CNBC Indonesia Research

Jelang Lebaran, Ini Dampak Lingkungan yang Bisa Diminimalisir

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
20 April 2023 12:45
Presiden Joko Widodo (Jokowi) salat Idul Fitri di Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta, Senin (2/4/2022). (Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) salat Idul Fitri di Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta, Senin (2/4/2022). (Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden)
  • Tinggal menghitung hari saja seluruh Umat Muslim di dunia akan merayakan hari kemenangan yakni Hari Raya Idul Fitri 1444 H.
  • Selain pagi-pagi umat Muslim Indonesia akan salat Ied berjamaah di masjid dan lapangan, lalu bersilaturahmi dan kumpul dengan keluarga besar sebelum itu ada serangkaian aktivitas tak asing di Indonesia.
  • Selain semaraknya, perlu pula meminimalisir dampak tersebut agar aktivitas berlebaran bisa sesuai dengan tujuan aslinya, yaitu kembali ke fitrah atau disebut juga kesucian.

Jakarta, CNBC Indonesia - Tinggal menghitung hari saja seluruh Umat Muslim di dunia akan merayakan hari kemenangan yakni Hari Raya Idul Fitri 1444 H. Berbagai rangkaian serta budaya juga turut melekat di masyarakat.

Selain pagi-pagi umat Muslim Indonesia akan salat Ied berjamaah di masjid dan lapangan, lalu bersilaturahmi dan kumpul dengan keluarga besar sebelum itu ada serangkaian aktivitas tak asing di Indonesia, apa saja? simak daftarnya.

Selain mudik, Halal bi hala juga menjadi sorotan setiap kali lebaran. Namun, di balik meriahnya hari raya ini, Idul Fitri yang seharusnya dirayakan dengan kegiatan baik justru bisa berdampak buruk terhadap lingkungan.

Selain semaraknya, perlu pula meminimalisir dampak tersebut agar aktivitas berlebaran bisa sesuai dengan tujuan aslinya, yaitu kembali ke fitrah atau disebut juga kesucian. Sehingga ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian hingga bisa kita minimalisir bersama-sama. Apa saja? berikut rinciannya.

Minimalisir Sisa Makanan

Maklum saja, Hari Raya kerap kali dirayakan dengan berbagai makanan mulai dari manis hingga gurih dengan bentuk yang bermacam-macam. Di satu sisi, memang tak ada salahnya. Namun di sisi lain, dari hal ini tanpa kita sadari dapat memunculkan dampak yang serius yakni sisa makanan yang terbuang.

Menurut Economist Intelligence Unit, Indonesia merupakan salah satu negara 'pemboros' alias pembuang makanan terbesar kedua di dunia, dalam penelitian tersebut Indonesia bisa menyia-nyiakan hampir 300 kilogram makanan per orang setiap tahunnya.

Unit penelitian dalam Economist Group mengungkapkan dalam sebuah studi tahun 2016 bahwa Indonesia perlu memperbaiki infrastruktur dan meningkatkan kesadaran di kalangan konsumen untuk mengekang peningkatan pemborosan makanan.

Studi berjudul "Memperbaiki Pangan: Menuju Sistem Pangan yang Lebih Berkelanjutan" menemukan bahwa hanya Arab Saudi yang lebih buruk dari Indonesia dalam hal sampah makanan.

Pemboros besar lainnya adalah Amerika Serikat, yang menyia-nyiakan hampir 277 kilogram makanan per kapita setiap tahunnya, dan Uni Emirat Arab, yang membuang 196 kilogram per orang setiap tahunnya.

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), volume timbulan sampah di Indonesia pada 2022 mencapai 19,45 juta ton. Angka tersebut menurun 37,52% dari 2021 yang sebanyak 31,13 juta ton.

Berdasarkan jenisnya, mayoritas timbulan sampah nasional pada 2022 berupa sampah sisa makanan dengan proporsi 41,55%. Kemudian sampah plastik berada di urutan kedua dengan proporsi 18,55%.

Dengan konsumsi makanan yang besar selama Hari Raya yang tidak dimaksimalkan akan memunculkan yang namanya limbah makanan yang tidak terkelola dengan baik hingga berujung memunculkan masalah kesehatan dan menjadi tempat berkembang biaknya penyakit.

Sebagai catatan, Jumlah limbah makanan yang fantastis ini terjadi karena beberapa sebab, antara lain kurangnya pengetahuan untuk mengelola makanan dengan baik ataupun penyimpanannya. Ada juga karena perilaku belanja berlebihan ataupun kebiasaan memasak makanan dalam jumlah banyak.

Minimalisir Penggunaan Kendaraan Pribadi

Aktivitas mudik tentu menjadi sorotan saat menjelang lebaran ini. Mobilitas meningkat tajam karena ramainya perantau yang memutuskan untuk mudik ke kampung halaman.

Ini pada akhirnya memunculkan kemacetan tidak hanya terjadi di kota, tapi di banyak tempat di desa-desa. Arus mudik juga memindahkan polusi dari kota besar ke daerah pinggiran kota.

Berdasarkan hasil survei potensi pergerakan masyarakat masa lebaran 2023 yang dilakukan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pergerakan masyarakat diprediksi mencapai 123,8 juta orang. Angka ini naik 14,2% dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan hasil survei, asal pergerakan masyarakat diprediksi didominasi dari Pulau Jawa, yaitu sebesar 62,5% atau 77,3 juta orang. Sementara setidaknya ada 5 daerah tujuan perjalanan mudik masyarakat berikut rinciannya.

Dengan data ini , melihat potensi pergerakan masyarakat yang begitu tinggi pada masa mudik tahun ini, kami bersama pemangku kepentingan terkait akan menyiapkan langkah-langkah antisipasi. 

Penggunaan alat transportasi secara masif dan bersamaan akan meningkatkan polusi udara dari kendaraan bermotor berbahan bakar bensin dan solar. Sebab itu, pulang kampung menggunakan transportasi umum bisa menjadi pilihan bagi masyarakat. Namun tetap saja di masa lebaran seperti ini mobilitas terlebih mudik sudah menjadi budaya di Indonesia.

Minimalisir Kembang Api

Perayaan dengan petasan dan kembang api sering kali membuat masyarakat takjub, tapi hal ini bersifat semu. Sebab, rasa ini hanya berlangsung sebentar dibandingkan kerusakan lingkungan jangka panjang yang ditimbulkan.

Petasan dan kembang api mengandung zat kimia seperti logam berat, karbon, mesiu dan bahan bahan kimia lainnya.

Asap yang ditimbulkan dari petasan dan kembang api memunculkan polusi dan membahayakan saluran pernapasan jika terhirup dalam jumlah besar. Partikel-partikel petasan dan kembang api yang jatuh ke tanah dapat merusak tanaman dan mencemari air.

Sampah Dari Perayaan Takbir Keliling

Sudah tak asing lagi, ketika ada perkumpulan yang ramai tentunya sampah tak bisa dikendalikan. Terlebih saat perayaan takbir keliling ini.

Jakarta misalnya, sudah antisipasi akan hal ini. Diketahui, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyiagakan 3.000 petugas kebersihan saat malam takbiran hingga Hari Raya Idul Fitri 2023. Ribuan petugas dikerahkan untuk membantu bersih-bersih sejumlah masjid besar di Jakarta.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan, selain 3 ribu petugas kebersihan, ratusan truk sampah dan 85 unit kendaraan penyapu jalan otomatis atau road sweeper juga diturunkan.

Selain itu, DLH juga mengerahkan personel dan sarana untuk penanganan sampah di lokasi stasiun dan terminal sebagai bagian dari imbauan Mudik Minim Sampah dan masjid-masjid besar di Jakarta.

Satuan Pelaksanaan Lingkungan Hidup Kecamatan dan pengemudi truk sampah juga bakal diinstruksikan untuk melakukan pengosongan Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) di seluruh wilayah Jakarta pada H-4 Lebaran 2023.

Strategi ini dilakukan agar TPS dapat menampung sampah dengan kapasitas maksimal pada saat libur hari H dan H+1 Lebaran. Sebab, sampah yang dibiarkan lebih dari tiga hari berdiam di TPS akan mulai membusuk dan membuat tidak nyaman.

Sebab itu, kita bisa minimalisir dengan membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. Jika belum menemukan tempat sampah, anda bisa menyimpannya terlebih dahulu kemudian membuangnya pada tempat yang seharusnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(aum/aum)
Tags


Related Articles

Most Popular
Recommendation