
Special Interview
Cerita Transformasi BRI dari Bank Desa Jadi Bank Digital
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
20 December 2018 18:51

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) telah lama dikenal sebagai bank dengan spesialisasi di kredit konsumer mikro yang menjangkau berbagai wilayah pedesaan di penjuru Indonesia. Dalam 123 tahun usianya, bank milik negara ini telah melakukan transformasi dan kini menjadi bank pertama di dunia yang memiliki satelitnya sendiri.
Transformasi tersebut mengubah banyak hal di dalam tubuh BRI, tidak hanya operasional bisnis namun juga pengelolaan sumber daya manusia. Ke depan, bank dengan catatan laba terbesar di Indonesia ini akan semakin gencar mengembangkan perbankan digitalnya, termasuk bekerja sama dengan berbagai fintech dan mengembangkan bisnis cloud dan big data.
Berikut adalah kutipan wawancara Prima Wirayani dari CNBC Indonesia dengan Direktur Informasi Teknologi dan Operasi BRI, Indra Utoyo, beberapa waktu lalu mengenai proses transformasi serta rencana bisnis bank di bidang teknologi dalam waktu dekat.
Ekonomi digital sekarang ini berkembang sangat pesat. Bagaimana Bank BRI melihat perkembangan ekonomi digital termasuk juga perubahan preferensi masyarakat terhadap layanan pembayaran digital?
Saya rasa digital sudah mengubah berbagai industri termasuk perbankan, dan energi dari digital memang luar biasa. Saya rasa perubahan-perubahan yang terjadi oleh teknologi, perubahan sosial yang kita rasakan, perubahan-perubahan di bidang pelayanan publik di dunia usaha dan khusus untuk dunia perbankan saya rasa kita juga mulai menggeser begitu. Artinya yang tadinya kita berpikir dengan pelayanan berpusat pada cabang, kantor cabang, sekarang sudah bergeser menjadi mobile-centric karena layanan-layanan itu sekarang sudah demikian dimudahkan dengan adanya mobile technology. Sehingga, semua berbagai jenis kebutuhan layanan keuangan kemudian bisa diberikan dengan mobile ini dan ini yang saya rasa mewarnai mobile-centricsServices, di mana peran dari cabang bagi semua mulai berkurang.
Kita melihat bahwa masyarakatnya sendiri kan memang kita lihat sudah bergeser kepada yang namanya user experience society yang sangat dimudahkan dengan namanya One Click Lifestyle. Jarak kita dengan toko, jarak kita dengan berbagai kebutuhan kita sehari-hari saat ini demikian dekat. Kita butuh makanan tinggal one click, kita butuh belanja tinggal one click, kita butuh transportasi tinggal seperti itu, yang mewarnai kehidupan kita sehari-hari.
Demikian juga dalam layanan perbankan, dan itu di-drive tadi oleh teknologi mobile dan juga saya rasa lifestyle dari yang salah satunya diwarnai oleh yang namanya anak-anak muda para milenial yang mewarnai bagaimana behaviour atau lifestyle kita ke depan seperti itu.
Fintech ini sudah dilihat sebagai ancaman bagi bisnis bank terutama sektor konsumer dan retail. Kalau BRI sendiri melihat fintech seperti apa?
Fintech saya rasa ini kita harus melihatnya justru dengan perspektif yang lebih positif ya bahwa pada dasarnya kan layanan perbankan itu ada 3. Satu adalah store the value atau katakanlah menabung atau menyimpan uang begitu. Ada juga transfer the value atau pembayaran atau transfer uang. Yang ketiga tinggal access to kredit. Kalau utility-nya itu sebetulnya kan caranya untuk mendapatkan ketiga value itu tidak harus dengan cara-cara misalnya apakah untuk kredit harus punya kartu kredit kan tidak. Dengan teknologi begitu kita memang melihat, itu dipikir ulang, kemudian didesain ulang.
Fintech hadir dengan cara-cara yang saya rasa kita bisa lihat sangat kreatif, modalnya juga sangat mempesona begitu. Nah ini membuat industri perbankan menjadi di-unbundling ya, ada yang fokus di pembayaran, digital payment, ada yang di P2P lending, ada yang di funding, dan lain sebagainya yang saya rasa ini didorong karena teknologi tadi.
Terkait dengan apakah ini pesaing atau ini teman, saya rasa ini hybrid ya karena kita juga berkompetisi untuk juga mendapatkan nasabah yang terbaik, bisa melayani dengan baik bagi nasabah kita. Nanti kita juga melihat di era digital ini kecepatan menjadi satu mantra yang penting kita juga sadari bahwa BRI mungkin tidak ahli di semua hal. Kita ahli di apa yang kita kuat yang mungkin di sisi lain fintech lebih baik. Oleh karena itu, kita berkolaborasi tapi juga ada yang berkompetisi. Kira-kira seperti itu yang kita lakukan.
Jadi misalnya p2p lending, kita Bank BRI sudah ber-partner dengan fintech. Kita sebagai institutional lending-nya atau lender-nya, nanti fintech yang mempunyai kedekatan dengan komunitas industri kreatif dia yang mendistribusikannya. Kita kemudian nanti kerja sama dalam aspek credit scoring-nya di samping juga kita sebagai bagian dari investor, semuanya kemudian juga di aspek fintech yang lainnya seperti di payment kta tentu juga berkontribusi. Dalam hal bagaimana? Dalam hal deposit masih bekerja sama dengan perbankan.
Bagaimana peran fintech yang sudah dijalankan saat ini oleh BRI?
Artinya kita dalam hal ini dengan fintech kita melakukan tadi kolaborasi. Kita kolaborasi dengan ride sharing dengan e-commerce site, dengan travel site, termasuk di p2p lending payment. Jadi, kita dalam hal ini massive collaboration yang diharapkan tentu bagi bank dananya, dana di bank. Kemudian juga kita mendapatkan area atau potensi pendapatan yang baru di samping yang tradisional yang sudah ada, tapi juga dalam hal memberikan layanan kita juga ada juga yang tentunya berkompetisi karena mereka juga cara-caranya menarik dan kita juga tentu harus improve fintech dalam hal memberikan layanan cepat. Jadi kita bagaimana bank juga bisa cepat, faster, better, cheaper itu adalah hal yang harus kita kita kejar ya supaya kita juga tetap relevan.
BRI ini bisa dibilang cukup menarik, dari bank biasa yang fokus ke kredit mikro, kuat di pedesaan sekarang jadi bank pertama di dunia yang punya satelit sendiri. Bisa diceritakan proses transformasinya seperti apa?
Artinya kita bank BRI ini kan bank yang sudah 123 tahun hadir untuk masyarakat dan kita adalah bank yang terbesar Kehadiran kita dari sisi penetrasi termasuk unit kerja kita yang tersebar di berbagai daerah bahkan cukup dalam, itu kita juga perpanjang atau bagaimana kita bisa menjangkau masyarakat lebih dalam. Kita juga punya namanya agen laku pandai, agen BriLink yang hampir 300.000 yang nantinya ikut membuat penyediaan layanan keuangan bisa makin menyentuh sebanyak-banyaknya masyarakat, di samping kita yang lain melalui ATM, melalui EDC, melalui mobile banking, internet banking. Ini adalah saya rasa bagaimana seluruh sumber daya yang ada di BRI ini saat ini menjadi sebuah aset untuk kita bisa menjadikan pelayanan yang lebih baik ya. Dan dalam tahap ke digital ini kita harapkan kita bisa me-redefine supaya kita bisa lebih bermanfaat lagi bagi customer dengan cara cara delivery yang lebih baik, lebih engage lagi dengan customer, karyawan kita jauh lebih produktif dalam berikan pelayanan, operation kita jauh lebih optimized, digitalize yang manual-manual dihilangkan.
Inilah supaya bisa direalisasikan antara yang kita lakukan di aspek digital optimization tapi juga ada aspek digital business transformation itu dengan model yang berbeda yaitu kita lakukan beberapa pilar. Satu tadi yang digital optimization, kemudian yang digital business transformation. Tapi juga kita juga membuka opportunity lain bahwa bank sebagai platform, bagaimana BRI juga bisa sebagai platform untuk memfasilitasi berbagai front end yang menurut kita sangat kreatif yang bisa memberikan layanan nanti ke depan, perpanjangan dari BRI.
Kalau lihat dari basis kita, memang BRI kan kuat di sisi mikro dan publik. Saya bilang ke segitiganya mikro, kecil, dan juga konsumer. Inilah basis kita untuk kemudian memberikan bagaimana layanan BRI itu ditumbuhkan. Itulah bagaimana transformasi dari bank. Kita masih tetap yang melayani yang mikro tapi juga dengan harapan mereka naik kelas dari mikro naik ke kecil mereka juga jadi konsumer dari BRI. Dan itu kita harapkan terus bertumbuh dalam ekosistemnya BRI, mikro naik ke kecil, kecil ke menengah, dan seterusnya, menjadi sebuah platform untuk menumbuhkan para nasabah kita dari waktu ke waktu lebih baik.
Transformasi ini juga melibatkan perubahan core banking. Bisa diceritakan mengenai ini?
Jadi, masuk ke digital ini ada beberapa challenge. Satu, memang digital ini kan bicaranya bagaimana kita engage dengan customer, bagaimana nanti bisa menjawab problemnya customer. Ini harus selalu kita melakukan validasi. Ada tiga hal yang menjadi challenge, yaitu satu, culture dari yang mungkin gaya tradisional bank berbasis cabang, sekarang masuk ke digital. Culture-nya harus sangat agile. Kalau kita lihat kan di aplikasi-aplikasi tiap dua minggu ada update baru. Culture yang agile ini adalah hal yang harus ditransformasikan kepada karyawan kita supaya bisa lebih agile, lebih open, lebih collaborative.
Kedua, adalah resource-nya. Kita juga di BRI punya challenge resource. Banyak yang legacy structure yang perlu dimodernisasi supaya kita lebih bisa lebih fleksibel dalam melakukan inovasi-inovasi. Nah, itu terjadi mordenisasi termasuk core banking environment-nya, kita modernisasi untuk supaya kita bisa lebih inovatif, lebih men-support bisnis-bisnis kita ke depan dan ketiga challenge di talent. Jadi memang masuk ke digital ini bagaimana kita punya talent yang tepat, dengan mindset yang tepat, dengan skill yang baru begitu dengan cara kerja yang baru yang jauh lebih kolaboratif, lebih agile, dan lebih open terhadap masukan-masukan yang terkait dengan bagaimana kita obsess kepada solusi pada customer.
Apakah sulit untuk melakukan perubahan itu apalagi yang berkaitan dengan sumber daya manusia dan culture perusahaan?
Ya memang kalau teknologinya sebenarnya mudah. paling susah memang selalu aspek people. Oleh karena itu, memang ini sebuah journey yang harus kita lakukan. Memang tidak bisa segera tapi saya rasa kita kan mulai dari unit-unit yang memang sangat menentukan di dalam pengembangan produk. Nanti kemudian masuk kepada yang terkait dengan delivery, marketing. Jadi, hal seperti ini kita sudah pikirkan, bagaimana mindset baru, kemudian skill baru ini harus kita siapkan, kita tumbuhkan. Aspek prosesnya juga ya di samping people juga prosesnya supaya jauh lebih baik.
Kemudian juga di asek tools-nya supaya mereka bisa produktif dan juga bagaimana pengolahan datanya jauh lebih lebih efisien dan bisa menjadi apa ya... Kita masuk ke pada era big data ya jadi data ini betul-betul menjadi tools untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dan membuat operasi yang efisien kira-kira begitu.
Berarti walaupun gencar memakai teknologi tapi tetap SDM tidak dikurangi?
Ini lazim terjadi karena tadi ya shifting kan yang tadinya berbasis kantor cabang sekarang sudah berbasis digital. Kita transformasi ke arah digitalnya tidak kita tahan karena apapun yang bisa lebih membuat kita lebih efisien dan produktif kita akan lakukan. Nah, orang-orangnya ini kita lakukan repurposing. Jadi yang tadinya mungkin sifat dari transaksional, yang sudah pindah pakai teknologi ya kita retrained, kita repurpose untuk kepentingan marketing, memberikan edukasi, menjadi konsultan bagi customer. Memang tidak mudah. Jadi, kita karena mereka sudah di dalam perusahaan, sudah jadi aset. Ini harus kita kita training lagi untuk ke posisi yang memang perlu human touch gitu. Nanti pelan-pelan kalau ada yang memang harus berkurang secara natural, itu akan berkurang.
Untuk rencana bisnis digital BRI ke depan akan seperti apa?
Kita akan artinya makin bagaimana kita masuk ke BRI sebagai platform dan juga nanti masuk ke pada ekosistem karena ke depan kita tahu bahwa eranya sudah masuk industri 4.0 yang sudah bicara melebur antara dunia fisik dengan virtual dan saya rasa perbankan sudah menyatu juga nanti dengan berbagai sektor-sektor yang lain, maka yang kita akan kembangkan adalah solusi bagaimana bank sebagai platform yang bisa mendukung berbagai industri yang lain dan juga ekosistem supaya kita bisa juga masuk ke berbagai ekosistem-ekosistem lain nonfinancial seperti bagaimana BRI mendukung ekosistem pertanian, ekosistem perikanan, ekosistem ya kelautan, ekosistem pendidikan. Saya rasa hal-hal di mana kami ingin menyiapkan program kami untuk mendukung kemampuan BRI mendukung pertumbuhan digital economy tadi.
Kalau untuk produk produk baru untuk layanan digital banking untuk tahun depan ada yang lagi dipersiapkan?
Dari sisi yang tadi ada digital optimization ya kita kan terus bagaimana dengan digital ini membuat kita jauh lebih produktif, lebih efisien. Kita ada seperti yang namanya BriSpot itu menjadi tools bagi para account officer kita, para mantri kita bilangnya. Mereka sudah di-empower dengan teknologi itu untuk semua segmen baik itu untuk mikro, untuk kecil, untuk menengah dalam memberikan pelayanan proses pinjaman sudah dibantu oleh teknologi. Diharapkan ini akan sangat naikkan produktivitas karena sekarang saja dari yang tadinya dua minggu sekarang sudah berkurang bahkan sampai ke 16 jam meskipun belum sampai ukuran pas 15 menit.
Itu nanti diselesaikan oleh inovasi yang lain yang kita sebut dengan new business model transformation. Kita akan meluncurkan digital lending service tapi melalui anak perusahaan kita. Nanti kita harapkan ini akan sangat customer-centric dan mungkin ya cara deliver-nya sudah seperti fintech karena kita akan menyasar segmen-segmen yang sizenya kecil, yang butuh cepat kemudian diangsur dengan waktu yang fleksibel terserah peminjaman. Ini kita akan luncurkan tapi sudah mulai di-soft launching ya sekarang ya digital lending baik yang untuk submikro maupun untuk consumer.
Kemudian juga di sisi tadi ekosistem kita akan masuk ke industri kesehatan, ke pendidikan, ada supply chain. Kemudian juga bagi partnership kita dengan para fintech dan kita harap kita buka BRI API. Sekarang API ini kita buka, kita harapkan massive collaboration dengan berbagai digital player, fintech, maupun startup. Juga kita meng-improve terus yang namanya big data analytics. Jadi, akan terus memberikan improvement dari aspek credit scoring yang makin baik sehingga kita bisa memberikan keputusan kredit yang jauh lebih berkualitas dan cepat. Kemudian di fraud detection-nya, bank ini juga kalau digital saya rasa serangan-serangan yang terkait dengan fraud tidak akan berkurang ya oleh karena itu bagaimana big data ini bisa membantu dalam hal fraud detction yang jauh lebih baik dan juga yang ketiga di sisi bagaimana kita punya merchant assessment yang jauh lebih baik sehingga partner kita dapat yang berkualitas, yang sangat produktif untuk bisa melayani nasabah kita.
Kemudian di aspek lain, efisiensi di sisi melayani nasabah. Sekarang kita yang merespons dengan cepat, bagaimana contact center kita sekarang dibantu oleh artifisial intelijen supaya lebih produktif namanya Sabrina sehingga hal-hal yang sifatnya rutin berulang saya rasa bisa dibantu oleh robot yang sifatnya lebih advance tapi tetap dengan bantuan manusia itu antara lain hal yang dilakukan.
Digital lending sudah soft launching?
Sudah, namanya Pinang, nanti ada yang untuk consumer namanya Ceria.
BRI sepertinya sangat gencar mengembangkan teknologi. Capex sendiri untuk teknologi dianggarkan berapa?
Ya kalau tahun depan sekitar Rp 3,7 triliun, di luar opex-nya Rp 1,9 triliun.
Untuk apa?
Untuk modernisasi core banking kemudian untuk modernisasi infrastruktur unit kerja kita yang kan banyak yang tua-tua. Itu kita modernisasi dengan infrastruktur yang baru sehingga diharapkan jauh lebih jauh lebih cepat, jauh lebih baik dalam hal infrastruktur. Kemudian di sisi infrastruktur cloud dan big data menjadi sangat penting ke depan karena big data ini menjadi infrastruktur kunci bagi kita untuk melakukan inovasi yang tepat bagi nasabah.
Untuk cloud dan big data ini nanti akan bikin sendiri BRI atau kerja sama dengan yang lain?
Untuk cloud dan big data, cloud-nya kita ada bekerja sama dalam hal infrastruktur misalnya data center-nya. Kita bekerja sama dengan yang memang ahlinya di bidang data center. Cloud infrastrukturnya juga kita serahkan atau kita menggunakan platform yang menurut kita skillable untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan bisnis kita ke depan. Tentu dengan platform yang sudah proven, yang siap pendukung bank seperti BRI. Kemudian untuk big datanya sendiri ini kita invest di orang sih banyak ya kalau untuk big data, di samping juga ada platform yang membantu kita termasuk startup yang bantu kita untuk big data, untuk rescoring kita lakukan juga kolaborasi .
(wed) Next Article BRI Buka-bukaan Soal Kompetisi & Kolaborasi Dengan Fintech
Transformasi tersebut mengubah banyak hal di dalam tubuh BRI, tidak hanya operasional bisnis namun juga pengelolaan sumber daya manusia. Ke depan, bank dengan catatan laba terbesar di Indonesia ini akan semakin gencar mengembangkan perbankan digitalnya, termasuk bekerja sama dengan berbagai fintech dan mengembangkan bisnis cloud dan big data.
Berikut adalah kutipan wawancara Prima Wirayani dari CNBC Indonesia dengan Direktur Informasi Teknologi dan Operasi BRI, Indra Utoyo, beberapa waktu lalu mengenai proses transformasi serta rencana bisnis bank di bidang teknologi dalam waktu dekat.
Saya rasa digital sudah mengubah berbagai industri termasuk perbankan, dan energi dari digital memang luar biasa. Saya rasa perubahan-perubahan yang terjadi oleh teknologi, perubahan sosial yang kita rasakan, perubahan-perubahan di bidang pelayanan publik di dunia usaha dan khusus untuk dunia perbankan saya rasa kita juga mulai menggeser begitu. Artinya yang tadinya kita berpikir dengan pelayanan berpusat pada cabang, kantor cabang, sekarang sudah bergeser menjadi mobile-centric karena layanan-layanan itu sekarang sudah demikian dimudahkan dengan adanya mobile technology. Sehingga, semua berbagai jenis kebutuhan layanan keuangan kemudian bisa diberikan dengan mobile ini dan ini yang saya rasa mewarnai mobile-centricsServices, di mana peran dari cabang bagi semua mulai berkurang.
Kita melihat bahwa masyarakatnya sendiri kan memang kita lihat sudah bergeser kepada yang namanya user experience society yang sangat dimudahkan dengan namanya One Click Lifestyle. Jarak kita dengan toko, jarak kita dengan berbagai kebutuhan kita sehari-hari saat ini demikian dekat. Kita butuh makanan tinggal one click, kita butuh belanja tinggal one click, kita butuh transportasi tinggal seperti itu, yang mewarnai kehidupan kita sehari-hari.
Demikian juga dalam layanan perbankan, dan itu di-drive tadi oleh teknologi mobile dan juga saya rasa lifestyle dari yang salah satunya diwarnai oleh yang namanya anak-anak muda para milenial yang mewarnai bagaimana behaviour atau lifestyle kita ke depan seperti itu.
![]() |
Fintech ini sudah dilihat sebagai ancaman bagi bisnis bank terutama sektor konsumer dan retail. Kalau BRI sendiri melihat fintech seperti apa?
Fintech saya rasa ini kita harus melihatnya justru dengan perspektif yang lebih positif ya bahwa pada dasarnya kan layanan perbankan itu ada 3. Satu adalah store the value atau katakanlah menabung atau menyimpan uang begitu. Ada juga transfer the value atau pembayaran atau transfer uang. Yang ketiga tinggal access to kredit. Kalau utility-nya itu sebetulnya kan caranya untuk mendapatkan ketiga value itu tidak harus dengan cara-cara misalnya apakah untuk kredit harus punya kartu kredit kan tidak. Dengan teknologi begitu kita memang melihat, itu dipikir ulang, kemudian didesain ulang.
Fintech hadir dengan cara-cara yang saya rasa kita bisa lihat sangat kreatif, modalnya juga sangat mempesona begitu. Nah ini membuat industri perbankan menjadi di-unbundling ya, ada yang fokus di pembayaran, digital payment, ada yang di P2P lending, ada yang di funding, dan lain sebagainya yang saya rasa ini didorong karena teknologi tadi.
Terkait dengan apakah ini pesaing atau ini teman, saya rasa ini hybrid ya karena kita juga berkompetisi untuk juga mendapatkan nasabah yang terbaik, bisa melayani dengan baik bagi nasabah kita. Nanti kita juga melihat di era digital ini kecepatan menjadi satu mantra yang penting kita juga sadari bahwa BRI mungkin tidak ahli di semua hal. Kita ahli di apa yang kita kuat yang mungkin di sisi lain fintech lebih baik. Oleh karena itu, kita berkolaborasi tapi juga ada yang berkompetisi. Kira-kira seperti itu yang kita lakukan.
Jadi misalnya p2p lending, kita Bank BRI sudah ber-partner dengan fintech. Kita sebagai institutional lending-nya atau lender-nya, nanti fintech yang mempunyai kedekatan dengan komunitas industri kreatif dia yang mendistribusikannya. Kita kemudian nanti kerja sama dalam aspek credit scoring-nya di samping juga kita sebagai bagian dari investor, semuanya kemudian juga di aspek fintech yang lainnya seperti di payment kta tentu juga berkontribusi. Dalam hal bagaimana? Dalam hal deposit masih bekerja sama dengan perbankan.
Bagaimana peran fintech yang sudah dijalankan saat ini oleh BRI?
Artinya kita dalam hal ini dengan fintech kita melakukan tadi kolaborasi. Kita kolaborasi dengan ride sharing dengan e-commerce site, dengan travel site, termasuk di p2p lending payment. Jadi, kita dalam hal ini massive collaboration yang diharapkan tentu bagi bank dananya, dana di bank. Kemudian juga kita mendapatkan area atau potensi pendapatan yang baru di samping yang tradisional yang sudah ada, tapi juga dalam hal memberikan layanan kita juga ada juga yang tentunya berkompetisi karena mereka juga cara-caranya menarik dan kita juga tentu harus improve fintech dalam hal memberikan layanan cepat. Jadi kita bagaimana bank juga bisa cepat, faster, better, cheaper itu adalah hal yang harus kita kita kejar ya supaya kita juga tetap relevan.
BRI ini bisa dibilang cukup menarik, dari bank biasa yang fokus ke kredit mikro, kuat di pedesaan sekarang jadi bank pertama di dunia yang punya satelit sendiri. Bisa diceritakan proses transformasinya seperti apa?
Artinya kita bank BRI ini kan bank yang sudah 123 tahun hadir untuk masyarakat dan kita adalah bank yang terbesar Kehadiran kita dari sisi penetrasi termasuk unit kerja kita yang tersebar di berbagai daerah bahkan cukup dalam, itu kita juga perpanjang atau bagaimana kita bisa menjangkau masyarakat lebih dalam. Kita juga punya namanya agen laku pandai, agen BriLink yang hampir 300.000 yang nantinya ikut membuat penyediaan layanan keuangan bisa makin menyentuh sebanyak-banyaknya masyarakat, di samping kita yang lain melalui ATM, melalui EDC, melalui mobile banking, internet banking. Ini adalah saya rasa bagaimana seluruh sumber daya yang ada di BRI ini saat ini menjadi sebuah aset untuk kita bisa menjadikan pelayanan yang lebih baik ya. Dan dalam tahap ke digital ini kita harapkan kita bisa me-redefine supaya kita bisa lebih bermanfaat lagi bagi customer dengan cara cara delivery yang lebih baik, lebih engage lagi dengan customer, karyawan kita jauh lebih produktif dalam berikan pelayanan, operation kita jauh lebih optimized, digitalize yang manual-manual dihilangkan.
Inilah supaya bisa direalisasikan antara yang kita lakukan di aspek digital optimization tapi juga ada aspek digital business transformation itu dengan model yang berbeda yaitu kita lakukan beberapa pilar. Satu tadi yang digital optimization, kemudian yang digital business transformation. Tapi juga kita juga membuka opportunity lain bahwa bank sebagai platform, bagaimana BRI juga bisa sebagai platform untuk memfasilitasi berbagai front end yang menurut kita sangat kreatif yang bisa memberikan layanan nanti ke depan, perpanjangan dari BRI.
Kalau lihat dari basis kita, memang BRI kan kuat di sisi mikro dan publik. Saya bilang ke segitiganya mikro, kecil, dan juga konsumer. Inilah basis kita untuk kemudian memberikan bagaimana layanan BRI itu ditumbuhkan. Itulah bagaimana transformasi dari bank. Kita masih tetap yang melayani yang mikro tapi juga dengan harapan mereka naik kelas dari mikro naik ke kecil mereka juga jadi konsumer dari BRI. Dan itu kita harapkan terus bertumbuh dalam ekosistemnya BRI, mikro naik ke kecil, kecil ke menengah, dan seterusnya, menjadi sebuah platform untuk menumbuhkan para nasabah kita dari waktu ke waktu lebih baik.
![]() |
Transformasi ini juga melibatkan perubahan core banking. Bisa diceritakan mengenai ini?
Jadi, masuk ke digital ini ada beberapa challenge. Satu, memang digital ini kan bicaranya bagaimana kita engage dengan customer, bagaimana nanti bisa menjawab problemnya customer. Ini harus selalu kita melakukan validasi. Ada tiga hal yang menjadi challenge, yaitu satu, culture dari yang mungkin gaya tradisional bank berbasis cabang, sekarang masuk ke digital. Culture-nya harus sangat agile. Kalau kita lihat kan di aplikasi-aplikasi tiap dua minggu ada update baru. Culture yang agile ini adalah hal yang harus ditransformasikan kepada karyawan kita supaya bisa lebih agile, lebih open, lebih collaborative.
Kedua, adalah resource-nya. Kita juga di BRI punya challenge resource. Banyak yang legacy structure yang perlu dimodernisasi supaya kita lebih bisa lebih fleksibel dalam melakukan inovasi-inovasi. Nah, itu terjadi mordenisasi termasuk core banking environment-nya, kita modernisasi untuk supaya kita bisa lebih inovatif, lebih men-support bisnis-bisnis kita ke depan dan ketiga challenge di talent. Jadi memang masuk ke digital ini bagaimana kita punya talent yang tepat, dengan mindset yang tepat, dengan skill yang baru begitu dengan cara kerja yang baru yang jauh lebih kolaboratif, lebih agile, dan lebih open terhadap masukan-masukan yang terkait dengan bagaimana kita obsess kepada solusi pada customer.
Apakah sulit untuk melakukan perubahan itu apalagi yang berkaitan dengan sumber daya manusia dan culture perusahaan?
Ya memang kalau teknologinya sebenarnya mudah. paling susah memang selalu aspek people. Oleh karena itu, memang ini sebuah journey yang harus kita lakukan. Memang tidak bisa segera tapi saya rasa kita kan mulai dari unit-unit yang memang sangat menentukan di dalam pengembangan produk. Nanti kemudian masuk kepada yang terkait dengan delivery, marketing. Jadi, hal seperti ini kita sudah pikirkan, bagaimana mindset baru, kemudian skill baru ini harus kita siapkan, kita tumbuhkan. Aspek prosesnya juga ya di samping people juga prosesnya supaya jauh lebih baik.
Kemudian juga di asek tools-nya supaya mereka bisa produktif dan juga bagaimana pengolahan datanya jauh lebih lebih efisien dan bisa menjadi apa ya... Kita masuk ke pada era big data ya jadi data ini betul-betul menjadi tools untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dan membuat operasi yang efisien kira-kira begitu.
Berarti walaupun gencar memakai teknologi tapi tetap SDM tidak dikurangi?
Ini lazim terjadi karena tadi ya shifting kan yang tadinya berbasis kantor cabang sekarang sudah berbasis digital. Kita transformasi ke arah digitalnya tidak kita tahan karena apapun yang bisa lebih membuat kita lebih efisien dan produktif kita akan lakukan. Nah, orang-orangnya ini kita lakukan repurposing. Jadi yang tadinya mungkin sifat dari transaksional, yang sudah pindah pakai teknologi ya kita retrained, kita repurpose untuk kepentingan marketing, memberikan edukasi, menjadi konsultan bagi customer. Memang tidak mudah. Jadi, kita karena mereka sudah di dalam perusahaan, sudah jadi aset. Ini harus kita kita training lagi untuk ke posisi yang memang perlu human touch gitu. Nanti pelan-pelan kalau ada yang memang harus berkurang secara natural, itu akan berkurang.
![]() |
Untuk rencana bisnis digital BRI ke depan akan seperti apa?
Kita akan artinya makin bagaimana kita masuk ke BRI sebagai platform dan juga nanti masuk ke pada ekosistem karena ke depan kita tahu bahwa eranya sudah masuk industri 4.0 yang sudah bicara melebur antara dunia fisik dengan virtual dan saya rasa perbankan sudah menyatu juga nanti dengan berbagai sektor-sektor yang lain, maka yang kita akan kembangkan adalah solusi bagaimana bank sebagai platform yang bisa mendukung berbagai industri yang lain dan juga ekosistem supaya kita bisa juga masuk ke berbagai ekosistem-ekosistem lain nonfinancial seperti bagaimana BRI mendukung ekosistem pertanian, ekosistem perikanan, ekosistem ya kelautan, ekosistem pendidikan. Saya rasa hal-hal di mana kami ingin menyiapkan program kami untuk mendukung kemampuan BRI mendukung pertumbuhan digital economy tadi.
Kalau untuk produk produk baru untuk layanan digital banking untuk tahun depan ada yang lagi dipersiapkan?
Dari sisi yang tadi ada digital optimization ya kita kan terus bagaimana dengan digital ini membuat kita jauh lebih produktif, lebih efisien. Kita ada seperti yang namanya BriSpot itu menjadi tools bagi para account officer kita, para mantri kita bilangnya. Mereka sudah di-empower dengan teknologi itu untuk semua segmen baik itu untuk mikro, untuk kecil, untuk menengah dalam memberikan pelayanan proses pinjaman sudah dibantu oleh teknologi. Diharapkan ini akan sangat naikkan produktivitas karena sekarang saja dari yang tadinya dua minggu sekarang sudah berkurang bahkan sampai ke 16 jam meskipun belum sampai ukuran pas 15 menit.
Itu nanti diselesaikan oleh inovasi yang lain yang kita sebut dengan new business model transformation. Kita akan meluncurkan digital lending service tapi melalui anak perusahaan kita. Nanti kita harapkan ini akan sangat customer-centric dan mungkin ya cara deliver-nya sudah seperti fintech karena kita akan menyasar segmen-segmen yang sizenya kecil, yang butuh cepat kemudian diangsur dengan waktu yang fleksibel terserah peminjaman. Ini kita akan luncurkan tapi sudah mulai di-soft launching ya sekarang ya digital lending baik yang untuk submikro maupun untuk consumer.
Kemudian juga di sisi tadi ekosistem kita akan masuk ke industri kesehatan, ke pendidikan, ada supply chain. Kemudian juga bagi partnership kita dengan para fintech dan kita harap kita buka BRI API. Sekarang API ini kita buka, kita harapkan massive collaboration dengan berbagai digital player, fintech, maupun startup. Juga kita meng-improve terus yang namanya big data analytics. Jadi, akan terus memberikan improvement dari aspek credit scoring yang makin baik sehingga kita bisa memberikan keputusan kredit yang jauh lebih berkualitas dan cepat. Kemudian di fraud detection-nya, bank ini juga kalau digital saya rasa serangan-serangan yang terkait dengan fraud tidak akan berkurang ya oleh karena itu bagaimana big data ini bisa membantu dalam hal fraud detction yang jauh lebih baik dan juga yang ketiga di sisi bagaimana kita punya merchant assessment yang jauh lebih baik sehingga partner kita dapat yang berkualitas, yang sangat produktif untuk bisa melayani nasabah kita.
Kemudian di aspek lain, efisiensi di sisi melayani nasabah. Sekarang kita yang merespons dengan cepat, bagaimana contact center kita sekarang dibantu oleh artifisial intelijen supaya lebih produktif namanya Sabrina sehingga hal-hal yang sifatnya rutin berulang saya rasa bisa dibantu oleh robot yang sifatnya lebih advance tapi tetap dengan bantuan manusia itu antara lain hal yang dilakukan.
![]() |
Digital lending sudah soft launching?
Sudah, namanya Pinang, nanti ada yang untuk consumer namanya Ceria.
BRI sepertinya sangat gencar mengembangkan teknologi. Capex sendiri untuk teknologi dianggarkan berapa?
Ya kalau tahun depan sekitar Rp 3,7 triliun, di luar opex-nya Rp 1,9 triliun.
Untuk apa?
Untuk modernisasi core banking kemudian untuk modernisasi infrastruktur unit kerja kita yang kan banyak yang tua-tua. Itu kita modernisasi dengan infrastruktur yang baru sehingga diharapkan jauh lebih jauh lebih cepat, jauh lebih baik dalam hal infrastruktur. Kemudian di sisi infrastruktur cloud dan big data menjadi sangat penting ke depan karena big data ini menjadi infrastruktur kunci bagi kita untuk melakukan inovasi yang tepat bagi nasabah.
Untuk cloud dan big data ini nanti akan bikin sendiri BRI atau kerja sama dengan yang lain?
Untuk cloud dan big data, cloud-nya kita ada bekerja sama dalam hal infrastruktur misalnya data center-nya. Kita bekerja sama dengan yang memang ahlinya di bidang data center. Cloud infrastrukturnya juga kita serahkan atau kita menggunakan platform yang menurut kita skillable untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan bisnis kita ke depan. Tentu dengan platform yang sudah proven, yang siap pendukung bank seperti BRI. Kemudian untuk big datanya sendiri ini kita invest di orang sih banyak ya kalau untuk big data, di samping juga ada platform yang membantu kita termasuk startup yang bantu kita untuk big data, untuk rescoring kita lakukan juga kolaborasi .
(wed) Next Article BRI Buka-bukaan Soal Kompetisi & Kolaborasi Dengan Fintech
Most Popular