
Bedah Kinerja Apik RAJA Yang Cocok Untuk Aset 'Nabung Saham'

Laba bersih melonjak 148% secara tahunan (YoY) karena pendapatan tumbuh 34,32%
Kas tetap positif di kuartal I-2023 mencapai US$53,03 juta, naik secara tahunan 76,17%
Kewajiban naik 20,50% YoY tetapi keuangan perusahaan makin baik karena tekanan risiko kenaikan suku bunga sudah mereda.
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten distributor gas, PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) berhasil mencatatkan profitabilitas yang memuaskan pada tiga bulan pertama tahun ini. Laba bersih melonjak 148% menjadi US$5,72 juta dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Laba bersih solid tersebut tidak lepas dari pendapatan yang tumbuh 34,32% secara tahunan (YoY) menjadi US$37,01 juta. Paling banyak ditopang segmen penjualan gas yang naik 1,81% YoY menjadi US$ 23,98 juta atau setara 64,81% dari total pendapatan.
Kabar baik datang dari pendapatan jasa pengangkutan minyak yang meroket US$8,76 juta, padahal di kuartal I-2022 segmen ini belum mencatatkan pendapatan sama sekali. Selanjutnya segmen pendapatan toll fee mencatatkan pertumbuhan tipis 0,40% YoY menjadi US$2,01 juta. Sisanya, segmen operating maintenance dan lain-lain yang tumbuh positif masing-masing 12,46% YoY menjadi US$ 681.009 dan 37,60% YoY menjadi US$ 954.916.
Sementara untuk segmen pendapatan gas compressor mencatatkan penyusutan -10,97% YoY menjadi US$616.405. Namun hal ini tidak begitu mengkhawatirkan karena segmen ini tidak berkontribusi signifikan. Hanya menyumbang 1,67% saja dari total pendapatan.
Perlu diketahui, berdasarkan pelanggannya PT Pertamina Gas menyumbang 38,54% ke pendapatan RAJA mencapai US$8,76 juta dan PT PLN menyumbang US$8,17 juta atau setara 38,54% dari total pendapatan. Ini adalah mesin bisnis RAJA yang merajai bidangnya.
Dari sisi beban manajemen dengan baik dapat menekan ongkos pokok pendapatan yang memang tercatat naik 17,28% YoY menjadi US$26,72 juta. Walaupun begitu, kenaikan pendapatan masih tinggi sehingga laba bruto masih tumbuh positif 113,92% YoY menjadi US$10,28 juta. Bagi investor pemegang sama RAJA ini adalah kabar baik, karena mengimplikasi margin laba kotor meningkat dari 17,45% di kuartal I-2022 menjadi 27,80% di kuartal I-2023.
Bagaimana Posisi Neracanya?
Dari sisi neraca hingga akhir Maret 2023, aset RAJA berhasil tumbuh 12,21% YoY menjadi US$292,29 juta. Kantong duit RAJA juga semakin tebal dengan posisi kas dan setara kas mencapai US$53,03 juta, naik 76,17% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu untuk liabilitas tercatat naik 20,5% YoY menjadi US$153,57 juta, dibandingkan kuartal I-2022 sebesar US$127,44 juta dengan utang berbunga bank sebanyak US$135,02 juta atau setara 87,91% dari total liabilitas. Rincian utang berbunga jangka pendek hanya sebesar US$ 11,61 juta, sementara sisanya US$123,41 juta merupakan utang berbunga jangka panjang. Sedangkan untuk ekuitas naik 4,26% YoY menjadi US$138,72 juta. Bila dibandingkan dengan utang berbunga bank, akan mengimplikasikan DER sebesar 97,45%.
Walaupun begitu, level keuangan RAJA masih sehat karena angka kewajiban itu disertai dengan likuiditas yang tebal terlihat dari cash ratio sebesar 65%, apalagi mayoritas utang bank perusahaan memiliki tenor panjang. Apabila dibandingkan dengan utang berbunga bank jangka pendek sebesar US$11,61 juta, tentu saja kas RAJA masih lebih dari cukup untuk memenuhi kewajibannya.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga sudah mulai menahan suku bunga selama tiga bulan terakhir yang artinya tekanan risiko akan suku bunga sudah mereda. Dalam rapat terakhir bulan April lalu dewan gubernur Bank Indonesia, BI memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.
BI sudah menyatakan tekanan inflasi sudah mereda sehingga prospek suku bunga yang lebih rendah ada di depan mata. "Keputusan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter yang preemptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan," ujarnya.
Selain itu, kebijakan BI yang semakin agresif menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah juga makin aman bagi perusahaan dengan beban utang dalam bentuk dolar AS seperti RAJA. Untuk rupiah Perry mengatakan, "Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah juga terus diperkuat guna mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global terhadap nilai tukar Rupiah," kata Perry.
Prospek Pipa Rokan Dorong Pendapatan Jasa Pengangkutan Minyak
RAJA memiliki prospek yang cukup dengan sejumlah deal-deal menguntungkan yang segera akan menghasilkan. Salah satunya pada 2021 lalu, RAJA menjalin kerja sama operasi (KSO) dengan PT Pertamina Gas (Pertagas) terkait pembangunan dan pengoperasian pipa minyak bumi di koridor Balam-Bangko-Dumai dan Koridor Minar-Duri-Dumai wilayah kerja Rokan.
Nilai investasi yang dikeluarkan untuk membiayai proyek itu mencapai US$300,62 juta, dimana 25% disumbang oleh RAJA dan 75% dikontribusi dari. Transaksi ini terbilang material untuk RAJA karena setara lebih dari 50% ekuitasnya pada saat itu.
Kerjasama itu sudah membuahkan hasil manis. Bisa dilihat dari segmen pengangkutan minyak yang berhasil mencatatkan pendapatan mencapai US$8,76 juta atau sudah setara 23,67% dari total pendapatan pada kuartal I-2023. Ditambah, Pertagas juga menjadi kontributor utama pendapatan mencapai RAJA mencapai 38,54%.
Menurut CNBC Indonesia Research, kerjasama ini akan memberikan kontribusi lebih optimal ke pendapatan RAJA di masa depan karena persaingan usaha di bidang pengangkutan minyak dan gas melalui pipa terbilang sangat minim. Terlebih, proyek pipa rokan sudah tuntas sejak Januari 2022 lalu, diharapkan operasional pengangkutan minyak dan gas bisa lebih lancar dan volume bisa meningkat.
Direktur RAJA, Oka Lesmana mengungkapkan proyek pipa rokan ini ditargetkan bisa menghasilkan setidaknya US$ 32,5 juta hingga US$ 32,5 juta ke perseroan di akhir 2023 mendatang. "Sedangkan untuk tahun 2023, Pipa Rokan diproyeksikan akan berkontribusi kurang lebih US$ 130-140 juta atau kurang lebih US$ 32,5-35 juta yang akan menjadi bagian perseroan," jelas Oka, dalam keterangan tertulis akhir tahun lalu.
Bagaimana Prospek Industrinya?
Secara industri, prospek bisnis RAJA cerah. Dilansir dari Shell's LNG Outlook 2023, permintaan LNG dari Eropa yang meningkat diperkirakan bakal memperketat kompetisi pasar gas cair dengan sejumlah negara di Asia hingga 2 tahun ke depan. "Perang di Ukraina telah menimbulkan efek yang dalam pada keamanan energi dunia dan membawa perubahan struktural yang serius pada pasar termasuk pasar LNG global untuk jangka panjang," kata Shell's Executive Vice President for Energy Marketing Steve Hill seperti dikutip dari keterangan resmi, Senin (20/2/2023).
Total perdagangan LNG global sempat mencapai di angka 397 juta ton pada 2022. Shell memproyeksikan permintaan LNG bisa mencapai di angka 650 juta ton sampai 700 juta ton setiap tahunnya hingga 2040 mendatang. "Hal ini memerlukan pendekatan yang lebih strategis untuk mengamankan pasokan yang andal lewat kontrak jangka panjang," kata Steve.
Untuk prospek yang lebih panjang, saham RAJA juga patut dijadikan instrumen 'menabung saham' mengingat adanya tren transisi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT) yang sudah dicanangkan pemerintah. Presiden Joko Widodo bahkan mengatakan akan menutup Pembangkit Listrik yang menggunakan batu bara pada 2050. "Tahun 2025, 23% energi berasal dari EBT, tahun 2050 seluruh pembangkit batu bara ditutup," kata Jokowi.
Menariknya, Indonesia memiliki cadangan gas bumi yang cukup potensial karena ada sekitar 68 cekungan yang belum tereksplorasi. Oleh karena itu, perkembangan industri gas ini masih akan terus berlanjut demi menambah pasokan sejalan dengan permintaan industri yang potensi meningkat di masa transisi ke EBT nantinya.
Sahamnya Masih Murah
Menggunakan metrik price to earning ratio (PER), hingga perdagangan Senin (15/5/2023), RAJA dihargai PER sebesar 21,99 kali lebih rendah dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir sebesar 26,29 kali. Artinya, secara fundamental valuasi RAJA sudah terdiskon atau murah.
Sementara, secara teknikal menggunakan harga harian, trend pergerakan harga saham RAJA masih cenderung sideways dari rentang support 970 hingga resistance 1015. Akan menarik bagi saham RAJA untuk diakumulasi ketika berhasil breakout dari resistance atau ketika memantul dari support terdekatnya.
![]() prospek RAJA |
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(mum/mum)