Ekspor-Impor China Lesu & Ancaman Untuk Perdagangan RI

rev, CNBC Indonesia
08 August 2023 14:35
Kapal kargo berlabuh di dermaga untuk memuat dan membongkar peti kemas di terminal peti kemas di Pelabuhan Lianyungang, provinsi Jiangsu, China Timur, 7 Juni 2023. (Wang Chun / CFOTO/Future Publishing via Getty Images)
Foto: Kapal kargo berlabuh di dermaga untuk memuat dan membongkar peti kemas di terminal peti kemas di Pelabuhan Lianyungang, provinsi Jiangsu, China Timur, 7 Juni 2023. (Future Publishing via Getty Imag/Future Publishing)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hasil rilis data ekspor-impor China di bawah ekspektasi pasar. Anjloknya angka tersebut ikut berdampak bagi Indonesia yang menggantungkan mayoritas perdagangannya ke China.

Hari ini, China mengumumkan nilai ekspor yang anjlok lebih lanjut pada Juli, jatuh pada laju tercepat sejak Februari 2020 dan menambah kekhawatiran atas perlambatan ekonomi.

Bulan lalu, ekspor China turun 14,5% secara tahunan (yoy) menjadi US$ 281,76 miliar. Penurunan tersebut lebih cepat dibandingkan dengan penurunan 12,4% di bulan Juni.

Sementara itu, impor turun 12,4% pada Juli dari tahun sebelumnya menjadi US$ 201,16 miliar, turun dari penurunan 6,8% pada Juni, atau dengan kata lain hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan periode Juni.

Sebagai negara dengan tujuan ekspor terbesar Indonesia dan merupakan negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS), maka hasil rilis data China akan sangat mempengaruhi berbagai negara di dunia termasuk Indonesia.

Pada tahun 2022, Indonesia merupakan negara ASEAN dengan nilai ekspor tertinggi ke China yakni sebesar US$ 65,9 miliar. Angka ini tumbuh sebesar 22,6% yoy jika dibandingkan tahun 2021.

Sedangkan dari sisi impor di tahun 2022, Indonesia merupakan negara ASEAN dengan nilai impor dari China tertinggi kedua setelah Thailand yakni sebesar US$ 67,7 miliar atau naik 20,5% yoy jika dibandingkan tahun 2021.


Neraca Perdagangan Indonesia-China bahkan sejak 2013 mengalami defisit yang artinya nilai impor lebih besar daripada ekspor. Meskipun begitu, terdapat perbaikan defisit neraca dagang Indonesia-China khususnya dari periode 2020 hingga 2022.

Pada 2020, defisit neraca dagang Indonesia-China sebesar US$ 7,85 miliar lalu berkurang menjadi US$ 2,44 miliar pada 2021 dan pada 2022 kembali berkurang menjadi US$ 1,88 miliar.

Kementerian Perdagangan mencatat bahwa pada periode Januari-Maret 2023, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan dengan China yakni sebesar US$ 1,24 miliar. Hal ini berkebalikan dengan periode yang sama pada 2022 yang mengalami defisit sebesar US$ 2,82 miliar.

Produk ekspor non migas utama Indonesia ke China didominasi oleh bahan bakar mineral sebesar US$ 4,5 miliar, lalu diikuti oleh besi dan baja sebesar US$ 4,4 miliar. Bahan bakar mineral memiliki porsi terbesar dengan 27,05% sedangkan besi dan baja menyusul dengan 26,42%.

Produk impor non migas utama Indonesia dari China mayoritas yakni mesin/peralatan listrik sebesar US$ 3,7 miliar, lalu disusul oleh mesin mekanik sebesar US$ 3,3 miliar. Porsi terbesar ditempati mesin/peralatan listrik dengan 24,04% dan mesin mekanik sebesar 21,24%.

Alhasil, semakin rendahnya impor China dari Indonesia perlu diantisipasi oleh pemerintah agar lonjakan defisit neraca dagang dapat dihindari. Berbagai kebijakan perlu dicermati dan dikaji ulang oleh pemerintah supaya dapat meningkatkan jumlah ekspor Indonesia ke China.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation