
10 Provinsi Termiskin Didominasi Wilayah Timur, Papua Nomor 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemiskinan menjadi persoalan klasik yang telah ada saat zaman penjajahan. Selama 78 Tahun Indonesia merdeka, kemiskinan masih menjadi persoalan besar, terutama di Indonesia bagian timur.
Menilik data Badan Pusat Statistik (BPS), setidaknya masih ada 10 provinsi yang masuk daftar karena tingkat kemiskinan wilayah tersebut masih di atas 10%. Berikut 10 provinsi dengan persentase penduduk miskin terbesar.
Berdasarkan data BPS, saat ini Papua menduduki peringkat pertama provinsi termiskin. Angka kemiskinan di Bumi Cendrawasih mencapai 26,03%. Posisi kedua diduduki oleh Papua Barat dengan persentase kemiskinan masih di angka 20,49%.
Pada urutan ketiga ada Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan persentase angka kemiskinan masing-masing mencapai 19,96% dan 13,85%.
Kemiskinan di Papua melesat karena ekonominya yang jatuh. Ekonomi Papua sempat terkontraksi sebesar 2,39% (year on year/yoy) pada kuartal I-2023 tetapi kemudian tumbuh 3,41% pada kuartal Ii-2023.
Tingkat pengangguran terbuka di Papua juga melesat menjadi 3,49% per Februari 2023, dari 2,83% per Agustus 2022.
Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi angka kemiskinan NTT pada Maret 2023 diantaranya, selama periode September 2022-Maret 2023, Nusa Tenggara Timur mengalami inflasi sebesar 2,58%. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 6,89%.
Sementara, ekonomi NTT Triwulan I 2023 tumbuh sebesar 3,73% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022 (y-on-y). Dari sisi pengeluaran, tercatat komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Triwulan I 2023 tumbuh sebesar 2,55%.
Sementara Nusa Tenggara Barat (NTB) kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Maret 2023 dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu harga BBM yang naik pada akhir triwulan III Tahun 2022 berdampak pada naiknya harga kebutuhan pokok hingga saat ini.
PDB Nusa Tenggara Barat (NTB) justru terkontraksi 1,54%. Dari sisi produksi, kontraksi terdalam adalah lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar 24,45%. Dari sisi pengeluaran, investasi mampu menjadi penopang pertumbuhan dengan tumbuh 9,87%. Sebaliknya, ekspor mengalami kontraksi terdalam sebesar 46,16%
CNBC INDONESIA RESEARCH
(aum/aum)