
Awas Bahaya Laten Perang Dagang!

Kemarin, IHSG ditutup menguat 0,64%. Nilai transaksi tercatat Rp 7,46 triliun dengan volume 9,14 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 408.629 kali.
IHSG sempat merah kala Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data realisasi perdagangan internasional periode Mei 2018. BPS melaporkan ekspor Indonesia sepanjang bulan lalu tumbuh 12,47% secara year-on-year (YoY), sementara impor melonjak hingga 28,12% YoY. Ini menghasilkan neraca perdagangan yang defisit cukup dalam yaitu US$ 1,52 miliar.
Defisit perdagangan tersebut memberi kesan bahwa aliran devisa dari sektor perdagangan seret. Artinya, sokongan devisa untuk menopang fondasi rupiah menjadi rapuh. Benar saja, pada perdagangan kemarin rupiah melemah sampai 0,53% terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
IHSG sempat terjebak di zona merah setelah rilis data ini. Namun, pasar kemudian mencerna data BPS dan menemukan harapan.
Tingginya impor pada Mei salah satunya dipicu oleh barang konsumsi, yang tercatat sebesar US$ 1,73 miliar. Melonjak hingga 14,88% secara month-to-month (MtM) atau sekitar 34% secara YoY. Secara bulanan, peningkatan impor barang konsumsi bahkan lebih besar dibandingkan dengan kenaikan impor bahan baku dan barang modal (masing-masing sebesar 9,02% MtM dan 6,63% MtM).
Hal ini nampaknya ditangkap investor sebagai indikasi pemulihan daya beli masyarakat, yang akan berujung pada membaiknya komponen konsumsi rumah tangga dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu, ada harapan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2018 akan lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya.
Saat Ramadan dan Idul Fitri tahun lalu, impor barang konsumsi Indonesia malah anjlok sebesar 12,49% secara MtM atau 1,23% YoY. Tahun 2017 memang merupakan masa yang suram bagi daya beli masyarakat, seiring dicabutnya subsidi listrik golongan 900 VA pada awal hingga pertengahan tahun lalu.
Investor pun memburu saham-saham emiten barang konsumsi, yang dicerminkan dengan indeks sektor barang konsumsi ditutup menguat 2,94%. Tertinggi dibandingkan sembilan sektor saham lainnya. Saham-saham emiten barang konsumsi yang membukukan penguatan di antaranya GGRM (+7,85%), HMSP (+5%), ICBP (+4,17%), UNVR (+1,81%), dan INDF (+1,15%).
IHSG beruntung karena bursa-bursa utama Asia tidak mampu menutup hari di teritori positif. Indeks Nikkei 225 turun 0,79%, Shanghai Composite anjlok 1,04%, Hang Seng amblas 1,29%, dan Straits Times minus 0,81%.
Isu perang dagang menjadi pemberat laju bursa saham Benua Kuning. Diawali dengan kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengenakan bea masuk 25% terhadap lebih dari 800 produk China mulai 6 Juli. Kebijakan ini kemudian memantik balas dendam Beijing, yang juga akan memberlakukan bea masuk 25% kepada lebih dari 600 produk AS mulai 6 Juli.
Beberapa hari kemudian, giliran Uni Eropa yang akan memberlakukan bea masuk 25% bagi berbagai produk AS, karena Trump telah mengenakan kebijakan serupa untuk baja dan aluminium dari Benua Biru. Trump malah balik menggertak Uni Eropa dengan ancaman bea masuk 20% untuk mobil.
Tidak cukup sampai situ, mantan pembawa acara The Apprentice itu berencana membatasi aktivitas perusahaan China di Negeri Paman Sam. Perusahaan yang punya kepemilikan minimal 25% oleh pihak China akan dilarang untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan teknologi strategis di AS.
Dewan Keamanan Nasional AS dan Kementerian Perdagangan AS juga tengah merancang peraturan untuk mengontrol ekspor AS ke China untuk menghindari produk-produk berteknologi strategis dikirim ke Negeri Tirai Bambu. Langkah-langkah ini dimaksudkan untuk menghalangi pencurian hak kekayaan intelektual dan teknologi strategis oleh China.
Situasi ini membuat investor tidak nyaman. Kini perang dagang sudah melebar ke perang investasi. Pertumbuhan ekonomi dunia sedang dipertaruhkan.
Akhirnya bursa saham pun ditinggalkan, dan pelaku pasar memilih bermain aman dengan memegang aset-aset safe haven. Yen Jepang, salah satu aset safe haven, menguat sampai lebih dari 0,5% terhadap greenback pada perdagangan kemarin karena tingginya minat investor.
Dari Wall Street, tiga indeks utama mengawali pekan dengan kurang mulus. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 1,33%, S&P 500 amblas 1,37%, dan Nasdaq jatuh 2,21%.
Setali tiga uang dengan Asia, sentimen perang dagang menjadi penyebab utama koreksi di Wall Street. Restriksi investasi menjadi salah satu yang menjadi kekhawatiran investor. Steve Mnuchin, Menteri Keuangan AS, menyebutkan ppelarangan investasi tidak hanya berlaku untuk China tetapi seluruh negara yang diduga ingin mencuri teknologi AS.
"Pernyataan akan segera keluar dan itu (pelarangan investasi) tidak spesifik kepada China, tetapi kepada semua negara yang mencoba mencuri teknologi kami," tegas Mnuchin melalui kicauan di Twitter.
Namun pernyataan Mnuchin diluruskan oleh Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih. Menurut Navarro, sejauh ini pihak yang dilaporkan masuk dalam kebijakan larangan investasi hanya China.
Dalam wawancara dengan CNBC Internasional, Navarro menyatakan Kementerian Keuangan AS akan melapor kepada Presiden Trump pada akhir pekan ini mengenai larangan investasi terhadap China. Langkah ini dilakukan untuk mempertahankan teknologi dan kekayaan intelektual sehingga bisa menyejahterakan rakyat AS di masa depan.
Saham perusahaan-perusahaan teknologi, yang menjadikan China sebagai pasar ekspor utama, berjatuhan akibat sentimen perang dagang dan investasi ini. Di Nasdaq, indeks tech-heavy anjlok 2,1% sementara di S&P 500, indeks teknologi jatuh 2,3%.
Satu lagi saham yang menjadi pemberat Wall Street adalah Harley-Davidson. Uni Eropa akan mengenakan bea masuk kepada moge (motor gede) ini, sehingga Harley-Davidson mempertimbangkan akan memindahkan fasilitas produksi ke luar negeri untuk sepeda motor yang akan dikirim ke Eropa. Dengan begitu, bea masuk bisa dihindari karena sepeda motor tersebut bukan made in USA.
Harley-Davidson memperkirakan pengenaan bea masuk di Eropa bisa membebani perusahaan sebesar US 90-100 juta (Rp 1,27-1,41 triliun) per tahun. Kisah Harley-Davidson ini membuat sahamnya amblas sampai 6%.
Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu saja koreksi yang cukup dalam di Wall Street. Pelaku pasar perlu waspada karena biasanya dinamika di Wall Street akan memberi warna kepada bursa saham Asia, termasuk Indonesia.
Kedua, pasar perlu terus memantau perkembangan perang dagang. Isu inilah yang kemarin membuat bursa saham Asia berguguran, dan bukan tidak mungkin berlanjut pada hari ini.
Pasalnya, perang dagang ini semakin hari justru semakin parah. Bahkan perang dagang bisa dibilang menjadi bahaya laten yang selalu menghantui pasar.
"Orang-orang ketakutan. Pasar tidak suka ketidakpastian dan perang dagang adalah sesuatu yang mempersulit, bahkan menghambat," kata Wayne Kaufman, Chief Market Analyst di Phoenix Finansial Services yang berbasis di New York, seperti dikutip Reuters.
Harga minyak juga bisa menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Harga si emas hitam kembali turun merespons keputusan Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) yang akan menaikkan produksi sekitar 1 juta barel/hari.
Penurunan harga minyak bukan berita baik bagi IHSG. Emiten migas dan pertambangan kurang mendapat apresiasi kala harga minyak sedang turun.
Namun, ada harapan bagi IHSG yaitu nilai tukar dolar AS yang melemah. Dollar Index (yang menggambarkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,22% pada pukul 04:30 WIB.
Depresiasi dolar AS utamanya dipicu oleh kuatnya yen Jepang. Perang dagang yang bergelora membuat investor memburu aset-aset safe haven, salah satunya yen.
Rupiah bisa memanfaatkan situasi rapuhnya dolar AS untuk kembali menguat. Bila rupiah menguat, maka berinvestasi di instrumen berbasis mata uang ini menjadi menguntungkan karena nilainya naik. Pasar saham Indonesia pun bisa berharap investor asing akan kembali masuk dan memperkuat IHSG.
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
- Rilis indeks keyakinan konsumen AS versi The Conference Board Inc. periode Juni 2018 (21:00).
- Rilis data indeks manufaktur The Fed Richmond periode Juni 2018 (21:00).
Perusahaan | Jenis Kegiatan | Waktu |
PT Lionmesh Prima Tbk (LMSH) | RUPS Tahunan | 08:00 |
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) | RUPS Tahunan | 09:00 |
PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk (TMAS) | RUPS Tahunan | 09:00 |
PT Lion Metal Works Tbk (LION) | RUPS Tahunan | 09:30 |
PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk (KIAS) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Sitara Propertindo Tbk (TARA) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Dwi Guna Laksana Tbk (DWGL) | RUPSLB | 10:00 |
PT Argo Pantes Tbk (ARGO) | RUPS Tahunan | 10:30 |
PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) | RUPS Tahunan | 10:30 |
PT Fortune Mate Indonesia Tbk (FMII) | RUPS Tahunan | 11:00 |
PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) | RUPS Tahunan | 11:00 |
PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) | RUPS Tahunan | 13:00 |
PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI) | RUPS Tahunan | 14:00 |
PT Unggul Indah Cahaya Tbk (UNIC) | RUPS Tahunan | 14:00 |
PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) | RUPS Tahunan | 14:00 |
PT Pool Advista Indonesia Tbk (POOL) | RUPSLB | 14:00 |
PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) | RUPS Tahunan | 14:00 |
PT Kokoh Inti Arebama Tbk (KOIN) | RUPS Tahunan | 14:00 |
PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) | RUPS Tahunan | 14:00 |
PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) | RUPS Tahunan | 15:00 |
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) | RUPS Tahunan | 15:00 |
Berikut perkembangan sejumlah indeks saham utama:
Indeks | Close | % Change | % YTD |
IHSG | 5,859.08 | 0.64 | (7.81) |
LQ45 | 918.79 | 1.06 | (14.88) |
DJIA | 24,252.80 | (1.33) | (1.89) |
CSI300 | 3,560.92 | (1.33) | (11.66) |
Hang Seng | 28,961.39 | (1.29) | (3.20) |
NIKKEI | 22,338.15 | (0.79) | (1.87) |
Strait Times | 3,260.84 | (0.81) | (4.18) |
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:
Mata Uang | Close | % Change | % YoY |
USD/IDR | 14,150 | 0.53 | 6.19 |
EUR/USD | 1.17 | 0.40 | 4.68 |
GBP/USD | 1.33 | 0.09 | 4.40 |
USD/CHF | 0.99 | (0.06) | 1.52 |
USD/CAD | 1.33 | 0.15 | 0.37 |
USD/JPY | 109.72 | (0.22) | (1.88) |
AUD/USD | 0.74 | (0.33) | 2.21 |
Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:
Komoditas | Close | % Change | % YoY |
Minyak Light Sweet (US$/barel) | 68.24 | (0.57) | 57.33 |
Minyak Brent (US$/barel) | 74.76 | (1.05) | 63.07 |
Emas (US$/troy ons) | 1,266.43 | (0.18) | 1.82 |
CPO (MYR/ton) | 2,295.00 | 0.53 | (11.22) |
Batu bara (US$/ton) | 108.58 | 1.24 | 39.53 |
Tembaga (US$/pound) | 2,98 | (1.53) | 13.71 |
Nikel (US$/ton) | 15,180.50 | 1.85 | 68.09 |
Timah (US$/ton) | 20,400.00 | (0.49) | 6.11 |
Karet (JPY/kg) | 163.40 | 2.13 | (16.03) |
Kakao (US$/ton) | 2,393.00 | (3.66) | 34.49 |
Berikut perkembangan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara:
Tenor | Yield (%) |
5Y | 7.30 |
10Y | 7.56 |
15Y | 8.03 |
20Y | 7.99 |
30Y | 7.93 |
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (Q I-2018 YoY) | 5.06% |
Inflasi (Mei 2018 YoY) | 3.23 |
Defisit anggaran (APBN 2018) | -2.19% PDB |
Transaksi berjalan (Q I-2018) | -2.15% PDB |
Neraca pembayaran (Q I-2018) | -US$ 3.85 miliar |
Cadangan devisa (Mei 2018) | US$ 122.9 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Kalau Trump Saja Bisa Kena Covid, Apa Kabar Kita-kita?
