Fundamental Pundit

Masih Murah dan Oke, Intip Potensi Cuan CIMB Niaga (BNGA)

Riset, CNBC Indonesia
10 August 2023 16:20
Peresmian CIMB Niaga Digital Lounge @Home Kemang. (CNBC Indonesia/Yuni Astutik)
Foto: Presiden Direktur CIMB Niaga, Tigor M Siahaan dan Direktur Consumer Banking Lani Darmawan saat Peresmian CIMB Niaga Digital Lounge @Home Kemang. (CNBC Indonesia/Yuni Astutik)
  • Rapor keuangan yang baik membuat saham BNGA bisa menjadi salah satu saham pilihan menarik.
  • Valuasi BNGA masih menarik seiring saham melonjak 50% sepanjang 2023
  • Investor tetap perlu mencermati tantangan dan peluang di industri perbankan RI di tengah ketidakpastian global

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja keuangan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) solid dan valuasi yang terbilang menarik membuat saham ini patut untuk disimak.

CIMB Niaga mencatat laba konsolidasi sepanjang semester I tahun 2023 naik 27,34% menjadi Rp 3,26 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2,56 triliun.

Mengutip laporan keuangannya, laba bank only pada paruh pertama tahun ini, tercatat naik menjadi Rp 3,11 triliun dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp 2,39 triliun.

Capaian laba tersebut didorong oleh pendapatan bunga konsolidasian Bank CIMB Niaga yang mencapai Rp 11 triliun, atau tumbuh dari periode tahun sebelumnya yang sebesar Rp 9,27 triliun.

Selain itu, beban konsolidasi bank CIMB Niaga juga turun dari Rp 2,73 triliun menjadi Rp 4,16 triliun. Penurunan beban tersebut seiring kenaikan komisi menjadi Rp 1,79 triliun dari sebelumnya Rp 1,2 triliun.

Selanjutnya, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) konsolidasi juga naik ke level 4,61% pada Juni 2023. Sebelumnya, NIM BNGA berada di level 4,54% pada Juni 2022.
Untuk bank only, NIM BNGA berada di 4,42% atau tumbuh dari 4,36% pada semester I-2022.

Di sisi lain, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) juga menurun menjadi 73,09% dari sebelumnya 74,01%. Rasio BOPO menunjukkan efisiensi perbankan dalam menjalankan usaha.

Di sisi penyaluran kredit, CIMB Niaga telah menyalurkan kredit mencapai Rp205,07 triliun per Juni 2023. Kredit ini naik 8,11% sejak tahun lalu. Sementara itu, aset BNGA naik 6,01% di capaian Rp329,68 triliun.

Seiring pertumbuhan kredit, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross/bruto bank only BNGA menurun dari 3,6% menjadi 2,56% hingga akhir Juni 2023. Sementara rasio NPL neto nya berkurang dari 0,99% menjadi 0,75% di paruh pertama 2023.

BNGA mencatatkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp235,78 triliun per Juni 2023. DPK CIMB Niaga naik 1,55% dibandingkan tahun lalu. Di sisi lain, dana murah atau Current Account Savings Accounts (CASA)-nya menyusut dari Rp152,65 triliun menjadi Rp151,6 triliun.

Kontribusi kredit ritel (Konsumer dan EBB) terhadap total kredit, yang menjadi fokus BNGA, naik signifikan dari 35,88% di 2018 menjadi 45,92% di 2022.

Dalam lima tahun terakhir, BNGA berhasil meningkatkan CASA dari hanya sebesar 52,61% pada 2018, menjadi 63,57% pada 2022.

Rasio Kecukupan Modal (CAR) BNGA juga mengalami peningkatan yang cukup baik. Bank berhasil meningkatkan CAR dari 19,66% pada 2018 menjadi 22,19% pada 2022 dan 23,21% (konsolidasian; individual 22,73%) per 30 Juni 2023.

Efisiensi bisnis bank juga terlihat, termasuk lewat penurunan rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) dari level 74,01% per Juni 2022 menjadi 73,09% per Juni 2023.

Valuasi BNGA

Valuasi saham BNGA juga masih terbilang menarik. Diperdagangkan, 0,97 kali di atas nilai bukunya (mengacu pada rasio price-to book value/PBV), saham BNGA masih dibawa rerata industri (PBV 1,41 kali).

Kendati memang, rasio PBV BNGA, masih lebih tinggi dibandingkan sejumlah peers, seperti BDMN (0,64 kali), BNLI (0,91 kali), dan PNBN (0,69 kali).

Perjalanan CIMB Niaga

Pada 26 September 1955, PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) didirikan. Dalam perjalanan bisnisnya, CIMB Niaga telah dikenal sebagai penyedia produk dan layanan berkualitas yang dapat diandalkan, berhasil meraih prestasi, dan memberikan kontribusi dalam perkembangan industri perbankan di Indonesia.

Pada 1987, CIMB Niaga menjadi bank lokal pertama yang menghadirkan layanan perbankan melalui mesin Automatic Teller Machine (ATM) di Indonesia, yang merupakan tonggak masuknya Indonesia ke dunia perbankan modern.

Kemudian, pada 29 November 1989, BNGA mulai terdaftar sebagai perusahaan terbuka dengan mencatatkan sahamnya di PT Bursa Efek Jakarta/BEJ dan Bursa Efek Surabaya/BES (sekarang dikenal sebagai Bursa Efek Indonesia/BEI). CIMB Group Holdings Berhad (sebelumnya Commerce Asset Holding Berhad), yang kemudian menjadi pemegang mayoritas saham Bank, mengakuisisi saham mayoritas dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) pada 2002.

Pada 2004, dengan visi jangka panjang, CIMB Niaga memulai kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah setelah memperoleh izin dari Bank Indonesia. Pada 2005, Khazanah, pemilik saham mayoritas CIMB Group, mengakuisisi kepemilikan mayoritas Lippo Bank.

Selang dua tahun, pada 2007, seluruh kepemilikan saham dialihkan ke CIMB Group dalam reorganisasi internal untuk mengkonsolidasi seluruh anak perusahaan CIMB Group di bawah platform universal banking.

Saat ini, CIMB Niaga adalah bagian dari CIMB Group, salah satu grup perbankan universal terbesar di ASEAN dengan jaringan regional yang meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Kamboja, Brunei Darussalam, Vietnam, Myanmar, Laos, dan Filipina.

Sebagai pemilik saham pengendali dari CIMB Niaga (melalui CIMB Group) dan Lippo Bank sejak 2007, Khazanah menempuh langkah penggabungan (merger) untuk mematuhi kebijakan Single Presence Policy (SPP) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Merger ini merupakan yang pertama di Indonesia terkait dengan kebijakan SPP

Pada 2008, sebelum penggabungan usaha, nama PT Bank Niaga Tbk berubah menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk (rebranding).

Saat ini, CIMB Niaga terus menawarkan nasabahnya beragam produk dan layanan perbankan yang komprehensif di Indonesia mulai dari perbankan konsumer, perbankan usaha kecil dan menengah (UKM), perbankan komersial, hingga perbankan korporasi, yang didukung dengan kapabilitas tresuri serta transaction banking dan jaringan laku pandai (branchless banking) yang mumpuni.

CIMB Niaga juga memiliki produk dan layanan komersial dan syariah melalui Unit Usaha Syariah CIMB Niaga Syariah.

Prospek Bank di 2023

Tahun ini diperkirakan masih akan dipenuhi dengan ketidakpastian dalam ekonomi global. Dana Moneter Internasional (IMF), misalnya, mengeluarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,9% pada 2023, yang kemudian diharapkan akan meningkat menjadi 3,1% pada 2024.

Pertarungan dalam hal ekonomi makro global melawan inflasi dan konflik Rusia-Ukraina diyakini akan berlanjut selama 2023.

Di dalam negeri, pemerintah telah secara resmi mencabut pembatasan mobilitas dan kegiatan (PPKM), dan ini diharapkan akan memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi serta sektor perbankan.

Secara keseluruhan, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2023 tetap kuat, meskipun sedikit melambat menjadi sekitar 4,5-5,3% sebelum meningkat menjadi 4,7-5,5% pada 2024.

Gubernur BI Perry Warjiyo pertumbuhan kredit tahun ini akan berkisar 9%-11% atau tidak sampai dengan target yang sebelumnya ditetapkan 10%-12%. Namun, ada potensi kenaikan jika ekonomi membaik.

Pertumbuhan ekonomi nasional 2023 akan didukung oleh peningkatan konsumsi swasta dan investasi, eksport yang tetap kuat, dan daya beli masyarakat yang masih terjaga meskipun inflasi meningkat.

Indikator-indikator seperti Indeks Keyakinan Konsumen, Indeks Penjualan Riil, dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur menunjukkan bahwa proses pemulihan ekonomi dalam negeri akan terus berlanjut.

Industri perbankan diharapkan tetap kuat dan stabil. Survei Risiko Sistemik yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan di masa mendatang.

Seiring berakhirnya restrukturisasi terkait Covid-19 hingga Maret 2023, jumlah restrukturisasi kredit perbankan juga mengalami penurunan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hanya akan melanjutkan restrukturisasi COVID-19 untuk segmen-segmen tertentu, seperti UMKM, sektor akomodasi dan makanan, serta beberapa industri besar seperti tekstil dan alas kaki.

Sementara itu, kebijakan moneter dan kebijakan lainnya akan tetap diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam menghadapi gejolak global, bekerja sama dengan Kementerian Keuangan dan OJK melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan.

Dalam hal industri perbankan, digitalisasi ekonomi dan keuangan domestik akan menjadi pendorong utama pertumbuhan. Transaksi e-commerce diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai Rp533 triliun pada 2023.

Bank CIMB Niaga memiliki optimisme terhadap ekspansi kredit tahun depan meskipun tantangan perlambatan ekonomi global.

CIMB Niaga menargetkan sejumlah segmen bisnis akan menjadi penopang utama pertumbuhan kredit. Bank memperkirakan kredit masih akan dapat tumbuh sekitar 10-12% (yoy) pada 2023.

Motor yang diharapkan menjadi penggerak ekspansi kredit berasal dari segmen konsumer ritel dan Emerging Business Banking (EBB).

Sedangkan pada segmen wholesale, kredit korporasi diprediksi akan tumbuh baik sejalan dengan perkembangannya hingga Desember 2022 yang naik di atas 10%.

Segmen komersial diharapkan akan mulai mengkontribusikan pertumbuhan positif setelah membukukan pertumbuhannya yang relatif datar di tahun 2022.

Dari sisi sektor, terdapat sejumlah industri yang masih sangat prospektif untuk penyaluran kredit seperti FMCG, manufaktur, telekomunikasi, dan perusahaan BUMN.

Untuk mengatasi tantangan dan peluang di 2023, Bank CIMB Niaga akan fokus pada pertumbuhan jumlah nasabah dan penghimpunan dana murah (CASA) sambil menghadapi inflasi dan kenaikan suku bunga.

Investasi dalam teknologi juga akan ditingkatkan, termasuk pengembangan layanan seperti Next-Gen OCTO Mobile dan Next-Gen BizChannel@CIMB yang lebih lengkap.

Dengan mempertimbangkan penjelasan di atas dan valuasi yang menarik, saham BNGA bisa masuk ke dalam salah satu portofolio investor. Dengan catatan, tetap mewaspadai sejumlah risiko yang ada, baik internal maupun eksternal.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(trp/trp)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation