok mendukung peningkatan penggunaan mata uang nasional anggota untuk perdagangan dan pengenalan sistem pembayaran bersama dalam jangka panjang.
Bahkan Brasil dan China awal tahun ini menandatangani perjanjian bilateral untuk menyelesaikan perdagangan mereka dalam mata uang lokal mereka.
Sedangkan G20 secara umum masih menggunakan dolar AS dalam bertransaksi perdagangan internasional baik untuk ekspor maupun impor, baik untuk merchandise maupun services.
![]() Quarter-on-quarter percentage changes, current US dollars, seasonally adjusted OECD |
Sekutu BRICS & G20
Menurut ketua KTT BRICS 2023 Afrika Selatan, lebih dari 40 negara, termasuk Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Argentina, Aljazair, Bolivia, Indonesia, Mesir, Ethiopia, Kuba, Republik Demokratik Kongo, Komoro, Gabon, dan Kazakhstan telah menyatakan minatnya untuk bergabung dalam forum tersebut.
Mereka memandang BRICS sebagai alternatif dari badan global yang dipandang didominasi oleh kekuatan tradisional Barat dan berharap keanggotaan akan membuka manfaat termasuk pembiayaan pembangunan, dan peningkatan perdagangan dan investasi.
Ketidakpuasan terhadap tatanan global di antara negara-negara berkembang diperburuk oleh pandemi Covid-19 ketika vaksin penyelamat hidup ditimbun oleh negara-negara kaya.
Iran, rumah bagi sekitar seperempat dari cadangan minyak Timur Tengah, mengatakan pihaknya berharap mekanisme keanggotaan baru akan diputuskan "secepatnya".
Minyak kelas berat Arab Saudi termasuk di antara lebih dari selusin negara yang berpartisipasi dalam pembicaraan "Friends of BRICS" di Cape Town pada Juni. Ini telah menerima dukungan dari Rusia dan Brasil untuk bergabung dengan BRICS.
Argentina mengatakan pada Juli 2022 telah menerima dukungan resmi China dalam upayanya untuk bergabung dengan grup tersebut.
Ethiopia, salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di Afrika, mengatakan pada bulan Juni pihaknya telah meminta untuk bergabung dengan blok tersebut. Juru bicara kementerian luar negerinya mengatakan negara tersebut akan terus bekerja dengan lembaga internasional yang dapat melindungi kepentingannya.
Sementara Presiden Bolivia Luis Arce telah menyatakan minatnya pada keanggotaan BRICS dan diperkirakan akan menghadiri KTT tersebut.
![]() This handout photograph, taken and released by the Russian Foreign Ministry on August 24, 2023, shows (L-R) Brazil's President Luiz Inacio Lula da Silva, China's President Xi Jinping, South Africa's President Cyril Ramaphosa, India's Prime Minister Narendra Modi and Russias Foreign Minister Sergei Lavrov attending a joint press conference during the BRICS Business Forum in Johannesburg. (Photo by Handout / RUSSIAN FOREIGN MINISTRY / AFP) / RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY CREDIT "AFP PHOTO / RUSSIAN FOREIGN MINISTRY" - NO MARKETING NO ADVERTISING CAMPAIGNS - DISTRIBUTED AS A SERVICE TO CLIENTS |
Pemerintahnya mengatakan pada Juli bahwa pihaknya bertekad mengekang ketergantungan pada dolar AS untuk perdagangan luar negeri, alih-alih beralih ke yuan China. Ini sejalan dengan tujuan yang dinyatakan oleh para pemimpin BRICS untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang AS.
Aljazair mengatakan pada Juli bahwa pihaknya telah mengajukan permohonan keanggotaan BRICS dan menjadi pemegang saham di Bank Pembangunan Baru, yang disebut Bank BRICS.
Negara Afrika Utara itu kaya akan sumber daya minyak dan gas dan berusaha mendiversifikasi ekonominya serta memperkuat kemitraan dengan China dan negara lain
Dari sekian banyak negara yang berpotensi dan berminat menjadi anggota BRICS, namun Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengumumkan terdapat enam anggota baru aliansi dagang BRICS, yakni Republik Argentina, Republik Arab Mesir, Republik Demokratik Federal Ethiopia, Republik Islam Iran, Kerajaan Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Mereka akan menjadi anggota penuh BRICS terhitung sejak 1 Januari 2024.
Sedangkan Indonesia tidak tercatat dalam status keanggotaan BRICS.
"Tidak ada sama sekali dengan status keanggotaan Indonesia di BRICS," kata Deputi bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin, beberapa waktu lalu.
Cyril menjelaskan ini merupakan konsensus pertama dari fase pertama perluasan atau expansion anggota BRICS, dimana fase perluasan lainnya akan menyusul pada Januari 2024 mendatang.
Berbeda halnya dengan G20 yang Indonesia terdaftar sebagai satu-satunya anggota dari Asia Tenggara, negara-negara yang terlibat dalam anggota G20 harus mampu menyumbang pada perekonomian sekaligus menjaga stabilitas keuangan dunia. Salah satu indikatornya yakni PDB.
PDB dinilai penting karena merupakan nilai moneter atas barang jadi dan jasa yang dibuat suatu negara dalam periode tertentu. Semakin besar nilai PDB suatu negara, menunjukkan sumber daya ekonomi yang besar pula.
Indonesia sendiri bertengger disekitar peringkat 17 dari negara-negara dengan G20. Peringkat pertama diduduki oleh AS sedangkan peringkat kedua disusul oleh China.
Penanaman Modal Investasi Asing Langsung (FDI)
FDI inflow terjadi pada BRICS sejak tahun 2001 hingga 2021. Pada tahun 2001, FDI inflow ke BRICS hanya sebesar US$84 miliar sedangkan 10 tahun kemudian yakni pada 2011 menjadi US$299 miliar.
Di akhir 2021, FDI inflow ke BRICS kembali naik menjadi US$355 miliar dengan didominasi oleh China sebesar US$181 miliar lalu diikuti oleh Brazil, India, South Africa, dan Rusia.
![]() UNCTAD |
Senada dengan BRICS, G20 pun mengalami FDI inflow sejak 2005 hingga 2021. Khususnya pada 2021, total FDI inflow sebesar hampir US$900 miliar atau sekitar 2,5 kali dari BRICS di tahun yang sama. Hal ini tidak begitu mengagetkan sebab kelima anggota BRICS merupakan anggota G20 juga.
![]() OECD & UNCTAD |
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)