Sectoral Insight

China vs Eropa Berebut LNG, Semoga RI Dapat Rejeki!

Research - Feri Sandria, CNBC Indonesia
01 February 2023 09:20
Terminal LNG Arun. (Doc PGN) Foto: Terminal LNG Arun. (Doc PGN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah membalikkan kebijakan nol Covid dan membuka kembali ekonomi yang lebih luas, konsumsi energi China yang tahun lalu tercatat turun diharapkan naik signifikan. Hal ini membuat liquefied natural gas (LNG) diprediksi akan menjadi rebutan, mengingat Eropa yang perlahan mulai mengurangi ketergantungan akan minyak dari Rusia.

Data Badan Energi Internasional (IEA) yang dipublikasi awal tahun ini menyebut konsumsi minyak dan gas China turun pada tahun 2022 untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade. Pengurangan penggunaan energi China tahun lalu membatasi lonjakan harga energi setelah invasi Rusia ke Ukraina dan membuat Eropa sedikit lega.

Penurunan konsumsi China tahun lalu secara keseluruhan relatif kecil, tetapi menjadi penting karena China dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi importir minyak dan gas utama dunia. IEA menyebut, permintaan minyak China untuk tahun lalu turun 3% atau berkurang atau 390.000 barel per hari, penurunan pertama sejak 1990. Sementara itu, total permintaan dunia meningkat 2,2 juta barel per hari atau naik 2%.

Tahun ini IEA memprediksi permintaan minyak global akan naik sekitar 2 juta barel per hari, dengan setengahnya berasal dari China.

Sementara itu, permintaan China untuk gas alam turun 0,7% pada 2022, penurunan pertama kali sejak 1982. Impor LNG anjlok 21% dan membuat China turun ke posisi kedua di antara importir, di belakang Jepang. IEA memproyeksikan permintaan gas global tahun ini akan meningkat 0,4% dan secara spesifik permintaan dari China diperkirakan akan tumbuh 6,5%.

Tingginya permintaan China tahun ini akan memberikan implikasi pada keseimbangan pasar energi global, khususnya untuk LNG. Amerika Serikat yang merupakan pengekspor gas utama ke China, selama setahun terakhir Amerika Serikat mengalihkan sebagian besar bisnisnya ke Eropa dan kawasan Asia lain.

Melansir Reuters, eksportir LNG asal AS meningkatkan pengiriman ke Eropa lebih dari 137% dalam 11 bulan pertama tahun 2022 dari periode yang sama tahun 2021. LNG AS memasok lebih dari separuh impor LNG Eropa dan membantu blok tersebut dari penurunan signifikan migas Rusia. Tahun ini AS diprediksi akan tetap menjadi negara asal impor LNG terbesar Eropa.

Harga Energi Akan Naik?

Karena perannya yang sentral, seberapa cepat dan kuat ekonomi China tumbuh tahun ini akan menjadi faktor utama penentu permintaan dan harga energi global. Di saat bersamaan, masih ada ketidakpastian yang tinggi akan potensi kenaikan harga energi karena jika terjadi, resesi di Amerika Serikat dan Eropa dapat mengurangi permintaan.

Selain itu dari sisi pasokan juga masih belum sepenuhnya aman, mengingat Rusia yang mengancam menurunkan tingkat produksi dapat menjadi permasalahan baru. Selain itu hanya ada sedikit peningkatan terminal ekspor LNG baru yang akan dibangun tahun ini oleh produsen utama seperti Amerika Serikat, Australia dan Qatar.

Potensi tingginya permintaan dan pasokan terbatas dapat meningkatkan harga gas dan LNG secara signifikan. Dampaknya dapat melebar ke melonjaknya harga dan permintaan batu bara untuk mengisi kekurangan yang dialami. Jika harga batu bara kembali naik, maka Indonesia sebagai salah satu eksportir terbesar tentunya bisa mendapat rejeki.

Namun potensi kenaikan harga dan permintaan batu bara bukan tanpa tantangan. China yang diketahui akan tetap sangat bergantung pada batu bara, khususnya dari RI, saat ini berusaha mengganti sebagian besar pembangkit batu bara dengan gas untuk meningkatkan kualitas udara di daerah perkotaan negara tersebut. Selain itu China juga mendorong adopsi mobil listrik dan merupakan produsen utama baterai yang diperlukan untuk elektrifikasi transportasi dan secara masif meningkatkan kapasitas pembangkit dari energi terbarukan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(fsd/fsd)

[Gambas:Video CNBC]