BRI Buka-bukaan Soal Kompetisi & Kolaborasi Dengan Fintech

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
01 July 2019 14:07
Perkembangan teknologi membuka peluang besar bagi perbankan dan financial technology (fintech) untuk berkompetisi sekaligus berkolaborasi.
Foto: Direktur IT BRI Indra Utoyo (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia- Perkembangan teknologi membuka peluang besar bagi perbankan dan financial technology (fintech) untuk berkompetisi sekaligus berkolaborasi.

Direktur Teknologi Informasi dan Operasi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Indra Utoyo mengatakan kepada CNBC Indonesia TV bahwa perkembangan teknologi membuat BRI harus menggandeng fintech untuk layanan yang lebih cepat, sekaligus bersaing dalam hal lainnya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan layanan dan mengurangi dampak disrupsi.

Bagaimana perkembangan teknologi di Bank BRI? Berikut cuplikan wawancaranya.

Rencana pengembangan teknologi di BRI sendiri seperti apa?

Kemajuan teknologi luar biasa, ekonomi digital energinya luar biasa, dan membawa perubahan sosial luar biasa sampai mendisrupsi berbagai industri, termasuk industri keuangan seperti bank BRI. Untuk itu transformasi digital sangat esensial termasuk di bank.

Kalau mindset-nya benar diharapkan dengan transformasi digital ini kita bisa lebih engage pada konsumen kami, layanan kami bisa jadi lebih baik, lebih cepat dan efisien. Layanan kami jadi bisa semenarik fintech bank harus jadi fintech, dan game-nya di era sekarang kecepatan.

BRI Buka-bukaan Soal 'Cinta dan Benci' Dengan FintechFoto: Indra Utoyo, Direksi Bank BRI (CNBC Indonesia/Fitri Said)

Bagi bank BRI yang sudah establish kami melakukan pendekatan digital dalam dual mode atau hybrid mode. Satu digitize, satu lagi digital. Digitize ini sebetulnya bicara di bisnis prosesnya, jadi pelayanan perbankan yang ada bagaimana lebih efisien, excellent operasionalnya, lebih cepat.

Misalnya BRI Mobile (BRIMO) bagaimana sekarang mobile banking satu portal tapi memiiliki fitur yang banyak, sehingga kemudahan didapat. Kemudian Brispot, sekarang mengajukan kredit bisa lebih cepat dari sebelumnya dua minggu, menjadi satu hari lebih.

Ada juga artificial intelligent (AI) kami gunakan untuk menggantikan call center sehingga pertanyaan rutin tentang produk atau complain bisa dengan chat bot, nanti yang lebih advance dilakukan oleh manusia. Itu sisi digitize, kalau yang digital bagaimana inovasi menciptakan produk baru yang dengan base modelnya yang baru.

Ini lakukan dengan pendekatan yang personalized dan pendekatan yang berbeda, berpikirnya jadi customer-sentris, semuanya dari sisi konsumen, ini yang akan kami lakukan.

Misalnya dengan Pinjaman Tenang (Pinang) yang semua bisa dilakukan dengan digital, verifikasi dan scoring-nya juga digital. Tinggal 10 menit persetujuan dapat, kemudian ada juga Ceria. Anak sekarang tidak kenal kredit tahunya mungkin Pay Later (bayar nanti) jadi tidak model kartu kredit.

Makanya kami lakukan dengan aplikasi ponsel dengan Ceria ini. Ini yang dilakukan transformasi digital ini yang kami lakukan hingga bisnis model.

[Gambas:Video CNBC]
BRI konsisten dan keep-up dengan apa yang dibutuhkan dan digitalisasi dan online services, BRI Agro juga meluncurkan pinjaman berbasis online penerimaan masyarakat seperti apa?

Kami luncurkan Februari akhir dan kita menyasar ke one to many, kepada perusahaan yang punya banyak karyawan. Kami menawarkan sizenya dari Rp 50 ribu sampai Rp 20 juta.

Di segmen blue collars, mereka bisa bayar tapi nyicil. Jadi kalau mereka buruh sesuatu secara mendadak maka bisa menggunakan aplikasi Pinang. Mereka bisa memilih, sangat fleksibel berapa bulan mau mencicil dan kapan mau bayarnya.

Take up-nya meningkat terus, karena dari baru jadi masih besar angkanya ratusan persen peningkatannya. Ini dua hal ya, jadi kami ingin terus meningkatkan retensinya untuk meningkatan pengalaman nasabah, dan mendapatkan feed back dari masyarakat agar bisa terus meningkat.

Bank harus menjadi fintech, sementara Asia jadi rumah fintech terbesar di dunia ada 2.500 fintech. Ada asumsi Fintech disrupsi perbankan, tapi BRI melihatnya dirangkul, tapi apakah bisa dirangkul, misalnya Ali Pay, dia tidak mau dibeli perbankan? Masa depannya gimana, apakah ada kolaborasi?

Ini eranya berkompetisi dan berkolaborasi, dua hal itu jadisama sudah biasa. Dengan fintech kami lakukan itu, kami bersaing dalam hal tertentu, dalam hal lainnya kita kolaborasi. gamenya sekarang kecepatan.

Kami harus sadar, BRI tidak semua hal unggul, ada yang unggul e-commerce, ride sharing, makanya kami kerjasama yang platform di belakangnya bank, makanya kami kolaborasi dengan fintech. Akan dilihat di mana kekuatannya, mereka di mana yang kuat, mana yang cepat masuk ke market. Memakai kolaborasi dan kompetisi di saat yang sama.

BRI harus masuk ke fintek dan digitalisasi perbankan, ada 40% nasabahnya milenial, dan untuk menggarap nasabah tersebut harus tahu kebutuhannya dan memberikan layanan sedekat mungkin. Apa BRI mengarah kesana, kaum milenial?

Game-nya digital ini bukan masalah teknologinya, tapi reposisi value kita supaya memberikan manfaat yang jauh lebih baik, sehingga konsumen kita lebih produktif. pertarungannya apa? Fintech dilihatnya kan cepat, kalau bank kurang cepat tetapi kan kami better dan cheaper.

Makannya kami lakukan investasi dan pengembangan kapasitas. Misalnya dengan Pinang kita lakukan semua proses dan verifikasinya dengan digital, pengajuan hanya 10 menit. Kalau bisa semuanya lebih cepat, dan murah kita sudah ada dalam posisi yang siap berkompetisi.

[Gambas:Video CNBC]


(roy/roy) Next Article Asep Sasar Pasar Global via BRI UMKM EXPO[RT] BRILIANPRENEUR

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular