
14 Saham Batu Bara Ngegas! Ada China Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten batu bara secara mayoritas kembali bergairah pada perdagangan sesi I Kamis (19/1/2023), setelah adanya kabar baik dari ekspor batu bara ke Eropa di tahun 2022.
Hingga pukul 09:37 WIB, hanya satu saham yang stagnan dan satu saham yang mencatatkan koreksi.
Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Borneo Olah Sarana Sukses | BOSS | 105 | 2,94% |
Adaro Minerals Indonesia | ADMR | 1.740 | 2,35% |
Golden Eagle Energy | SMMT | 675 | 2,27% |
Atlas Resources | ARII | 274 | 1,48% |
Baramulti Suksessarana | BSSR | 4.140 | 1,47% |
Bukit Asam | PTBA | 3.460 | 1,47% |
Delta Dunia Makmur | DOID | 286 | 1,42% |
Indika Energy | INDY | 2.590 | 1,17% |
Bumi Resources | BUMI | 150 | 0,67% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 3.190 | 0,63% |
Indo Tambangraya Megah | ITMG | 35.900 | 0,56% |
Mitrabara Adiperdana | MBAP | 6.875 | 0,36% |
Mitrabahtera Segara Sejahtera | MBSS | 1.220 | 0,00% |
Bayan Resources | BYAN | 19.950 | -0,62% |
Sumber: RTI
Saham PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) kembali memimpin penguatan pada perdagangan sesi I hari ini, yakni melonjak 2,94% ke posisi harga Rp 105/saham.
Selanjutnya di posisi kedua, terdapat saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) yang melesat 2,35% ke Rp 1.740/saham.
Ada juga emiten batu bara PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) yang juga ikut menghijau, yakni melompat 2,27% ke Rp 675/saham.
Selain itu, beberapa saham batu bara big cap seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga kembali menghijau pada pagi hari ini.
Namun sayangnya, saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) justru melemah 0,62% ke posisi Rp 19.950/unit pagi hari ini.
Kenaikan saham batu bara yang kembali terjadi setelah adanya kabar bahwa ekspor batu bara RI ke Eropa melonjak di tahun 2022.
Volume nilai dan ekspor batu bara Indonesia ke kawasan Uni Eropa melesat pada 2022. Lonjakan ekspor ditopang oleh tingginya permintaan dan harga setelah perang Rusia-Ukraina meletus.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan volume ekspor batu bara Indonesia ke Uni Eropa menyentuh 5, 85 juta ton pada Januari-Desember 2022. Volume tersebut melonjak 1.373% dibandingkan pada 2021 yang hanya tercatat 396.582 ton.
Secara nilai, ekspor batu bara RI ke Uni Eropa menembus US$ 1,055 miliar sepanjang 2022. Nilai tersebut melesat 4.114% dibandingkan pada 2021 yang mencapai US$ 25,044 juta.
Italia, Spanyol, Jerman, hingga Polandia merupakan beberapa negara yang meningkatkan pemesanan batu bara Indonesia dalam jumlah sangat besar.
Italia mengimpor batu bara RI senilai US$ 418,14 juta pada Januari-Desember 2022. Pencapaian tersebut sangat luar biasa mengingat Italia tidak tercatat mengimpor batu bara RI pada 2021.
Sementara itu, berdasarkan catatan BPS hingga Oktober 2022, volume ekspor terbesar ekspor ke Uni Eropa adalah ke Polandia.
Volume ekspor batu bara ke Polandia mencapai 1,9 juta ton. Urutan kedua adalah Italia sebesar 1,13 juta ton dan Belanda dengan 1,04 juta ton.
Negara Uni Eropa lain yang mencatatkan volume ekspor besar pada Januari-Oktober adalah Slovenia (143 ribu ton), Swiss (111 ribu ton), dan Kroasia (139 ribu ton).
Kecuali Slovenia, hampir seluruh negara Uni Eropa tidak mengimpor batu bara Indonesia pada 2021.
Sebelumnya, Kementerian ESDM memang memperkirakan ekspor batu bara ke Eropa, termasuk Uni Eropa dan Inggris, akan mencatat rekor pada 2022.
Ekspor ke seluruh wilayah Eropa diperkirakan mencapai 6,6 juta ton. Pencapaian terbesar sebelumnya adalah 6,2 juta ton pada 2012.
Meski ada kabar baik dari sektor batu bara RI, tetapi harga batu bara acuan dunia kembali jatuh kemarin. Pada Rabu kemarin, harga batu bara ditutup di posisi US$ 326,5 per ton. Harganya jatuh 1,06% dibandingkan hari sebelumnya.
Dalam sepekan terakhir, harga batu bara juga lebih sering melemah. Sepanjang Kamis pekan lalu hingga Rabu pekan ini, batu bara tiga hari perdagangan.
Kolumnis Reuters, Gavin Maguire mengatakan harga batu bara melemah karena suhu yang lebih bersahabat di Eropa selama musim dingin, pasokan gas yang memadai, serta belum meningkatnya aktivitas ekonomi di China.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)