Newsletter

IHSG Kembali Tertekan, Data Ekonomi Jadi Harapan

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
05 November 2019 07:11
IHSG Kembali Tertekan, Data Ekonomi Jadi Harapan

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar saham harus pegangan kemarin ketika bursa saham secara mengejutkan ditutup terkoreksi lagi, menggenapi koreksi 3 hari terakhir secara beruntun.

Pelemahan terjadi setelah di awal perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menguat secara meyakinkan, tetapi kemudian menjelang tutup minum di tengah hari malah terkoreksi dan tidak kembali ke zona hijau lagi jingga penutupan pasar. Alhasil, indeks berakhir memerah dengan turun 0,43% menjadi 6.180,34 pada akhir jam perdagangan kemarin (4/11/19).

Pelemahan terutama disebabkan melemahnya lima indeks sektoral yang dipimpin oleh memerahnya indeks properti 1,81% dan barang konsumsi 1,48%, yang diikuti sektor aneka industri, pertambangan dan keuangan yang juga melemah.

Di sisi lain, empat sektor masih mampu menghijau dan menahan pelemahan IHSG, yang dimotori sektor agrisbisnis 1,77% dan infrastruktur 1,25%. Dua sektor lain yang juga menguat adalah industri dasar dan perdagangan.



 

Sebanyak 202 saham menguat, 227 saham turun, dan 137 saham bergerak stagnan. Nilai transaksi harian sebesar Rp 8,05 triliun dan kapitalisasi pasar yang terbentuk Rp 7.229,14 triliun.

Koreksi yang terjadi kemarin di pasar sayangnya telah membuat posisi IHSG ditekan hingga kembali ke bawah posisi akhir tahun lalu, tepatnya masih lebih rendah 0,23% daripada posisi akhir tahun lalu 6.194. Dengan kata lain, setelah indeks menggeliat naik dan turun pada periode 10 bulan lebih hingga menyentuh level 5.826 dan 6.547, tetapi akhirnya tersungkur juga.



Padahal, tidak ada sentimen khusus yang membuat pasar terkoreksi, sehingga pasar diduga sedang grogi dan mengambil posisi lebih awal dan melakukan aksi ambil untung (profit taking) sembari menunggu bacaan data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 dalam negeri yang akan diumumkan siang ini (5/11/19).

Meskipun indeks acuan utama pasar saham domestik tersebut melemah, ada secercah harapan. Investor membukukan aksi beli bersih (nett foreign buy) cukup signifikan kemarin.

Meski indeks melemah lantaran aksi profit taking investor domestik, beli bersih investor asing dicatatkan hingga Rp 240,33 miliar di seluruh pasar dan Rp 196,03 miliar di pasar reguler saja. Pasar reguler biasanya dijadikan acuan karena sudah mengecualikan transaksi negosiasi dan pasar tunai yang relatif kurang mencerminkan transaksi organik.

Aksi beli bersih asing memang menjadi salah satu indikator ketertarikan investor luar negeri terhadap saham dan juga terhadap risiko dan prospek ekonomi di dalam negeri. Tidak banyak aksi beli bersih asing yang sudah terjadi di pasar saham domestik sejak awal tahun. Tercatat, hanya satu dari total 10 bulan yang mengalami beli bersih asing.

Apalagi dari global justru lagi menjadi saksi fase mesra-mesranya a la-a la drama Korea dari hubungan politik Amerika Serikat (AS)-China yang sebelumnya mencekam.

Sentimen positif dari global tersebut masih membuat pasar surat utang negara (SUN) diburu dan menguat kemarin. Penguatan harga ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) tiga dari empat seri acuan. Seri acuan yang paling kondang yaitu FR0078 yang bertenor 10 tahun kemarin mengalami penguatan dan menekan yield-nya hingga tepat berada di level psikologis 7%, seperti yang ditunjukkan data Refinitiv.

Tiga seri lain yang menjadi acuan pasar tahun ini adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Penguatan juga masih disertai derasnya aksi beli investor asing di pasar obligasi rupiah pemerintah. Kepemilikan investor asing di pasar obligasi mencapai angka cantik Rp 1.060 triliun pada akhir pekan lalu, 1 November 2019.

Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu menunjukkan jumlah dana asing di pasar surat utang negara (SUN) mencerminkan masuknya dana asing senilai Rp 6,34 triliun sejak pekan sebelumnya, atau Rp 1,89 triliun dibanding posisi sehari sebelumnya atau akhir Oktober. 

Penyebab utama tentu adalah penurunan suku bunga acuan baik di tingkat global maupun domestik sehingga mampu memicu kenaikan harga obligasi hingga mampu dengan gagah berani membentuk tren positif hingga saat ini, dan membuat instrumen utang pemerintah itu semakin seksi di mata investor.

Apalagi, damai dagang yang semakin mendekat di depan mata serta menjauhnya ancaman resesi dunia turut membuat investor asing semakin bernafsu masuk ke pasar efek utang yang diterbitkan Kementerian Keuangan.

Buktinya di depan mata. Langkah kenaikan harga obligasi semakin sangar sepanjang Oktober dan mendukung pertumbuhan keuntungan instrumen investasi tersebut sepanjang tahun yang masih melanjutkan tren yang masih menanjak.

Untuk Oktober saja, data indeks Indobex Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) menunjukkan kenaikan hasil investasi (return) investor obligasi pemerintah pada periode Oktober mencapai 2,23%. Indeks tersebut naik ke 267,62 pada akhir Oktober dari posisi 261,78 di akhir bulan ke-9.

Return SUN tersebut dihitung dari potensi pendapatan kupon yang diterima investor secara berkala dan potensi keuntungan dari selisih harga instrumen efek utang yang diterbitkan pemerintah. SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.

Dari sisi harga dan tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah di pasar sekunder pada periode yang sama, data Refinitiv menunjukkan bahwa yield SUN seri acuan mengalami rerata penurunan 95 basis poin (bps), atau 0,95%. Artinya, terjadi penurunan yield dengan besaran yang hampir 1% untuk masing-masing serinya.

Hari ini, pelaku pasar SUN kemungkinan besar akan mencermati lelang perdana seri FR0083 dan beberapa seri lain dalam lelang rutin yang akan digelar Kementerian Keuangan di siang hari. Seri baru tersebut akan menjadi seri acuan tenor 20 tahun mulai tahun baru nanti.

Kemarin, penguatan pasar obligasi juga didukung oleh penguatan rupiah dengan pergerakan positif hingga membawa rupiah terapresiasi 20 poin (0,14%) ke Rp 14.010/dolar AS. Penguatan tersebut sebenarnya patut diacungi jempol karena dolar AS justru menguat terhadap enam mata uang utama dunia kemarin hingga naik menjadi 97,55 dari posisi 97,23, yang diwakili oleh Dollar Index.

Dollar Index dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya, yang dibentuk dari posisi greenback, sebutan lain dolar AS, terhadap enam mata uang yakni euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.

Ya, di negara tetangga dan negara lain di dunia, sentimen positif damai dagang yang sedang happening sukses membuat pasar saham menguat.

Kemarin, indeks Shanghai di China naik 0,58%, indeks Hang Seng di Hong Kong menguat 1,65%, indeks Straits Times di Singapura terapresiasi 0,21%, dan indeks Kospi di Korsel bertambah 1,43%. Untuk diketahui, perdagangan di bursa saham Jepang diliburkan kemarin seiring dengan peringatan Culture Day.

Jika sentimen positif sedang merebak, maka pasar obligasi di negara maju biasanya menunjukkan koreksi, karena mengindikasikan adanya peralihan dana dari pasar surat utang ke pasar ekuitas. Kemarin, pasar obligasi US Treasury di AS menunjukkan koreksi dan mengangkat yield-nya di pasar.

Tentunya, optimisme bahwa AS dan China akan segera meneken kesepakatan dagang tahap satu telah memberi tenaga bagi mayoritas bursa saham di Benua Kuning hingga akhirnya kuat kembali.

Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross optimistis bahwa kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China akan bisa diteken pada bulannya 'November Rain'. Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa jika kedua negara benar berhasil menyepakati kesepakatan dagang tahap satu, penandatanganan akan digelar di AS.

Jika AS dan China benar bisa meneken kesepakatan dagang tahap satu, ada peluang bea masuk tambahan yang kini sudah diterapkan dan pemblokiran terhadap perusahaan-perusahaan asal China bisa dicabut. Jika ini yang terjadi, roda perekonomian dunia bisa dipacu untuk berputar lebih kencang.

Di sisi lain, masuknya Hong Kong ke periode resesi tak menghentikan aksi beli oleh pelaku pasar saham Asia. Apresiasi indeks Hang Seng yang mencapai 1,65% pada hari ini bahkan menandai apresiasi selama tiga hari beruntun.

Pada pekan lalu tepatnya hari Kamis (31/10/2019), Departemen Sensus dan Statistik Hong Kong merilis pembacaan awal untuk data pertumbuhan ekonomi periode kuartal III-2019. Pada tiga bulan ketiga tahun ini, perekonomian Hong Kong diketahui membukukan kontraksi sebesar 3,2% secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ).

Hari perdagangan yang positif juga terjadi di Pasar Eropa dan Wall Street. Di pasar saham AS, tiga indeks saham utama menguat semua dan kompak membentuk rekor tertinggi baru tadi pagi. Indeks Dow Jones Industrial Avg menguat 0,42% hingga menorehkan rekor di 27.462, S&P 500 naik 0,37% hingga 3.078, dan Nasdaq terapresiasi 0,56% menjadi 8.433.

Optimisme pasar setelah akhir pekan lalu sedang tinggi "dan membuat investor lebih mudah melanjutkan aksi beli dan dan keluar dari dinding kekhawatiran," uja Michael James, managing director of equity trading di Wedbush Securities asal Los Angeles.

Pemangkasan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve juga menjadi sentimen positif yang menambah katalis penguatan di pasar saham setelah keluarnya pernyataan optimistis dari pemerintah AS dan juga data tenaga kerja Oktober di AS.



Sama halnya di Eropa. Meskipun indeks-indeks utamanya tidak seluruhnya kompak mencetak rekor tertinggi baru sepanjang masa seperti saudaranya di Negeri Paman Sam, penguatan indeks-indeks utama di Benua Biru masih terjadi.


Hanya dua indeks yang menguat hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, yaitu indeks CAC 40 di Perancis menjadi 5.842 dan indeks pan-Eropa Stoxx 600 yang menguat ke 403,41. Indeks DAX di Jerman naik ke 13.136 yang menjadi titik tertinggi sejak Mei 2018, sedangkan FTSE 100 di Inggris menguat hingga 7.365 yang menjadi level tertinggi sejak akhir September.


Pertama, tentu pergerakan Wall Street dan dunia serta Bursa Asia pagi ini akan diharapkan pelaku pasar domestik dapat mengusir kekhawatiran dari kepala dan hati investor global sehingga mau mampir ke pasar keuangan domestik serta melakukan aksi beli sehingga mampu mendorong penguatan IHSG dan pasar obligasi hari ini.

Kedua, adalah dari data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 yang akan ditunggu-tunggu pelaku pasar dan sempat membuat grogi kemarin. Saat ini, konsensus pelaku pasar memprediksi pertumbuhan ekonomi akan sedikit melambat menjadi 5,01% dibanding kuartal sebelumnya 5,05%. Jika benar demikian, maka sentimen negatif kemungkinan akan membuat pasar tidak bergerak atau lebih parahnya akan memaksa koreksi IHSG dapat berlanjut.

Ketiga, adalah perkembangan dari damai dagang. Segala macam pernyataan dari China maupun AS saat ini masih menjadi perhatian utama yang dapat membuat penggiat pasar menentukan arah transaksi.

Keempat, data neraca perdagangan AS nanti malam waktu Indonesia Barat akan menjadi perhatian lain dari pasar keuangan global. Karena konsensus memprediksi akan ada perbaikan, yaitu defisitnya menciut menjadi US$ 52,5 miliar dari bulan sebelumnya US$ 54,9 miliar, maka jika sesuai ekspektasi, akan ada dorongan ekstra dari Negeri Paman Sam untuk bekal bertransaksi esok hari.

Kelima, keluarnya India dari Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), dengan alasan ingin melindungi warga negaranya dapat menjadi sentimen tersendiri bagi situasi politik negara-negara utama dunia. RCEP adalah perjanjian perdagangan yang mencakup sebagian besar wilayah Asia yang di mana kesepakatan tersebut melibatkan dukungan dari China tahun depan.

Keenam, panasnya hawa nuklir kembali membuat Iran dan negara maju bersitegang karena Negeri Para Mullah itu mengumumkan telah meluncurkan mesin sentrifugal canggih generasi baru untuk mempercepat proses pengayaan uranium. Langkah ini memperdalam sikap tidak tunduk Iran pada kesepakatan nuklir 2015 setelah ditinggalkan AS pada 2018 lalu.


Berikut agenda bursa dan ekonomi pekan ini:

Selasa (5/11/19)
Pertumbuhan PDB/Pertumbuhan Ekonomi 3Q-2019, Indonesia. 11:00 WIB.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober, Indonesia. 11:00 WIB.
Indeks Keyakinan Bisnis 3Q-2019, Indonesia. 12:00 WIB.

Penentuan suku bunga acuan Bank Sentral Australia (RBA), Australia. 10:30 WIB
Neraca perdagangan September, Amerika Serikat (AS). 20:30 WIB.
Data tenaga kerja non-manufaktur Oktober, AS. 21:00 WIB.

Rapat Umum Pemegang Saham PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN). 13:30 WIB.


Rabu (6/5/19)
Penjualan ritel September, Indonesia. 11:00 WIB.

Data persediaan minyak mentah, AS, 04:30 WIB.
Data penjualan ritel September, Uni Eropa (UE). 17:00 WIB.

Cum date dividen DIRE Ciptadana Properti Ritel Indonesia (XCID). 16:15 WIB.
Cum date dividen DIRE Ciptadana Properti Perhotelan (XCIS). 16:15 WIB.
Public expose PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA).
Public expose PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
Public expose PT Envy Technologies Indonesia Tbk (ENVY).
Public expose PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI).
Public expose PT Wahana Ottomitra Multiartha Finance Tbk (WOMF-WOM Finance).
Rapat Umum Pemegang Saham PT Envy Technologies Indonesia Tbk (ENVY). 10:00 WIB.
Rapat Umum Pemegang Saham PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA). 11:00 WIB.
Rapat Umum Pemegang Saham PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk (MAGP). 14:00 WIB.
Rapat Umum Pemegang Saham PT Tunas Ridean Tbk (TURI). 14:00.


Kamis (7/5/19)
Cadangan devisa valas Oktober, Indonesia. 11:00 WIB.

Neraca perdagangan September, Australia. 07:30 WIB.
Penentuan suku bunga Bank Sentral Inggris, Inggris. 19:00 WIB.
Inflasi, Inggris. 19:00 WIB.

Public expose PT Indonesia Pondasi Raya Tbk (IDPR-Indopora).
Rapat Umum Pemegang Saham PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU). 14:00.


Jumat (8/11/19)
Neraca pembayaran/neraca berjalan 3Q-2019, Indonesia. 10:00 WIB.

Neraca perdagangan Oktober, China. 10:00 WIB.
Pencatatan saham perdana PT Ginting Jaya Energi Tbk. 09:00 WIB.
Pencatatan saham perdana PT Singaraja Putra Tbk (SINI). 09:00 WIB.
Rapat Umum Pemegang Saham PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS). 09:30 WIB.


Sabtu (9/11/19)
Inflasi, China. 08:30 WIB.



Berikut ini sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Q2-2019 YoY)

5,05%

Inflasi (Oktober 2019 YoY)

3,13%

BI 7-Day Reverse Repo Rate (Oktober 2019)

5%

Defisit anggaran (APBN 2019)

-1,84% PDB

Transaksi berjalan (2Q-2019)

-3,04% PDB

Neraca pembayaran (2Q-2019)

-US$ 1,98 miliar

Cadangan devisa (September 2019)

US$ 124,3 miliar

 

TIM RISET CNBC Indonesia


(irv) Next Article Hitung Hari Bursa Tutup, Mau Libur atau Santa Claus Rally?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular