
Newsletter
Wall Street Memerah, Sektor Komoditas Layak Diperhatikan
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
20 April 2018 07:00

- IHSG menguat pada Kamis
- Dow Jones, S&P 500, Nasdaq kompak terkoreksi
- Investor global mulai lirik komoditas
Penguatan IHSG senada dengan bursa saham regional yang juga diperdagangkan menguat: indeks Shanghai naik 0,85%, Hang Seng bertambah 1,4%, Nikkei naik 0,15%, Strait Times menguat 1,15%, Kospi naik 0,25%, SET (Thailand) naik 1,13%, dan KLCI (Malaysia) naik 0,84%.
Data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan transaksi kemarin berlangsung dengan nilai Rp 7,5 triliun, memperdagangkan 9,5 miliar saham. Frekuensi perdagangan mencapai 461.224 kali.
Secara sektoral, aneka industri menguat hingga 2,15%, tertinggi dibandingkan dengan sembilan sektor saham lainnya, disusul oleh sektor pertambangan yang tumbuh 1,98%. Penguatan sektor pertambangan salah satunya dipicu oleh naiknya harga komoditas seperti minyak mentah dan batu bara.
Pada Rabu, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Mei menguat 3% ke US$68,5/barel, sementara brent kontrak pengiriman Juni menguat 2,65% ke US$73,48/barel. Sementara itu, harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman bulan ini naik 0,65% ke US$92,65/metrik ton.
Sampai dengan perdagangan saham berakhir, WTI menguat 0,85% menjadi US$69,05/barel, sementara brent naik 0,95% menjadi US$74,18/barel. Saham-saham sektor pertambangan yang mencatatkan kenaikan di antaranya: PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+3,81%), PT Harum Energy Tbk/HRUM (+3,74%), PT Indo Tambangraya Megah Tbk/ITMG (+3,53%), PT Elnusa Tbk/ELSA (+3,48%), dan PT Benakat Integra Tbk/BIPI (+1,22%).
Suntikan energi bagi IHSG juga datang dari pernyataan Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menyebutkan bahwa Indonesia berkeinginan untuk bergabung dalam blok dagang Trans-Pacific Partnership (TPP).
Berbicara kepada CNBC dalam pertemuan musim semi IMF-World Bank di Washington, mantan Direktur Pelaksana World Bank tersebut mengungkapkan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam TPP memang selalu menjadi keinginan Presiden Joko Widodo. Namun, ia juga mengungkapkan bahwa hal tersebut bukan menjadi prioritas saat ini.
"Arahnya menuju ke sana [bergabung dengan TPP]. Namun kami masih harus menyelesaikan berbagai masalah struktural. Itulah mengapa pemerintah Indonesia memfokuskan diri pada konektivitas, sumber daya manusia, dan reformasi kemudahan berusaha atau ease of doing business," ujarnya, dilansir dari CNBC International, Kamis (19/4).
Terlepas dari ikut-tidaknya AS dalam kesepakatan ini, keikutsertaan Indonesia dalam TPP, jika didukung daya saing industri dalam negeri, berpotensi meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Pelaku pasar menyambut kabar ini dengan positif.
Dari sisi eksternal, sentimen positif berhembus dari semenanjung Korea di mana pertemuan antara Donald Trump dan Kim Jong Un sudah semakin nyata dan membuat investor optimis bahwa Korea Utara pada akhirnya akan melakukan denuklirisasi.
Sebelumnya, uji coba senjata nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara seringkali membuat investor melarikan dananya ke instrumen safe haven seperti emas, obligasi, Yen, dan Franc. Kabar positif ini juga memberikan alasan bagi investor untuk betah di pasar dan memburu saham-saham unggulan.
Melalui postingannya di Twitter sore kemarin pada waktu Indonesia, Trump mengungkapkan bahwa Mike Pompeo yang merupakan Secretary of State telah bertemu secara langsung dengan Kim Jong Un pada minggu lalu.
"Mike Pompeo bertemu dengan Kim Jong Un di Korea Utara pada minggu lalu. Pertemuan berlangsung sangat lancar dan hubungan yang baik telah terbentuk. Rincian mengenai pertemuan sedang dikerjakan sekarang. Denuklirisasi akan menjadi hal yang baik untuk dunia, juga untuk Korea Utara!", papar Trump dalam akun @realDonaldTrump.
Optimisme investor juga ditopang oleh keyakinan akan tercapainya kesepakatan dagang yang saling menguntungkan antara AS dan Jepang. Dalam konferensi pers bersama pasca pertemuan dengan PM Jepang Shinzo Abe, Trump mengungkapkan bahwa kedua negara akan bekerja sama dalam hal perdagangan. Abe menambahkan bahwa nantinya akan ada diskusi mengenai kebijakan perdagangan yang bebas, adil, dan saling menguntungkan.
Seiring dengan berbagai sentimen positif yang menyelimuti perdagangan, investor asing melakukan pembelian bersih senilai Rp 213 miliar. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 142,39 miliar), PT Vale Indonesia Tbk/VALE (Rp 91,9 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 59,41 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 41,87 miliar), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 29,94 miliar) merupakan saham-saham yang paling banyak diburu oleh investor asing Wall Street berakhir di teritori negatif pada Kamis, dengan saham-saham di tiga sektor menjadi penyumbang utamanya yakni saham sektor konsumer, sektor properti, dan teknologi. Mayoritas saham produsen chip berbasis di Asia terkoreksi karena melaporkan kinerja keuangan yang mengecewakan.
Misalnya, Taiwan Semiconductor Manufacturing yang pendapatannya pada kuartal kedua diprediksi hanya US$7,9 miliar, atau di bawah ekspektasi pasar senilai US$8,8 miliar. Kondisi ini memicu aksi jual terhadap saham teknologi lainnya seperti saham Apple, Nvidia, Micron, dan Advanced Micro Devices (AMD).
Dari sektor konsumer, saham Procter & Gamble Co turun 3,3% setelah raksasa industri konsumer tersebut setuju membeli Merck KGaA yang berbasis di Jerman.
Akibatnya, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,34% atau 83,18 poin ke 24.664,89, sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,57% atau 15,51 poin ke 2.693,13 dengan 9 dari 11 sektor utamanya terjebak di teritori negatif. Nasdaq juga terkoreksi, sebesar 0,78%, ke 7.238,06.
Rilis kinerja keuangan korporasi menjadi andalan pelaku pasar di Amerika Serikat (AS) untuk mengoleksi beberapa saham unggulan, di tengah minimnya sentimen positif. Hanya sektor keuangan dan energi yang masih menguat. Saham American Express melompat 7,6% setelah melaporkan kinerja keuangan positif yang mengalahkan ekspektasi.
Para pelaku pasar masih mengukur peluang kenaikan suku bunga, setelah surat berharga AS berjatuh tempo 10 tahun naik 2,9%. Pada awal tahun 2018, kenaikan imbal hasil di surat berharga yang sama memicu koreksi di bursa saham AS karena investor khawatir inflasi naik lebih tinggi dari perkiraan.
Di sisi lain, angka pengangguran AS masih di atas ekspektasi, setelah data resmi pemerintah AS menunjukkan klaim pengangguran mingguan mencapai 232.000. Philadelphia Fed index menyentuh 23,2 pada April, atau lebih tinggi dari estimasi Reuters sebesar 20. Ancaman perang dagang dan berlanjutnya sinyal kuat pertumbuhan ekonomi global menciptakan peluang bagi kenaikan harga komoditas.
Meski terjadi keramaian di panggung politik dunia seperti perang dagang dan kenaikan konflik di Suriah meningkatkan volatilitas pasar saham, tetapi pasar komoditas justru relatif stabil dengan kenaikan di beberapa komoditas seperti misalnya aluminium.
"Dalam jangka panjang, jika kita melihat gambaran besar ekonomi dunia, kita bisa melihat siklus besar yang terukur," ujar pakar komoditas Fidessa, Mike Wilkins, seperti dikutip CNBC. Terlepas dari retorika politik dan keramaian yang ada, lanjut dia, ada kisah bagus dan menarik terkait pertumbuhan ekonomi dan berujung pada kenaikan komoditas terutama logam dasar.
Ancaman perang dagang China dan AS berujung pada terhambatnya aliran barang dan menaikkan nilai komoditas. Sebagai contoh, aluminium harganya naik setelah AS mengenakan sanksi pada Rusal yang tak lain adalah produsen logam terbesar kedua dunia.
Secara bersamaan, harga tembaga akhir-akhir ini berbalik menguat didorong harapan pertumbuhan ekonomi global akan terjaga sehingga menaikkan permintaan tembaga. Kondisi yang sama juga berpeluang menimpa komoditas perkebunan yang harganya akhir-akhir ini menguat meski perlahan.
"Harga (komoditas) telah tertekan lebih dari tiga setengah tahun. Ini terjadi karena pasar yang lagi melemah karena produksi menyentuh atau mendekati titik tertingginya di banyak negara. Sekarang ini adalah kebalikannya, dan kita mulai melihat semuanya kembali membaik," ujar Kepala Analis Northstar Commodity Mark Schultz. Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini
- Rilis data inflasi Jepang per Maret (04:30)
- Pertemuan OPEC dan produsen minyak non-OPEC (14:00)
- Rilis data Indeks Keyakinan Konsumen Uni Eropa (15:00)
Perusahaan | Jenis Kegiatan | Waktu |
PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) | Rilis Kinerja Kuartal 1 | 17:00 |
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) | RUPS Tahunan | 09:00 |
PT Paramita Bangun Sarana Tbk (PBSA) | RUPS Tahunan | 09:00 |
PT Intiland Development Tbk (DILD) | RUPS Tahunan | 09:30 |
PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA) | RUPS Tahunan | 10:00 |
PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR) | RUPS Tahunan | 14:30 |
Berikut ini data-data perdagangan baik saham, komoditas, maupun mata uang:
Indeks | Close | Prev. close | % Change | % YTD |
IHSG | 6,355.9 | 6,320 | 0.57 | (0.54) |
LQ45 | 1,040.38 | 1,034.25 | 0.59 | (4.15) |
Dow Jones | 24,664.89 | 24,748,07 | (0.34) | (1.57) |
CSI300 | 3,881.84 | 3,766.09 | 1.21 | (6.47) |
Hang Seng | 30,708.44 | 30,284.25 | 1.4 | 1.34 |
NIKKEI | 22,191.18 | 22,158.20 | 0.15 | (2.64) |
Strait Times | 3,598.73 | 3,557.82 | 1.15 | 4.91 |
Komoditas | Close | % Change | % YoY |
Minyak WTI (USD/barel) | 68.03 | (0,53) | 35,33 |
Minyak Brent (USD/barel) | 73.72 | 0,16 | 39,12 |
Emas (USD/troy ons) | 1.345,45 | (0,27) | 5,01 |
CPO (MYR/ton) | 2.388 | (0,21) | (9,51) |
Batu bara (USD/ton) | 93.45 | 1,6 | 11,05 |
Tembaga (USD/pound) | 3.1232 | (0,98) | 23,03 |
Nikel (USD/ton) | 15.224 | 7,41 | 61,36 |
Timah (USD/ton) | 21.475 | 0 | 8,05 |
Karet (JPY/kg) | 179,5 | 1,99 | (25,08) |
Kakao (USD/ton) | 2.837 | 0,46 | 56,24 |
Mata Uang Utama | Close | Prev. close | % Change | % Yearly |
USD/IDR | 13.780 | 13.773 | 0.05 | 3,44 |
EUR/USD | 1.2344 | 1.2378 | (0.23) | 15.22 |
GBP/USD | 1.4081 | 1.4202 | 9.97 | 11.14 |
USD/CHF | 0.9713 | 0.9685 | 0.32 | (2.72) |
USD/CAD | 1.2664 | 1.2628 | 0.29 | (5.99) |
USD/JPY | 107.42 | 107.33 | 0.18 | (1.73) |
AUD/USD | 0.7727 | 0.7790 | 0,71 | 2.66 |
(ags/ags) Next Article Dapur Warga RI Simpan Harta Karun Dunia, Diburu Karena Buat Langsing
Most Popular