Rupiah Lewat! Baht Thailand Mata Uang Terbaik Kedua Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menunjukkan keperkasaan melawan dolar Amerika Serikat (AS) belakangan ini, tetapi baht Thailand lebih kuat lagi. Dalam 3 pekan pertama 2023, baht menjadi mata uang terbaik kedua di dunia, hanya kalah dari rubel Rusia.
Melansir data Refinitiv, pada perdagangan Senin (23/1/2023), baht berada di kisaran THB 32,74/US$. Sepanjang tahun ini penguatannya tercatat sekitar 6% dan berada di level terkuat sejak awal Maret 2022.
Sementara itu pasar finansial Indonesia hari ini libur merayakan Tahun Baru Imlek. Sepanjang tahun ini rupiah tercatat menguat 3,3% dan berada di urutan ke-empat dunia.
Yang menarik, baht mampu menjadi runner up dunia meski suku bunga bank sentral Thailand hanya hanya 1,25% jauh di bawah bank sentral AS (The Fed) 4,25% - 4,5%.
Lazimnya suku bunga di negara berkembang lebih tinggi ketimbang negara maju, apalagi jika dibandingkan dengan Amerika Serikat. Hal ini bertujuan untuk menarik investasi dengan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi. Sehingga, aliran modal asing akan masuk ke dalam negeri dan membuat mata uang menguat.
Rupanya, Thailand tidak mengandalkan tersebut, melainkan bertumpu pada devisa.
Thailand merupakan rajanya industri pariwisata di kawasan ASEAN. Pada 2019, sebelum pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) melanda, pendapatan dari industri pariwisata tercatat sebesar US$ 59,8 miliar, dan berkontribusi sebesar 11% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Tercatat sebanyak hampir 40 juta wisatawan manca negara yang berkunjung ke Thailand pada 2019. Tidak hanya berkontribusi besar ke perekonomian, pasokan valuta asing Thailand pun menjadi melimpah.
Devisa hasil ekspor (DHE) jasa pariwisata tersebut ditahan lama di dalam negeri.
Bank sentral Thailand beberapa kali melakukan revisi terhadap rezim devisa mereka. Sebelumnya Negara Gajah Putih juga menerapkan rezim bebas mereka kepada ekspor barang maupun jasa
Namun pada 2006, Thailand sudah mewajibkan DHE direpatriasi ke baht, dengan batasan US$ 200.000. Pada Maret 2021, bank sentral Thailand menaikkan batas DHE yang tidak harus direpatriasi menjadi US$ 1 juta. Di atas US$ 1 juta maka DHE harus direpatriasi ke baht.
Repatriasi dilakukan paling terlambat 360 hari setelah mendapat pembayaran. DHE juga diwajibkan mengendap dan baru bisa ditransaksikan lagi setelah 360 hari.
Dengan kebijakan tersebut, pasokan valuta asing menjadi cukup besar. Hal ini tercermin dari cadangan devisa Thailand yang nilainya mencapai US$ 216,6 miliar pada Desember 2022. Kurs baht pun menjadi perkasa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]