Fundamental Pundit

MUFG Guyur Triliunan, Intip Potensi Cuan Bank Danamon (BDMN)

Putra, CNBC Indonesia
24 July 2023 11:15
Bank Danamon (dok. Bank Danamon)
Foto: Bank Danamon (dok. Bank Danamon)
  • Saham Bank Danamon Indonesia (BDMN) naik 14% tahun ini dan masih memiliki valuasi menarik
  • Ekosistem MUFG semakin besar seiring ekspansi agresif akan memberikan keuntungan secara tidak langsung untuk BDMN ke depan
  • Dalam waktu dekat, investor akan menantikan kinerja kuartal II-2023 untuk melihat lebih lanjut 'jeroan' BDMN

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) memiliki valuasi yang atraktif di tengah sentimen positif soal ekspansi yang kembali dilakukan pengendali MUFG Bank.

Saat ini, kendati sudah menguat 14,65% sejak awal tahun (year to date/YtD), saham BDMN diperdagangkan di bawah nilai buku perusahaan. Artinya, saham BDMN masih terbilang murah (undervalued).

Per 20 Juli 2023, harga saham BDMN berada di Rp3.130 per saham. Sedangkan, nilai buku perusahaan mencapai Rp4.759 per saham.

Fundamental BDMN juga terbilang solid. Bank Danamon mencatatkan kinerja positif di sepanjang 2022 dengan membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 3,3 triliun.

Jumlah tersebut meningkat sebesar 110% jika dibandingkan dengan perolehan diperiode sama tahun sebelumnya.

Pertumbuhan kinerja Danamon ditopang oleh penyaluran kredit perusahaan yang tumbuh sebesar 12% menjadi sebesar Rp 146,7 triliun.

Untuk kredit sendiri, pertumbuhan tertinggi berhasil disumbangkan oleh kredit korporasi dan konsumer yang meningkat secara year on year hingga 18%, berkat kolaborasi MUFG dan pendekatan segmentasi.

Di sisi lain, kredit baru yang disumbangkan oleh anak usaha BDMN di bidang multifinance PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) juga tercatat meningkat sebesar 22% dibandingkan perolehan periode tahun sebelumnya.

Positifnya kinerja perusahaan pada 2022 juga bisa dilihat dari keberhasilan perusahaan dalam menekan biaya dana dan memperbesar porsi Current Account Saving Account (CASA) yang tercatat mencapai Rp 81,3 triliun, naik 12% secara tahunan (yoy).

Rasio CASA BDMN meningkat menjadi 63,9% dari 59,1% pada 2021.

Sementara, pendapatan bunga bersih konsolidasian BDMN per kuartal I 2023 tumbuh 7,08% yoy menjadi Rp3,71 triliun.

Namun, di tengah meningkatnya beban operasional lainnya, termasuk kerugian penurunan nilai (impairment losses) sebesar 12,46% yoy, membuat laba bersih konsolidasian BDMN turun 4,88% menjadi Rp818,12 miliar per kuartal I 2023.

BDMN sendiri menyalurkan kredit konsolidasian mencapai Rp112,95 triliun per 31 Maret 2023 atau tumbuh 14,17% dibandingkan posisi 31 Maret 2022.

Total CASA BDMN tercatat sebesar Rp71,99 triliun dengan rasio CASA 58,31% per 31 Maret 2023.

Dari segi permodalan, rasio bank BDMN berupa capital adequacy ratio (CAR) juga solid, yakni 26,17%, di atas rerata CAR bank umum konvensional RI yang berada di 24,63% per Maret 2023.

Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) BDMN yang sebesar 5,18% juga di atas rerata bank RI (4,86%).

Sementara, rasio NPL gross BDMN sedikit di atas rerata nasional (2,49%) dan imbal hasil aset (return on assets/ROA) BDMN yang mencapai 1,77% juga berada di bawah rerata bank umum konvensional RI (2,80%).

Valuasinya Oke?

Dengan fundamental dan prospek yang menarik seiring ditopang oleh raksasa keuangan Jepang MUFG, saham BDMN saat ini diharga lebih murah (terdiskon).

Seperti sedikit disebutkan di atas, dengan nilai buku Rp4.759 per saham dan harga saham per 20 Juli 2023 berada di Rp3.130 per saham, rasio price-to book value (PBV) BDMN hanya sebesar 0,66 kali.

Bahkan, dengan aturan rule of thumb 1 kali, saham BDMN terbilang undervalued.

Dalam kamus investasi, rasio PBV di bawah 1 kali sering dianggap sebagai tanda suatu saham murah.

Sementara, rerata rasio PBV industri sendiri berada di 1,99 kali.

Ini artinya, kenaikan 14,65% saham BDMN pada tahun ini belum mencerminkan nilai wajarnya (fair value).

Untuk itu, apabila ingin mengejar nilai buku perusahaan, harga wajar untuk BDMN berada di Rp4.760 (pembulatan). Ini berarti, ada potensi kenaikan (upside) hingga 52% dari harga saat ini (Rp3.130/saham).

Profil Bank Danamon

PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Danamon) didirikan pada 1956 dengan nama Bank Kopra. Pada 1976, berubah nama menjadi nama saat ini.

Pada 1989, Danamon menjadi perusahaan publik melalui penawaran saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Kemudian, Danamon diambil alih oleh pemerintah akibat krisis keuangan Asia pada 1998.

Selang 5 tahun kemudian, Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd. mengakuisisi mayoritas saham pemerintah.

Pada 2018, MUFG Bank Ltd. melakukan investasi 40% saham Danamon.

Selanjutnya, pada 2019, Danamon dan Bank BNP menunntaskan penggabungan usaha. Pada tahun yang sama, MUFG Bank Ltd. Meningkatkan investasi saham di Danamon menjadi 94%

Danamon melayani berbagai segmen nasabah, termasuk Konsumer, UKM, dan Enterprise Banking (Komersial dan Korporasi), dengan berbagai produk dan layanan perbankan dan keuangan yang lengkap, termasuk layanan perbankan Syariah.

Selain itu, melalui anak perusahaan Adira Finance, Danamon juga menyediakan pembiayaan otomotif dan barang-barang konsumen.

Sebagai bagian dari MUFG Bank, bank terbesar di Jepang dan lembaga keuangan terkemuka di dunia, Danamon memiliki jaringan distribusi yang luas, mencakup Aceh hingga Papua, dengan lebih dari 879 kantor cabang dan gerai pelayanan yang terdiri dari kantor cabang konvensional, unit Syariah, serta jaringan cabang Adira Finance dan Adira Insurance.

Jaringan distribusi Danamon didukung oleh platform e-channel yang mencakup 1.408 ATM dan CDM (Cash Deposit Machine), dengan akses ke ATM di jaringan ATM Bersama, ALTO, dan Prima.

Danamon juga telah mengembangkan layanan digital yang lengkap, termasuk SMS banking, internet banking, dan mobile banking untuk nasabah individu dan bisnis.

Prospek BDMN

Sesuai dengan prediksi perbaikan pertumbuhan ekonomi tersebut, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh dengan tingkat yang lebih konservatif antara 4,5% hingga 5,3% pada 2023.

Faktor pendorong pertumbuhan tersebut adalah meningkatnya permintaan dalam negeri karena konsumsi dan investasi yang meningkat, meskipun kondisi ekonomi global melambat.

Bank Indonesia juga memperkirakan bahwa stabilitas sistem keuangan akan tetap terjaga dengan pertumbuhan kredit yang stabil pada 2023.

Pertumbuhan kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan akan mencapai masing-masing 10,0% hingga 12,0% dan 7,0% hingga 9,0% pada 2023. Pertumbuhan kredit ini akan didukung oleh tingginya rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) di sektor perbankan dan tetap terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL).

Permintaan kredit diperkirakan akan tetap stabil, seiring dengan peningkatan pertumbuhan konsumsi dan investasi, sementara ekspor berpotensi mengalami perlambatan karena aktivitas ekonomi global yang melambat.

Dari sisi penawaran, peningkatan kredit akan didukung oleh likuiditas yang mencukupi dan persepsi risiko yang menurun, selain dari kebijakan makroprudensial yang akan tetap bersifat akomodatif.

Berkah Ekosistem MUFG

Sementara, berfokus pada BDMN, ekspansi agresif dan ekosistem MUFG di sektor keuangan RI yang semakin besar, akan menguntungan bank tersebut.

Melalui anak usahanya, MUFG Bank Ltd. bersama PT Adira Dinamika Multifinance Tbk. atau ADMF, pada 26 Juni lalu, MUFG mengakuisisi emiten jasa pembiayaan PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) dengan nilai transaksi Rp7,04 triliun.

Dalam keterbukaan informasi, MUFG Bank akan memiliki 1,87 miliar atau 70,6% saham MFIN. Kemudian Adira (ADMF) akan menggenggam 265 juta saham atau 10% saham MFIN.

Sementara itu, per 31 Mei 2023, pemegang saham MFIN diantaranya adalah PT Jayamandiri Gemasejati yang menggengam sebesar 70,42% dan sebesar 5,05%. Sisanya, atau 24,52% milik publik dengan kepemilikan masing-masing di bawah 5%.

Adapun MFIN merupakan perusahaan multifinance dengan fokus pembiayaan kepada sepeda motor. Sementara itu, Adira Finance adalah perusahaan milik Bank Danamon, anak usaha MUFG, yang memiliki porsi pembiayaan mobil lebih besar dibandingkan dengan roda dua.

Sebelum kabar akuisisi MFIN muncul ke publik, MUFG tercatat tiga kali mengumumkan siap merogoh kocek triliunan rupiah untuk pertumbuhan anorganik sejak akhir tahun lalu.

Sebagai informasi pada Desember 2022, MUFG merampungkan transaksi untuk menyuntik Rp 3,1 triliun ke Akulaku Inc. Aksi korporasi ini membuat MUFG memiliki 10 persen saham.

Kemudian sebelum itu, MUFG Bank melalui anak usahanya Bank of Ayudhya Public Company Limited (Krungsri) dan ADMF juga mengumumkan akuisisi Home Credit di Thailand dan Indonesia pada November 2022.

Krungsri akan menjadi pemegang saham mayoritas di PT Home Credit Indonesia dengan jumlah saham 75 persen, sedangkan Adira Finance yang dikendalikan MUFG melalui Bank Danamon (BDMN) akan memegang saham minoritas sekitar 10 persen.

Bank Danamon merupakan milik MUFG dengan kepemilikan sebanyak 92,47%.

Khusus untuk Home Credit Indonesia, akuisisi ditarget rampung pada 2023. Atas transaksi ini, nilai yang dibayarkan sekitar Rp3,1 triliun dengan asumsi kurs saat itu. Harga pembelian akhir akan dikenakan penyesuaian satu per satu berdasarkan nilai buka ekuitas pada saat penutupan transaksi.

Selanjutnya, pada Februari 2023, MUFG mengumumkan penempatan dana senilai US$100 juta atau Rp1,49 triliun (kurs yang berlaku saat pengumuman) untuk proyek modal ventura bernama MUFG Innovation Garuda No. 1 Limited Investment Partnership atau Garuda Fund. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk berinvestasi di startup fintech.

Dengan demikian sejak November 2022 hingga Februari 2023, MUFG, baik secara langsung maupun melalui anak usaha, telah menggelontorkan investasi senilai lebih dari Rp 14 triliun.

Sebelumnya Komisaris Utama Bank Danamon Yasushi Itagaki, saat masih menjabat sebagai direktur utama, mengatakan bahwa akuisisi Home Credit dan Akulaku merupakan strategi MUFG untuk melakukan penetrasi ke seluruh pasar keuangan Tanah Air.

Home Credit rencananya akan mengambil segmen yang berada di bawah Adira, sedangkan Akulaku menyasar pasar yang lebih bawah lagi.

Jauh sebelum tiga akusisi bernilai triliunan rupiah tersebut, MUFG menancapkan dalam-dalam bisnisnya di sektor keuangan Tanah Air melalui pengambilalihan Bank Danamon. Pada 2018 MUFG mengambil BDMN dari Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd. (AFI), anak perusahaan Fullerton Financial Holdings Pte. Ltd.

Perkiraan dana yang digelontorkan MUFG untuk mengambil alih Bank Danamon lebih kurang Rp67,25 triliun yang terbagi dalam beberapa kali transaksi.

Bila ditambah dengan perkiraan transaksi MUFG di BDMN, maka dalam 5 tahun MUFG sudah mengguyur pasar keuangan Tanah Air senilai Rp 81,25 triliun.

Melihat hal tersebut, mempertimbangkan saham BDMN untuk menjadi salah satu portofolio investasi bisa menjadi pilihan yang menarik saat ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(trp/trp)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation