Komunitas Eco-Friendly: Pilar Transformasi Lingkungan dan Sosial

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com
Dunia memperingati Hari Pariwisata Sedunia setiap tanggal 27 September sebagai momentum refleksi terhadap arah pengembangan pariwisata global. Keberlanjutan tentang bagaimana pariwisata tidak hanya dilihat dari sisi ekonomi, tetapi juga sebagai instrumen menjaga lingkungan, merawat budaya, dan memastikan manfaatnya diwariskan kepada generasi berikutnya.
Indonesia, sebagai negara yang memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa, tentu tidak bisa lepas dari diskursus ini. Apalagi, isu keberlanjutan menjadi semakin penting di tengah tantangan perubahan iklim dan tekanan lingkungan.
Overtourism di destinasi populer, seperti Bali, menimbulkan tekanan pada daya dukung lingkungan. Di sisi lain, banyak destinasi baru yang sedang dikembangkan justru menghadapi masalah klasik berupa minimnya infrastruktur, rendahnya pengelolaan sampah plastik di kawasan pariwisata, dan belum terbangunnya kesadaran wisata berkelanjutan di kalangan pelaku usaha pariwisata maupun pengunjung.
Sampah plastik menjadi permasalahan yang besar bagi industri pariwisata. Kurangnya perhatian dan upaya untuk mengatasi timbulan sampah dari pengunjung bisa jadi merupakan salah satu faktor penyebabnya. Padahal, semakin meningkat wisatawan yang berkunjung, tentu sampahnya akan semakin meningkat.
Selain itu, persoalan sampah plastik di kawasan wisata pantai masih menjadi sorotan internasional. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa citra destinasi wisata bisa menurun drastis bila pengelolaan lingkungannya tidak diperhatikan.
Artinya, keberlanjutan bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan agar Indonesia tetap kompetitif di panggung pariwisata dunia. Wisata harus ramah lingkungan, memberdayakan komunitas lokal, dan memastikan bahwa pendapatan dari pariwisata tidak hanya menguntungkan segelintir pihak.
Salah satu contoh konkret bagaimana isu pariwisata berkelanjutan mulai mengakar di masyarakat dapat dilihat dari gerakan-gerakan sederhana namun bermakna, seperti kegiatan bersih-bersih yang dilakukan Zita Anjani selaku Utusan Khusus Presiden Bidang Pariwisata di Pantai Minang Rua di Lampung Selatan.
Lampung Selatan kerap disebut sebagai salah satu permata di ujung Pulau Sumatra. Garis pantainya yang panjang, laut biru yang jernih, serta panorama perbukitan hijau menjadikannya destinasi yang memadukan pesona alam dan ketenangan khas pedesaan.
Di antara sekian banyak spot wisata, Desa Minang Rua menonjol dengan keindahan pantainya yang masih asri. Dengan hamparan pasir putih dan ombak yang bersahabat, menghadirkan lanskap yang tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga memberi ruang refleksi bagi siapa saja yang singgah.
Kegiatan sederhana dilakukan oleh pejabat publik yang melibatkan masyarakat, wisatawan, dan komunitas lokal untuk membersihkan sampah plastik, merapikan kawasan, sekaligus menumbuhkan kesadaran bersama memiliki nilai yang berdampak.
Pertama, menunjukkan bahwa keberlanjutan pariwisata bukan hanya urusan regulasi pemerintah pusat, tetapi juga aksi nyata di tingkat lokal seperti yang terjadi di Pantai Minang Rua, Lampung selatan. Kedua, kegiatan ini memperlihatkan bagaimana kolaborasi lintas pihak baik dari pejabat publik, komunitas, dan wisatawan yang bisa menghasilkan dampak langsung bagi kualitas destinasi wisata.
Hari Pariwisata Sedunia menjadi saat yang tepat bagi Indonesia untuk menegaskan komitmennya. Pariwisata berkelanjutan tidak bisa sekadar hanya sebuah kata-kata, melainkan harus masuk dalam perencanaan, kebijakan, dan implementasi nyata di lapangan.
Pemerintah perlu memperkuat regulasi mengenai daya dukung lingkungan, mendorong investasi hijau, sekaligus memperluas program edukasi wisata berkelanjutan di sekolah maupun komunitas. Oleh karena itu, kita harus memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk memastikan bahwa keindahan dan manfaat pariwisata tetap bisa dinikmati oleh anak cucu kita kelak.
Indonesia memiliki modal besar untuk mewujudkannya: alam yang berlimpah, budaya yang mendalam, serta masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya keberlanjutan. Dengan kolaborasi semua pihak, kita dapat membawa isu ini ke ruang publik, pariwisata Indonesia bisa menjadi teladan dunia.
Hari Pariwisata Sedunia tahun ini seharusnya menjadi pengingat, bahwa pariwisata bukan sekadar soal perjalanan dan hiburan, tetapi tentang menjaga warisan untuk generasi. Suara dari Indonesia, dengan segala tantangan serta harapannya, layak menjadi bagian penting dalam percakapan global tentang masa depan pariwisata yang berkelanjutan.