Fundamental Pundit

Produksi Naik & Gencar Hilirisasi, Kinerja PTBA Makin Mantap

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
13 July 2023 12:10
PTBA
Foto: dok PTBA
  • PTBA melakukan ekspansi ke energi terbarukan (EBT) dimana bekerja sama dengan HDF Energy.
  • PTBA banyak melakukan ekspor ke beberapa negara asia pasifik yang dilanda gelombang panas sejak April hingga Juni 2023.
  • PTBA menyediakan lahan untuk pembangunan industri hilirisasi dan PTBA telah mengalokasikan cadangan batu bara khusus untuk proyek hilirisasi.

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pertambangan batu bara milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. Bukit Asam Tbk (PTBA) menargetkan produksi batu bara menjadi 41,0 juta ton untuk tahun 2023 atau naik 11% dari realisasi tahun 2022.

Pendapatan PTBA pada kuartal II 2023 pun diprediksi akan meningkat karena diketahui tujuan ekspor batu bara PTBA terdapat ke beberapa negara Asia Pasifik yang dilanda gelombang panas pada periode April hingga Juni 2023 kemarin.

Pendapatan PTBA pada kuartal I 2023 membukukan kenaikan sebesar 21,35%, meski tingginya beban-beban masih menggerus laba bersih Perseroan.

Namun ekspansi bisnis yang dilakukan PTBA pada energi terbarukan (EBT) sebagai diversifikasi bisnis dapat menunjang kinerja Perseroan ke depan.

Investor bisa melirik hasil kinerja keuangan PTBA pada kuartal I 2023 hingga prospek bisnis PTBA ke depan di kala Harga Batu Bara Acuan (HBA) masih dalam trend penurunan.

Kinerja Keuangan

Dalam hasil kinerja PTBA pada kuartal I 2023 tercatat peningkatan pendapatan sebesar 21,35% menjadi Rp9,95 triliun dibandingkan pada kuartal yang sama tahun sebelumnya Rp8,20 triliun. Sayangnya tingginya beban pokok penjualan menggerus laba dari PTBA yang harus membukukan penurunan laba bersih berjalan pada kuartal I 2023 sebesar 48,4% menjadi Rp1,18 triliun dibandingkan pada kuartal yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,3 triliun.

Berbagai hal yang menjadi tantangan bagi Perseroan di tahun ini, di antaranya adalah koreksi harga batu bara, fluktuasi pasar, hingga kondisi geopolitik. Harga Pokok Penjualan mengalami kenaikan, di antaranya karena biaya jasa penambangan, bahan bakar, royalti, angkutan kereta api.

Karena hal tersebut, PTBA terus berupaya memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor untuk mempertahankan kinerja positif. Perseroan juga konsisten mengedepankan cost leadership di setiap lini perusahaan, sehingga penerapan efisiensi secara berkelanjutan dapat dilakukan secara optimal.

Rasio Keuangan

Margin PTBA cukup baik di angka 20,66%. Angka ini adalah selisih keuntungan dari pendapatan dengan beban pokok pendapatannya.

Dalam menghasilkan laba bersih PTBA sudah cukup baik dengan angka Net Profit Margin di atas 10%.

Return On Equity (ROE) PTBA cukup tinggi di 15,08%, sehingga dalam mengelola modal terhadap labanya cukup baik.

Return On Asset (ROA) PTBA cukup tinggi pula di 10,04%, sehingga dalam mengelola aset terhadap laba cukup baik dan efisien.

Debt to Equity Ratio (DER) PTBA cukup sehat di bawah 100%. Hal ini menandakan bahwa total modal PTBA jauh lebih besar dibandingkan dengan total hutangnya. Total modal PTBA per 31 Maret 2023 sebesar Rp29,5 triliun, sedangkan total hutangnya hanya Rp16,7 triliun. Sehingga dalam kemampuan membayar kewajiban terhadap modalnya cukup baik.

Bisnis

PT. Bukit Asam Tbk (PTBA) bergerak dalam bidang pertambangan batubara, termasuk survei umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan perdagangan, pemeliharaan fasilitas pelabuhan batubara khusus untuk keperluan internal dan kebutuhan eksternal, pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap untuk kebutuhan internal dan eksternal dan memberikan jasa konsultasi terkait industri pertambangan batubara serta produk turunannya, dan pengembangan perkebunan. Pada tahun 1993, Perusahaan ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan Unit Usaha Briket Batubara.

Alur Kerja UPTE (Proses Penambangan):

ptbaFoto: ptba

Proses awal penambangan harus melewati proses land clearing, yang dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pembersihan lahan tambang batubara dari material hutan yang meliputi pepohonan, hutan belukar sampai alang-alang.

Kemudian beralih ke proses waste removal, yang dimaksud pemindahan lahan (tanah) ini dimaksudkan untuk menyelamatkan tanah tersebut agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah yang masih asli, sehingga tanah ini dapat diguanakan dan ditanami kembali pada saat kegiatan reklamasi atau penghijauan kembali.

Lanjut ke proses pengupasan tanah penutup dan Parting. Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup ditentukan oleh rencana target produksi, semakin baik rancangan pada pengupasan lapisan tanah penutup maka rencana target produksi semakin baik dengan metode dan alat yang mendukung pengupasan lapisan tanah penutup.

Selanjutnya proses rehabilitasi tanah dan reklamasi (spreading). Kegiatan reklamasi dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.

Dan Lanjut proses pengangkutan batubara (coal hauling) pengangkutan (Hauling).Terakhir proses transshipment Batubara (coal transshipment).

Total produksi batu bara PTBA di tahun 2022 mencapai 37,14 juta ton, tertinggi dari lima tahun terakhir.

ptba1Foto: ptba
ptba2Foto: ptba

Meningkatnya total produksi batu bara, secara tidak langsung berdampak terhadap peningkatan volume angkutan batu bara. Perusahaan bekerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, untuk mengangkut batu bara dari lokasi tambang ke lokasi pelabuhan dan dermaga milik Perusahaan yang berada di Kertapati, Palembang dan Tarahan, Lampung.

Di tahun 2022, total volume angkutan batu bara tercatat mencapai 28,81 juta ton di tahun 2022, mengalami peningkatan 13,35%, dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai 25,42 juta ton.

ptba3Foto: ptba

Total volume penjualan batu bara tahun 2022 sebesar 31,65 juta ton. Penjualan domestik tahun 2022 tercatat sebesar 19,17 juta ton, meningkat 18,99%, dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai 16,11 juta ton. Adapun penjualan ekspor tercatat sebesar 12,48 juta ton, mengalami peningkatan 1,82%, dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai 12,26 juta ton.

PTBA memproduksi batu bara kalori rendah hingga kalori tinggi.

ptba4Foto: ptba

Prospek Bisnis

PTBA menargetkan produksi batu bara menjadi 41,0 juta ton untuk tahun 2023 atau naik 11% dari realisasi tahun 2022 yang sebesar 37,1 juta ton dengan target angkutan pada 2023 meningkat menjadi 32,0 juta ton atau naik 11% dari realisasi angkutan tahun 2022 yang sebesar 28,8 juta ton.

Terkait volume penjualan batu bara 2023, Perseroan menargetkan peningkatan penjualan menjadi 41,2 juta ton atau naik 30% dari realisasi penjualan batu bara tahun 2022 yang sebesar 31,7 juta ton.

Dalam hilirisasi batu bara, PTBA berkomitmen untuk mendukung kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi batu bara dan menjaga ketahanan energi nasional. Perseroan telah memperoleh izin Kawasan Industri berbasis batu bara atau Bukit Asam Coal Based Industrial Estate di Tanjung Enim dengan luas 585 Ha, dan saat ini dalam proses menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Perseroan telah menyediakan lahan untuk pembangunan industri hilirisasi yang bekerja sama dengan mitra potensial. Selain itu, PTBA telah mengalokasikan cadangan batu bara khusus untuk proyek hilirisasi, sehingga kebutuhan batu bara untuk industri hilirisasi dapat terjamin.

PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP) membangun PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 berkapasitas 2x660 MW, atau dikenal juga sebagai PLTU Tanjung Lalang. HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dan China Huadian HongKong Company Ltd.

Pembangunan PLTU yang nantinya membutuhkan sekitar 5,4 juta ton batu bara per tahun ini telah mencapai kemajuan konstruksi sebesar 97%. Pembangkit listrik ini diharapkan dapat mulai beroperasi komersial pada 2023.

PTBA juga melakukan ekspansi ke energi terbarukan. Perseroan terus melakukan transformasi melalui diversifikasi bisnis untuk menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang terintegrasi dan berkelanjutan. Salah satunya dengan masuk ke bisnis energi baru terbarukan (EBT).

Pada 17 April 2023 lalu, PTBA menyepakati Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan HDF Energy yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan energi terbarukan, salah satunya hydrogen fuel. HDF Energy dan PTBA menjajaki kerja sama pengembangan infrastruktur hydrogen fuel berskala besar di wilayah operasi PTBA sebagai upaya pengurangan emisi karbon. Infrastruktur ini dapat menyediakan energi hijau yang stabil dan berkelanjutan, yang dibutuhkan untuk operasi PTBA sendiri atau dijual ke pasar.

Untuk mendukung Pemerintah mencapai target Net Zero Emission pada 2060, PTBA menerapkan praktek pertambangan yang baik (Good Mining Practice) dengan program-program dekarbonisasi.

Program-program dekarbonisasi ini merupakan bagian dari roadmap manajemen karbon PTBA hingga tahun 2050 yang akan terus dilaksanakan dan dikembangkan secara berkelanjutan di setiap lini perusahaan untuk memberikan hasil yang optimal.

PTBA banyak melakukan ekspor ke beberapa negara asia pasifik yang dilanda gelombang panas sejak April hingga Juni 2023. PTBA diketahui melakukan ekspor ke Tiongkok, Jepang, Taiwan, India, Malaysia, Kamboja, Filipina, Bangladesh, Sri Lanka, Hong Kong, Vietnam, Myanmar, Pakistan, dan beberapa negara di Eropa.

Beberapa negara asia pasifik telah dilanda gelombang panas sejak April hingga Juni 2023, yang diprediksi dapat meningkatkan permintaan terhadap batu bara untuk kebutuhan listrik. Sejak April 2023, gelombang panas yang memecahkan rekor telah melanda banyak negara Asia, termasuk India, Bangladesh, Tiongkok, Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Beberapa rekor suhu regional telah ditetapkan.

Hal ini lah yang diprediksi dapat meningkatkan permintaan terhadap batu bara yang diproduksi oleh PTBA terhadap negara-negara importir yang dilanda gelombang panas tersebut.

Layak Koleksi Atau Tidak?

Meski harga acuan batu bara saat ini masih mengalami trend penurunan, namun dari sisi bisnis PTBA masih cukup baik terutama untuk prospek secara jangka panjang. Jika ekonomi China telah berangsur pulih, hal ini dapat menjadi kabar baik untuk para eksportir batu bara termasuk PTBA untuk meningkatkan produksi dan penjualan. Sehingga PTBA masih layak untuk dikoleksi, apalagi PTBA dikenal royal dalam membagikan dividen jumbo.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation