Sectoral Insight

Raksasa Properti China Ambruk Lagi, Sialnya Sampai RI

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
18 August 2023 17:10
FILE PHOTO: FILE PHOTO: An exterior view of China Evergrande Centre in Hong Kong, China March 26, 2018. REUTERS/Bobby Yip/File Photo/File Photo
Foto: REUTERS/Bobby Yip
  • Grup Evergrande pengembang properti China yang terlilit hutang mengajukan perlindungan kebangkrutan pengadilan kebangkrutan AS.
  • Kejatuhan sektor properti China sebagai penopang perekonomian bisa menyebabkan perlambatan pertumbuhan ke depan dan domino effect ke ekonomi global.
  • Pengembang properti dengan utang terbanyak di dunia ini gagal bayar pada2021 dan mengumumkan program restrukturisasi utang luar negeri pada Maret.

Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa properti China yang terlilit utang, Evergrande Group, mengajukan perlindungan kebangkrutan Chapter 15 di pengadilan Amerika Serikat (AS) pada hari Kamis (17/8/2023). Dalam pengajuan ke pengadilan kebangkrutan, perusahaan merujuk proses restrukturisasi di Hong Kong, Kepulauan Cayman, dan Kepulauan Virgin Britania Raya.

Pengembang properti dengan utang terbesar di dunia ini gagal bayar pada 2021 dan mengumumkan program restrukturisasi utang luar negeri pada Maret. Perdagangan saham Evergrande telah di-suspend atau ditahan perdagangannya sejak Maret 2022.

Perlindungan kebangkrutan Chapter 15 memungkinkan pengadilan kebangkrutan AS untuk campur tangan dalam kasus kepailitan yang melibatkan perusahaan asing yang sedang menjalani restrukturisasi dari kreditur. Ini bertujuan untuk melindungi aset debitur dan memfasilitasi penyelamatan bisnis yang mengalami kesulitan keuangan.

Tianji Holdings, afiliasi Evergrande, dan anak perusahaannya Scenery Journey, juga mengajukan perlindungan Chapter 15 di pengadilan kebangkrutan Manhattan, menurut pengajuan tersebut.

Kejatuhan sektor properti China

Pengajuan perlindungan kebangkrutan Evergrande datang di tengah kekhawatiran menyebarnya masalah sektor properti China ke sektor lain.
Baru-baru ini, Country Garden, yang pernah menjadi salah satu pengembang properti terbesar di China,juga tengah berjuang keras untuk melakukan pembayaran kupon pada obligasi berdenominasi dolar AS dan berpotensi membukukan kerugian sekitar CNY 45-55 miliar.

Sepuluh obligasi yuan Country Garden juga telah di-suspend perdagangannya di China, menurut Reuters.

Based on Data from the OECD and Goldman SachsFoto: Source: CaixaBank Research
Based on Data from the OECD and Goldman Sachs

Caixa Bank Research menjelaskan sektor properti China yang masif telah lama menjadi mesin pertumbuhan vital bagi ekonomi terbesar kedua di dunia, dan menyumbang sebanyak 23-25% dari produk domestik bruto China.

Pertumbuhan ini dipicu oleh gelembung properti yang sangat besar dan jumlah utang yang menggunung. Untuk sementara, pemerintah nasional dan lokal China menggunakan kekuatan komando dan kendali mereka yang sangat besar atas ekonomi untuk menjaga agar bubble atau gelembung tetap menggembung dan tidak meletus.

Seperti yang biasa terjadi dalam sebuah bubble, ini terjadi akibat investor dan perusahaan telah mengambil utang dalam jumlah besar untuk memanfaatkan lonjakan harga real estat. Evergrande mengumpulkan lebih dari US$300 miliar utang ke bank, pemegang obligasi, pemasok, dan pelanggan. 

Bahkan kesalahan besar yang sering terjadi di industri properti juga dilakukan dengan pembeli membeli rumah berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, sebelum mereka dibangun.

 

Besarnya peran sektor properti dapat menjadi sumber perlambatan ekonomi China sehingga dikhawatirkan akan memberi domino effect. Kegagalan sektor properti yang termasuk juga dalam pembangunan infrastruktur, konstruksi, industri, dan sebagainya berdampak turut memberi efek negatif perekonomian internasional.

Terlepas dari sinyal kebijakan baru-baru ini, kekhawatiran investor tetap ada. Pada akhir Juli, para pemimpin puncaknya mengindikasikan pergeseran ke arah dukungan yang lebih besar untuk sektor properti, membuka jalan bagi pemerintah daerah untuk menerapkan kebijakan khusus.

Evergrande membukukan akumulasi kerugian sebesar US$81 miliar atau Rp1.238 triliun (Kurs: Rp15.280/US$) dalam dua tahun terakhir, setelah berjuang untuk menyelesaikan proyek dan membayar kembali pemasok dan pemberi pinjaman.

Kerugian bersih untuk 2021 dan 2022 masing-masing adalah US$66,36 miliar (Rp 1.013 triliun) dan US$14,76 miliar (Rp 225,53 triliun), sebagai akibat dari penurunan nilai properti, pengembalian tanah, kerugian aset keuangan dan biaya pembiayaan, kata perusahaan yang dikutip dari CNBC International.

Pengajuan pailit ditandatangani oleh Jimmy Fong, yang mendaftarkan dirinya sebagai "perwakilan asing" dari China Evergrande Group. Pertemuan "skema kreditur" dijadwalkan pada hari Rabu di kantor Hong Kong Sidley Austin, firma hukum yang berbasis di AS yang mewakili Evergrande.

Jokowi Sudah Ingatkan Bahaya Evergrande

Kekhawatiran mengenai Evergrande disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Secara khusus, Jokowi menyinggung ambruknya salah satu perusahaan properti di China. Menurut sang kepala negara, di tengah perlambatan ekonomi global, sektor properti, real estate, dan konstruksi Indonesia termasuk yang tangguh dan tahan banting dan semakin kompetitif.

"Kita tahu di RRT (China) ada perusahaan properti besar yang ambruk, yang utangnya ngalahin APBN kita. Utangnya sampai Rp 4.400 triliun. Jangan ditepuk tangani. Utangnya Rp 4.400 triliun. Ada di sini yang utangnya sampai segitu? Sekali lagi hati hati mengenai hal ini," kata Jokowi saat membuka Musyawarah Nasional Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia ke XVII Tahun 2023 di Grand Ballroom Hotel Sheraton Jakarta, Rabu (9/8/2023).

Jokowi mengingatkan banyak negara ingin mendorong ekonomi via properti karena kontribusi terhadap PDB tergolong tinggi. Belum lagimultipliereffect-nya ke 185 subsektor industri lainnya seperti furniture, elektronik, dan jasa kebersihan seperti sedot WC.

Berdasarkan data tahun 2018-2022, setiap tahun kontribusi sektor itu berada di kisaran Rp 2.300 triliun hingga Rp 2.800 triliun.

"Sangat besar sekali dan memberikan kontribusi 16% dari PDB ekonomi kita. Besar sekali. Dan tenaga kerja yang tersangkut dalam perputaran di ekonomi real estat Indonesia mencapai 13 juta hingga 19 juta orang. Juga sangat banyak sekali," ujar Jokowi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

 

(mza/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation