2022 Kacau Balau, Derita Sektor Teknologi Akan Berlanjut?

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2022 menjadi petaka bagi saham sektor teknologi di pasar modal. Sebelumnya, kala ekonomi global dibanjiri 'uang murah', investor ramai-ramai memadati saham teknologi yang tumbuh cepat. Namun momentum segera berubah kala bank sentral AS mulai menaikkan suku bunga acuan secara perlahan sejak awal tahun lalu.
Dari bursa domestik, sektor teknologi menjadi pemberat utama pertumbuhan return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Mengutip data Bursa Efek Indonesia, Sepanjang 2022 sektor teknologi terpangkas nyaris setengahnya atau mengalami koreksi 42,61% dalam setahun.
Catatan buruk tersebut tercermin dari kinerja emiten eks startup yang langsung kehabisan bahan bakar pasca melantai di bursa. Saham Bukalapak.com (BUKA) dan GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) masing-masing telah ambles 69% dan 73% dari harga penawaran umum perdana (IPO). Pelemahan kedua saham tersebut menghapus ratusan triliun dalam kapitalisasi pasar bursa domestik.
Sementara itu, kondisi lebih baik dicatatkan oleh dan induk Blibli yakni Global Digital Niaga (BELI) yang mana sejak IPO harganya naik tipis sebesar 4,44%. Hal ini salah satunya karena tidak banyak pihak yang mengendalikan perusahaan ini. Grup Djarum menguasai 83,69% saham BELI.
Kondisi yang sama juga terjadi di bursa global dengan saham-saham perusahaan teknologi raksasa seperti induk Facebook Meta Platforms Inc., Amazon.com Inc., Apple Inc., Netflix Inc. dan pemilik Google Alphabet Inc ikut mengalami pelemahan tahun lalu.
Saham Meta anjlok 64% pada tahun 2022; Netflix menurun 51%; tiga saham lainnya turun setidaknya 27%. Secara kolektif, saham FAANG melenyapkan lebih dari US$ 3 triliun dalam kapitalisasi pasar, menyeret turun pasar saham yang lebih luas. S&P 500 tahu lalu ambles 19%, tahun terburuk sejak krisis keuangan 2008.
Era 'Uang Murah Berakhir'
Ketika suku bunga berada di level terendah, investor lebih bersedia membayar saham dengan orientasi pertumbuhan dan aset berisiko untuk 'berjudi' demi memperoleh pengembalian (return) yang lebih tinggi. Tetapi dengan kenaikan suku bunga Fed pada laju tercepat sejak 1980-an, lalu diikuti bank sentral utama dunia lain, kondisi pasar modal berubah 180 derajat dengan investor lebih memilih berinvestasi pada perusahaan dengan fundamental bagus yang menghasilkan uang tunai bagi pemegang sahamnya sekarang, atau dikenal juga sebagai value stock.
Dari bursa domestik, ditopang oleh kinerja keuangan mengkilap emiten batu bara, sektor energi menjadi pendorong utama penguatan IHSG tahun ini. Sepanjang tahun 2022, sektor energi tercatat menguat 100%. Hal yang sama terjadi di Wall Street, dengan sektor energi S&P 500 menguat 59% pada tahun 2022 karena perselisihan geopolitik membuat harga komoditas energi melonjak pada kuartal pertama.
Selain itu saham-saham defensif yang dikenal cenderung stabil terlepas dari kondisi pasar dan ekonomi, mengungguli kinerja indeks yang lebih luas. Sektor konsumen primer (non-siklikal) dan kesehatan tumbuh masing-masing 7,89% dan 10,20%, lebih tinggi dari IHSG yang menguat 4,09% dalam setahun.
Potensi di 2023 dan Tahun Selanjutnya
Ketika konsumen dan bisnis mengencangkan ikat pinggang untuk menghadapi potensi resesi, perusahaan teknologi yang tampaknya kebal akan krisis ekonomi selama pandemi kini telah merasakan pendapatan mereka melambat. Perusahaan raksasa global seperti Microsoft melaporkan hasil kuartalan terburuk mereka dalam beberapa tahun. Amazon dan Meta mengumumkan PHK.
Dari dalam negeri juga terlukis kondisi serupa, perusahaan publik eks stratup maupun yang masih dalam proses rintisan, ramai-ramai mengurangi jumlah karyawan demi mencapai tingkat profitabilitas secara lebih cepat.
GOTO mengumumkan PHK massal kepada 1.300 karyawan. Selin GOTO, e-commerce milik raksasa teknologi asal Singapura, Shopee, juga ikut melakukan PHK masal, bahkan dilakukan dalam tiga kali gelombang.
E-commerce lainnya yakni JD.ID juga telah melakukan PHK masal dan dikabarkan akan menghentikan operasi di Indonesia.
Startup edtech juga mengalami nasib serupa, dengan Ruangguru, Pahamify dan Zenius telah mengumumkan PHK. Dari sektor fintech perusahaan ternama seperti Ajaib, LinkAja, Tanihub, Tokocrypto hingga Xendit ikut mengumumkan pemutusan hubungan kerja kepada sejumlah karyawannya.
Keputusan berat ini diambil, salah satunya karena keringnya modal swasta yang mulai mengukur langkah kala situasi ekonomi global semakin sulit. Alhasil tanpa guyuran dana tak terbatas, perusahaan-perusahaan tersebut mau tidak mau ikut melangsingkan operasi demi menjaga biaya tetap rendah melalui PHK masal.
Tahun 2022, startup mengalami tahun yang suram nyaris di seluruh metrik, mulai dari investasi yang anjlok hingga banyaknya perusahaan yang gagal melakukan pencatatan publik, dengan data menunjukkan tahun 2023 kondisinya bisa jadi lebih sulit.
Akhir tahun lalu, para pendiri dan investor startup semakin sengsara dengan nilai investasi yang jatuh signifikan serta sedikitnya peluang untuk mengubah ekuitas menjadi uang tunai.
Industri startup saat ini tengah menghadapi awal yang suram untuk tahun baru, termasuk tanda-tanda bahwa valuasi akan semakin turun, menurut pandangan sejumlah pemodal ventura, bankir, dan manajer investasi.
Hal tersebut mengikuti apa yang telah terjadi pada perusahaan publik di sektor teknologi yang mengalami penurunan harga saham signifikan, utamanya karena mengikisnya kepercayaan investor serta pemangkasan eksposur di sektor teknologinya oleh sejumlah manajer investasi dan hedge fund sepanjang tahun 2022.
Meski tahun 2023 masih menjadi tahun menantang, ada secercah harapan yang menunggu di masa depan. Sejumlah analis percaya bahwa sektor teknologi diharapkan dapat kembali menjadi pemimpin pasar ketika Fed dan sejumlah bank sentral utama global mulai memangkas suku bunga, yang dia prediksi kemungkinan akan terjadi pada tahun 2024.
Hal ini tentu dapat menciptakan potensi pembelian saham teknologi yang saat ini diperdagangkan di harga rendah (buying the dip), mengikat di portofolio dalam jangka waktu yang lama, sembari berdoa The Fed segera menurunkan suku bunga dan membuat sektor teknologi kembali bullish.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd/fsd)