Tumiyana Ungkap Potensi Besar Widodo Makmur

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
23 February 2021 20:58
Komisaris Utama Widodo Makmur Unggas Tumiyana dalam acara Capital Market Outlook 2021 dengan tema
Foto: Komisaris Utama Widodo Makmur Unggas Tumiyana dalam acara Capital Market Outlook 2021 dengan tema "Prospek Pasar Modal 2021"

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) membidik kinerja yang agresif pada tahun ini dan tahun mendatang. Tak main-main, Widodo Makmur menargetkan pendapatan menembus Rp 4,5 triliun pada tahun ini, meningkat lebih dari 400% dibandingkan setahun sebelumnya.

Bagaimana proyeksi kinerja Widodo Makmur pada tahun ini dan tahun mendatang? Simak wawancara dengan Komisaris Utama WMUU Tumiyana dalam acara Capital Market Outlook 2021. Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana kondisi perusahaan pasca IPO?

Peningkatan harga sahama 100% luar biasa tinggi dan investor yang tergabung dalam WMUU jumlahnya ada 31 ribu sampai dengan saat ini dan itu angka besar. Saat harga saham naik di posisi 100%, orang yang memiliki akan tergoda juga untuk jualan, ada settlement pada pada posisi tertentu.

Kalau liat pricing pada posisi sekarang, kalau perusahaan pertumbuhannya naik 400% dibagi dengan jumlah share yang beredar di 12,94 miliar lembar, rata-rata per sharenya 23 kalau dikalikan dengan PE 15 forecast 50% itu angka pricingnya 350. Pasar tidak usah panik karena fundamental perusahaan disana, kalau dilihat di kuartal II-2021, forecast pertumbuhan 2021-2022 bisa 100% karena alat produksi kita semua tingkatkan.

Itu gambaran company yang ada di WMUU, pada saat harga naik 100 kalau pegang ya tergoda juga buat jualan dan tidak mudah untuk melarang jangan jualan karena ini mekanisme pasar.

Pernah terpikir tidak apa jangan-jangan karena listingnya ketika pandemi Covid-19, kenapa memilih di momen awal tahun ketika pandemi belum mereda?

Ada opsinya protein bawahnya seperti ke telur dan ayam, itu yg jadi pandangan kita ke depan bahwa sektor ini akan menjanjikan karena perusahaan mengambil strategi terbaik. Kami mengintegrasikan fund dari hulu ke hilir. Strategi kami, membesarkan kapasitas rumah potong yang sekarang 13.500 per jam atau 210 ton per hari. Pada pertengahan tahun depan akan naik double 25.000 ekor per jam atau 400 ton per hari cost production di karkas 87%.

Covid-19 menghantam industri restoran, bagaimana dengan permintaan terhadap perusahaan?

Industri pasti kena dampaknya, karena seperti warteg saja banyak yang tutup. Beberapa yang terkontraksi pada 2020, market turun 15-16% dari kalkulasi kemarin, kalau di posisi 2021 ke depannya posisinya berbalik aktivitas orang meningkat UMKM melakukan transaksi digital, Kebiasaan orang berubah, sekarang bagaimana WMUU mendekatkan barang pada end user dengan cara bagaimana kita develop channel distribusi sehingga proses mobilisasi barang kami menuju hub yang lebih kecil, hingga kecamatan-kecamatan.

Prioritasnya di seluruh Jawa dan Bali karena kebanyakan konsumsi masih di area itu. Jadi ke depan apakah ini masih oke atau engga di depan, saya bilang opsi melakukan konsumsi protein yang paling mungkin adalah ayam ikan. Harga daging di internasional naik, dan bergeser menuju ke ayam. Di 2021, dengan nasional forecast 3,9 juta ton, kalau kita forecast tahun ini angkanya 4% pangsa pasar nasional dan akan menjadi 15% pangsa pasarnya di 3 tahun ke depan. Pada 20211 kami forecast di angka Rp 6 triliun revenue, dan holding Rp 14 triliun, dengan laba Rp 700 miliar. Rata-rata dengan harga segitu harusnya valuasi harganya sudah Rp 700/saham. Karena Animo investor begitu kuat gambarnya.

PE 15 harga di Rp 300-an/saham. Kalau apple to apple di angka PE 20-25 itu maka Rp 460, karena permintaan masih akan recovery, pertumbuhan penjualan 2019-2020 tumbuh 100%, di 2021 akan tumbuh 400% dan 2022 tumbuh 100%

Seperti apa dr sisi persaingan bisnis ini dan gambaran pertumbuhan industri secara keseluruhan?


Compare ke industri lainnya WMUU mengambil strategi terbalik dengan market 3,95 juta ton atau nilainya Rp 120 triliun rupiah, dengan produk turunannya bisa di 240 triliun, kita punya 54 produk turunan dan 2 tahun kedepan akan jadi 700 item, persaingan di market margin yg paling tinggi di drive downstream, seperti carcas dan produk turunan. Kebutuhan nasional akan meningkat dari 12 kg per kapita menjadi 16 kg per kapita.

Kalau di compare industri yang ada, market kapitalisasi belum menyentuh angka FC nya areanya masih lebar dan di ASEAN masih banyak pasar yg bs dipegang untuk mendevelop market lagi, kapasitas WMU akan meningkat 2 tahun ke depan menjadi triple capacity downstreamnya, industrinya masih lebar dan tidak ada persaingan market yang kuat.

Peluang apa yang bisa didiversifikasi di 2021?

Kami akan mengembangkan end produk dari 54 item akan meningkat 700 item dalam 2-3 tahun ke depan, bagaimana menurunkan cost production sehingga akan bisa bersaing di internasional dalam holding akan menanam jagung buat produksi pakan. Jadi 60% jagung di on farm sehingga bisa Rp 3000 rupiah per kg per hektar, dengan begitu cost production bisa tereduksi 20% dan 3 tahun kedepan akan efisien dan bisa bersaing secara internasional. Dengan begitu dalam negeri bisa ada nilai tambah, kalau dibandingkan Brazil cost produksi jagung Rp 3200-3300an/kg.

Kami punya nilai tambah karena induknya punya bisnis sapi dengan 42 ribu apasitas terpasang, kalau bisa dipakai memupuk jagung itu bs gratis. Cost production jagung turun, limbah jagung dikasih sapi, cost production sapi akan turun, sehingga cost production sapi dan ayam akan turun dari sisi produksi.
Itu gambaran widodo makmur holding dan widodo unggas.

Apakah ke depan melihat peluang ekspor?

Kami menargetkan target pendapatan 2021 dari tahun sebelumnya 400% revenue tahun ini di angka Rp 1 triliun, investasi Rp 1,5 T, kapasitas produksi di tahun depan akan jadi double, revenue kita kana lompat 100% lg di 2022. Pada 2021 forecast bottom line Rp 300 miliar, dan di 2022 bottom line di Rp 700 miliar.

Holding pun akan support anak-anaknya, dengan revenue holding Rp 4 Triliun dengan rasio 7%. Untuk peluang ekspor tahun ini kami ada rumah potong terbesar di Indonesia di Wonogiri, Jawa Tengah dengan kapasitas 12.000 per jam yang didedikasikan untuk ekspor. Dari Cina minta produk turunannya, dari Timur Tengah juga sudah banyak permintaannya, tapi kami belum bisa 100% sertifikasi dr ekspor standar dan requirement lumayan. Kami sudah sertifikat bebas Avian influenza.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]

Tags
Recommendation
Most Popular