Newsdata

Terungkap! Ini Penyebab Anak Muda Ogah Jadi Petani

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
01 December 2022 12:50
Petani Porang di hutan Desa Blungun, Kecamatan Jepon, kebupaten Blora, Jawa Tengah. Tanaman bernama latin Amorphophallus Oncophyllus Muelleri Blume atau biasa disebut porang di kawasan ini banyak ditanam oleh petani karena memiliki nilai ekonomis.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Petani Porang di hutan Desa Blungun, Kecamatan Jepon, kebupaten Blora, Jawa Tengah. Tanaman bernama latin Amorphophallus Oncophyllus Muelleri Blume atau biasa disebut porang di kawasan ini banyak ditanam oleh petani karena memiliki nilai ekonomis. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan profesi petani menjadi sebuah profesi yang menjanjikan dan bisa mensejahterakan. Kepala negara ingin, generasi muda lebih berminat untuk menjadi petani.

Jokowi mengemukakan, umur 71% petani Indonesia saat ini berusia 45 tahun ke atas, sementara yang di bawah umur 45 tahun hanya 29%. Pemerintah pun saat ini bertekad menjadikan sektor pertanian menjadi sektor menguntungkan.

Lantas apa yang menyebabkan generasi muda tak mau menggeluti bidang pertanian?

Bidang pertanian tak lagi menarik minat anak muda, khususnya dari generasi Z. Berdasarkan hasil survei Jakpat, hanya 6 dari 100 generasi Z berusia 15-26 tahun yang ingin bekerja di bidang pertanian. Ada sejumlah alasan mengapa banyak generasi Z yang tak ingin bekerja di bidang pertanian.

Sebanyak 36,3% responden beralasan tidak adanya pengembangan karier. Lalu, 33,3% responden menilai bekerja di bidang pertanian penuh risiko yang harus ditanggung. Ada pula 20% responden enggan bekerja di bidang pertanian karena pendapatannya kecil.

Sebanyak 14,8% responden tak ingin bekerja sebagai petani karena merasa tidak dihargai. Sedangkan, 12,6% responden menilai pekerjaan di bidang tersebut tidak menjanjikan. Adapun, hasil survei Jakpat menunjukkan, generasi Z lebih tertarik bekerja di bidang pendidikan, sebagaimana disampaikan oleh 15,8% responden.

Kemudian, ada 13% responden yang ingin bekerja di bidang teknologi informasi. Sebanyak 11,5% responden ingin bekerja di bidang kesehatan. Sedangkan, generasi Z yang ingin bekerja di bidang pertambangan dan seni kreatif masing-masing sebesar 10% dan 7,1%.

Jika dikombinasi dengan hasil dari Riset CNBC Indonesia hal ini begitu relevan. Berdasarkan data yang di peroleh dari hasil wawancara mendalam oleh anak petani di bawang putih di Magelang. Mereka mengungkapkan bahwa tak tertarik meneruskan pertanian karena tahu faktanya bahwa pertanian "kadang begitu menyakitkan".

Mengapa demikian? Setelah diperdalam kembali nyatanya pertanian cukup pelik dilakukan karena membutuhkan modal yang besar dengan hasi usaha tani yang bisa dibilang 'tebak-tebakan'. Jika hasil usahatani bagus maka bisa menutupi modal yang bersumber dari hutang di bank ataupun dari pinjaman keluarga.

Namun jika gagal atau setengah gagal maka hasil pendapatan akan habis menutupi sewa lahan (jiwa lahan bukan milik sendiri), biaya pupuk, biaya pestisida yang mahal hingga biaya lainnya.

Pada dasarnya ini soal pengembangan sumberdaya manusianya dan fasilitas yang memadai baik dari segi modal usaha tani, pengembangan skill yang tentunya akan menarik gen Z tertarik menggeluti bidang pertanian apalagi industri sedang di landa PHK seperti saat sekarang ini.

Tentunya akan ada banyak generasi yang ingin menggeluti bidang ini namun memang perlu digali lebih lanjut terkait modal yang dimiliki.

Karena Perkembangan teknolog sektor pertanian yang cepat perlu diimbangi dengan regenerasi SDM pertanian yang cepat pula. Inilah pentingnya memperkenalkan dunia pertanian kepada generasi muda sejak dini. Tidak hanya milenial, kini pertanian juga menjadi sesuatu yang dekat dengan gen Z.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aum/aum)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation