Newsletter

Waspada, Air Belum Tenang

Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
08 February 2018 04:47
Investor perlu waspada karena situasi belum stabil dan Wall Street kembali terkoreksi.
Foto: CNBC
  • IHSG kembali menguat setelah dua hari terkoreksi cukup dalam.
  • Bursa Asia ditutup variatif, investor masih bergerak hati-hati.
  • Wall Street kembali terkoreksi. 
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bangkit pada perdagangan kemarin. Untuk hari ini, investor perlu waspada karena situasi belum stabil dan Wall Street kembali terkoreksi. 

IHSG ditutup menguat 0,87% ke 6.534,87 poin pada perdagangan kemarin. Seluruh sektor saham menguat, dipimpin oleh sektor barang konsumsi yang naik hingga 1,32%. 

Transaksi berlangsung semarak dengan nilai sebesar Rp 9,12 triliun. Sebanyak 242 saham ditutup menguat, 113 saham melemah, sementara 199 lainnya stagnan. 

Penguatan bursa saham domestik didukung oleh kembali menghijaunya bursa Amerika Serikat (AS). Data penjualan ritel kuartal IV-2017 yang tumbuh 1,8% secara year on year (YoY), lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya tumbuh 0,2% YoY, juga nampaknya mampu menghembuskan energi positif untuk penguatan IHSG. 

Namun, investor nampak masih sangat berhati-hati dalam menempatkan dananya di pasar saham Asia, mengingat ketidakpastian masih cukup tinggi. Terlebih, sampai dengan penutupan perdagangan kemarin, kontrak futures bursa saham AS ditransaksikan melemah. Situasi memang belum stabil. 

Alhasil, bursa regional masih ditutup variatif atau mixed. Apa yang dikhawatirkan pasar Asia pun terjadi. Wall Street kembali melemah setelah sehari sebelumnya menguat cukup signifikan. Ketidakpastian masih menghantui, ternyata air belum tenang. 

Pelemahan terjadi pada saat-saat terakhir perdagangan, karena sebelumnya Wall Street cenderung berada di teritori positif. Dow Jones terkoreksi tipis 0,08% ke 24.893,35, sementara S&P 500 turun 0,34% menjadi 2.685,41 dan Nasdaq berkurang 1,26% ke 6.582,02. 

Saham-saham teknologi dan energi menjadi pemberat Wall Street. Penurunan terdalam dialami oleh saham Apple yang mencapai 2,14% karena isu perpajakan di Eropa. Prancis dan Jerman ingin perusahaan raksasa teknologi tersebut membayar pajak yang lebih besar. Sedangkan saham-saham emiten energi seperti Exxon dan Chevron masing-masing melemah 1,41% dan 1,89% akibat anjloknya harga minyak. 

Untuk perdagangan hari ini, faktor yang bisa mendorong kenaikan IHSG lebih lanjut adalah sentimen positif dari data cadangan devisa. Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa Tanah Air pada akhir Januari 2018 senilai US$ 131,9 miliar, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 130,2 miliar. 

Posisi cadangan devisa pada akhir Januari 2018 cukup untuk membiayai 8,5 bulan impor atau 8,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Investor bisa tenang karena BI selalu berada di pasar dengan “peluru” yang cukup. 

Namun ada pula faktor yang bisa menghambat penguatan atau bahkan menyeret IHSG ke zona merah. Pertama adalah harga minyak, yang mengalami koreksi dalam. Harga minyak jenis light sweet sempat terkoreksi hingga kisaran 4%. 

Posisi harga minyak saat ini mencapai titik terendah dalam sebulan terakhir. Penyebabnya adalah cadangan dan produksi minyak AS yang meningkat. 

Stok minyak AS per 2 Februari 2018 naik 1,9 juta barel menjadi 420,3 juta barel. Sedangkan produksi emas hitam Negeri Paman Sam telah menyentuh 10,25 juta barel/hari. Tahun ini, produksi minyak AS diperkirakan rata-rata sebanyak 10,59 juta barel/hari, naik dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu 10,10,27 juta barel/hari.  

Penurunan harga minyak bisa menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Pasalnya, hal ini akan  mempengaruhi kinerja emiten migas dan pertambangan, yang seringkali menjadi motor penggerak pasar. Apalagi harga batu bara juga ikut melorot sampai nyaris 8%. 

Faktor kedua yang bisa berdampak buruk bagi IHSG adalah perkembangan dolar AS. Greenback tengah menunjukkan kekuatannya. Dollar Index, yang menunjukkan posisi dolar AS dibandingkan enam mata uang utama dunia, menguat sampai 0,82%. 

Dolar AS menguat tajam setelah pemimpin Senat mencapai kesepakatan soal anggaran negara. Senat sepakat untuk menaikkan belanja negara sebesar US$ 300 miliar (Rp 4.050 triliun) untuk dua tahun fiskal. 

Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
Menko Perekonomian Darmin Nasution dan sejumlah menteri Kabinet Kerja mengadakan rapat koordinasi membahas Kredit Usaha Rakyat (09.00 WIB).
- Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dan sejumlah menteri Kabinet Kerja mengadakan rapat koordinasi membahas pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung (09.30 WIB).
Pengumuman data ekspor-impor China (10.00).
Pengumuman tingkat suku bunga acuan Inggris (19.00).
- Rilis data klaim pengangguran AS (20.30).

Berikut perkembangan sejumlah indeks saham dunia:

Waspada, Air Belum Tenang 

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang utama dunia:

Waspada, Air Belum Tenang 

Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:

Waspada, Air Belum Tenang 

Berikut perkembangan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia:

Waspada, Air Belum Tenang 

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Waspada, Air Belum Tenang 
(aji/aji)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation