Harga Jagung Turun & Culling Lanjut, CPIN & JPFA Dapat Berkah

Jakarta, CNBC Indonesia - Duo perusahaan unggas, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) mulai menunjukkan gairah pergerakan harga saham beberapa waktu ini. .

Terpantau harga saham JPFA selama sebulan terakhir sudah melesat 16,53% hingga perdagangan hari ini, Kamis (6/7/2023). CPIN juga menyusul sudah naik 9,18% secara bulanan. Sementara sejak awal tahun JPFA bertahan di zona penguatan sebesar 6,56%, sedangkan CPIN masih terjerembab zona merah, turun 5,31%.

Penguatan selama sebulan terakhir disinyalir akibat turunnya harga komoditas jagung yang menjadi salah satu komoditas untuk bahan baku produksi pakan ternak. Tercatat hingga perdagangan hari ini (6/7) pukul 15.11 WIB harga jagung telah menyusut -8,23% secara bulanan menjadi US$ 554 per bushel.

Harga jagung turun akan menguntungkan bisnis duo perusahaan unggas tersebut karena beban pokok penjualan bisa berkurang yang tentunya akan mengoptimalkan profitabilitas perusahaan ke depan.

Menurut data laporan keuangan pada sepanjang tiga bulan pertama 2023, JPFA mencatat bahan baku yang digunakan sebanyak Rp9,2 triliun atau setara 88% dari total beban pokok penjualan. Sementara untuk CPIN mengeluarkan bahan baku sebesar Rp10,74 triliun yang setara 82% dari beban pokok penjualan

Disamping itu, dari sisi top line kemungkinan besar pada kuartal III-2023 mendatang duo perusahaan ayam ini akan diuntungkan dengan dampak program culling yang akan kembali dikenalkan pada 12 Juni mendatang, ini akan menjadi yang ketiga kalinya pada tahun ini.

Program culling merupakan pemangkasan unggas secara massal yang bertujuan untuk mengendalikan harga. Harapannya dengan berlangsung program tersebut di sisa akhir tahun ini bisa mengendalikan kondisi oversupply sekitar 59 juta ayam berusia satu hari atau one day-old-chicks (DOC).

Pemangkasan diperkirakan akan terasa dampaknya sekitar Agustus hingga September tahun ini, sehingga harapannya harga ayam akan lebih atraktif di kuartal III-2023 yang potensi bisa meningkatkan profitabilitas lebih optimal.

Sebagai informasi, untuk kinerja keuangan hingga triwulan I-2023 CPIN mencatatkan penyusutan laba bersih menjadi Rp240,99 miliar, turun 79,76% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini terjadi karena meningkatnya beban perusahaan terutama karena efek kenaikan harga komoditas. Tercatat beban pokok penjualan naik 9,95% secara tahunan (yoy) menjadi Rp13,09 triliun, sementara penjualan hanya naik tipis 1,87% yoy menjadi Rp14,56 triliun.

Hal yang sama juga terjadi di JPFA yang malah mencatatkan kerugian hingga tiga bulan pertama 2023 sebesar - Rp249,92 miliar. Nilai ini berbanding terbalik dengan capaian laba periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp603,73 miliar. Kerugian dialami JPFA karena penjualan susut 3,22% yoy menjadi Rp11,76 triliun.

Selain itu, faktor menurunnya daya beli akibat inflasi juga mempengaruhi bisnis perusahaan dan ada kelebihan pasokan ayam berusia satu hari, serta ayam broiler yang terus berkepanjangan.

Kendati demikian, kinerja keuangan akan ada potensi perbaikan pada kuartal mendatang. Terutama sejauh ini kolaborasi antara sentimen penurunan harga jagung dan program culling yang digencarkan bakal meringankan beban dan potensi meningkatkan harga jual ayam. Hal ini juga bisa menjadi menjadi katalis pergerakan saham JPFA dan CPIN di sisa tahun ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected] 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.