Ekspor Tembaga Tertinggi Dalam Satu Dekade! Yakin Disetop?

Jakarta, CNBC Indonesia - Larangan ekspor kini kerap diungkap oleh Presiden Joko Widodo. Setelah Nikel, kini Indonesia tengah bersiap merealisasikan aturan larangan eskpor bahan mentah bauksit dan tembaga pada pertengahan tahun ini.

Tujuan dari larangan ekspor mineral mentah mampu mendorong nilai tambah komoditas, sehingga mampu menambah penerimaan negara dan menyerap tenaga kerja.

Selama in, Indonesia memang memiliki sumber daya mineral yang begitu melimpah. Sebab itu, capaian ekspor selama ini tentunya dapat mencatatkan kinerja yang cemerlang.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang tahun 2021 Indonesia telah mengeskpor sebanyak 2,23 juta ton bijih tembaga dengan total US$ 5,39 miliar. Angka ini meningkat 123% dari tahun 2020 dan mencetak level tertinggi dalam satu dekade.

Jika diakumulasikan, selama 5 tahun terakhir total nilai ekspor bijih tembaga nasional mencapai US$16,7 miliar. Angka ini berkontribusi cukup besar terhadap total nilai ekspor sektor pertambangan.

Ternyata Jepang merupakan negara tujuan ekspor bijih tembaga Indonesia pada 2021 dengan nilai ekspor mencapai US$ 1,54 miliar.

Sementara, berdasarkan catatan BPS untuk 2022 sendiri, volume ekspor bijih tembaga Indonesia mencapai 2,5 juta ton. Angka ini naik 13% dibanding volume ekspor tahun 2021, sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam satu dekade.

Untuk nilai ekspornya, BPS juga mencatat selama periode Januari-Oktober 2022 komoditas tersebut juga mencapai US$7,7 miliar, lebih tinggi 42% dibanding perolehan sepanjang 2021.

Kendati kinerjanya menguat, Presiden Jokowi berencana menyetop ekspor tembaga mulai pertengahan 2023.

Namun memang, pemerintah dinilai perlu mempertimbangkan matang-matang rencana pelarangan ekspor konsentrat tembaga ke luar negeri pada pertengahan tahun ini.

Mengingat, kebijakan larangan ekspor mineral belum diimbangi dengan rampungnya fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) baru tembaga di dalam negeri.

TIM RISET CNBC INDONESIA