Meneropong Perkembangan Bank CIMB Niaga Syariah Pasca Spin-Off

Mohammad Nur Rianto Al Arif CNBC Indonesia
Senin, 30/06/2025 05:40 WIB
Mohammad Nur Rianto Al Arif
Mohammad Nur Rianto Al Arif
Mohammad Nur Rianto Al Arif merupakan Guru Besar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah dan saat ini menjabat sebagai Asiste... Selengkapnya
Foto: Ilustrasi dolar AS dan rupiah Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Industri perbankan syariah Indonesia sedang memasuki fase akselerasi dan transformasi. Di tengah derasnya arus perubahan ekonomi dan keuangan global, serta meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap sistem keuangan yang berbasis nilai dan etika, perbankan syariah kian mendapat tempat dalam lanskap ekonomi nasional.



Salah satu momentum penting dalam lanskap ini adalah rencana spin-off unit usaha syariah (UUS) dari Bank CIMB Niaga, yang akan membawa kelahiran entitas baru bernama Bank CIMB Niaga Syariah sebagai bank umum syariah (BUS) mandiri. Strategi spin-off nantinya dapat dengan menggunakan badan hukum yang telah ada atau membuat suatu badan hukum baru.

Keputusan strategis ini menjadi bagian dari kewajiban pelaksanaan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Undang-undang No. 4 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK), dan POJK No. 12 Tahun 2023 tentang Unit Usaha Syariah. Regulasi mendorong UUS dengan aset mencapai 50% atau lebih dari total aset bank induknya, atau jika aset UUS minimal Rp 50 triliun untuk melakukan spin-off.

Namun, lebih dari sekadar kepatuhan regulasi, spin-off ini mencerminkan tekad CIMB Niaga untuk memperkuat positioning-nya dalam industri keuangan syariah nasional, serta menjawab tantangan dan peluang di era baru keuangan berkelanjutan dan inklusif.

Tulisan ini akan membahas perkembangan Bank CIMB Niaga Syariah pasca spin-off, mencakup latar belakang, strategi bisnis, tantangan industri, proyeksi pertumbuhan, dan kontribusi terhadap ekosistem keuangan syariah Indonesia.

Unit Usaha Syariah CIMB Niaga telah beroperasi sejak 2004 dan menjadi salah satu pemain terkuat di sektor ini. Hingga 2025, UUS CIMB Niaga menempati posisi ketiga dalam daftar UUS terbesar di Indonesia.


Data menunjukkan bahwa per Maret 2025 telah melampaui ambang batas dengan aset Rp 64,78 triliun. Kinerja ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki, serta kesiapan untuk bertransformasi menjadi entitas mandiri melalui mekanisme spin-off.

Langkah ini bukan sekadar pemisahan administratif, tetapi transisi struktural dan strategis untuk menjadikan Bank CIMB Niaga Syariah sebagai bank umum syariah penuh. Spin-off yang direncanakan rampung pada 2026 ini juga mencerminkan visi besar CIMB Group untuk menjadikan entitas syariah Indonesia sebagai basis ekspansi regional yang kuat.

Setelah spin-off, Bank CIMB Niaga Syariah akan memiliki dewan direksi dan komisaris sendiri, struktur manajemen independen, serta strategi bisnis yang lebih fokus pada pasar syariah. Hal ini akan memberikan ruang lebih luas untuk inovasi produk, pendekatan bisnis yang lebih fleksibel, serta penajaman identitas merek sebagai bank syariah murni.

Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, adalah pasar potensial terbesar untuk keuangan syariah. Namun, realisasi pangsa pasar perbankan syariah masih berada di kisaran 7,72 persen dari total industri perbankan nasional per 2024. Artinya, masih terbuka ruang yang luas bagi pertumbuhan.

Bank CIMB Niaga Syariah, dengan reputasi dan jaringan yang kuat dari induknya, memiliki bekal yang cukup untuk meningkatkan penetrasi pasar. Terdapat tiga segmen yang menjadi peluang strategis.

Segmen pertama ialah ritel muslim kelas menengah. Dengan meningkatnya literasi keuangan syariah, masyarakat menengah urban mulai beralih ke layanan keuangan syariah, termasuk tabungan, pembiayaan konsumtif, dan investasi halal.

Segmen kedua ialah UMKM dan entrepreneur halal. Industri halal, mulai dari makanan, fesyen, pariwisata, hingga kosmetik, membutuhkan akses pembiayaan dan layanan perbankan syariah yang inklusif dan adaptif.

Ketiga ialah segmen milenial dan Gen Z muslim. Generasi muda Muslim Indonesia menunjukkan ketertarikan tinggi pada gaya hidup halal dan ekonomi digital. Bank CIMB Niaga Syariah berpeluang besar menggarap pasar ini dengan layanan digital syariah yang inovatif.

Setelah menjadi entitas BUS, Bank CIMB Niaga Syariah akan memerlukan arah strategis yang solid untuk memenangkan pasar. Beberapa strategi utama dapat dikembangkan pasca spin-off.

Strategi pertama ialah digitalisasi layanan syariah. Transformasi digital adalah kata kunci untuk keberlanjutan bisnis perbankan.

Bank CIMB Niaga Syariah dapat memanfaatkan teknologi untuk menyediakan layanan berbasis aplikasi yang modern, cepat, dan sesuai dengan prinsip syariah. Pengembangan aplikasi mobile banking syariah, integrasi QRIS, e-wallet berbasis syariah, dan digital onboarding akan menjadi keunggulan kompetitif.

Strategi berikutnya ialah penguatan segmen korporasi dan institusi halal. Bank CIMB Niaga Syariah dapat memfokuskan produk pembiayaan pada sektor industri halal seperti manufaktur halal, agribisnis berbasis syariah, dan pembiayaan proyek infrastruktur sosial seperti pesantren, rumah sakit Islam, atau wakaf produktif.

Strategi ketiga ialah keuangan berkelanjutaan dan ekonomi hijau. Seiring tren global yang menuntut pembiayaan berkelanjutan, Bank CIMB Niaga Syariah dapat mengambil posisi sebagai pelopor pembiayaan hijau berbasis syariah. Pembiayaan energi terbarukan, properti ramah lingkungan, dan UMKM hijau dapat menjadi portofolio unggulan.

Strategi kelima ialah meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah. Meningkatkan literasi publik tentang manfaat dan mekanisme keuangan syariah menjadi tugas penting untuk dilakukan. CIMB Niaga Syariah bisa menggandeng komunitas Muslim, influencer halal, hingga pesantren untuk edukasi berbasis nilai.

Namun, jalan menuju sukses tidak lepas dari tantangan. Beberapa isu krusial yang dihadapi bank syariah setelah spin-off adalah persaingan dengan bank syariah besar seperti Bank Syariah Indonesia pasca konsolidasi.

Selain itu pesaing kuat lainnya ialah Bank BTN Syariah yang juga telah mengakuisisi Bank Victoria Syariah sebagai salah satu strategi spin-off UUS-nya. Bank CIMB Niaga Syariah harus bersaing dengan entitas besar dan mapan yang sudah lebih dahulu hadir sebagai BUS.

Isu krusial lainnya berkenaan dengan permodalan dan skala usaha. Sebagai entitas baru, CIMB Niaga Syariah harus memastikan kecukupan modal inti dan kesiapan struktur manajemen yang tangguh. Isu berikutnya ialah berkenaan dengan SDM dan Budaya Organisasi Syariah. SDM yang memahami fiqh muamalah dan prinsip keuangan Islam sangat dibutuhkan untuk menjaga kepatuhan dan kepercayaan publik.

Isu krusial terakhir berkenaan dengan literasi publik yang masih rendah. Banyak masyarakat yang masih belum memahami perbedaan mendasar antara sistem syariah dan konvensional. Edukasi jangka panjang menjadi kunci.

Pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) terus mendorong penguatan ekosistem syariah. Berbagai kebijakan strategis seperti peta jalan industri halal, digitalisasi sertifikasi halal, dan penguatan infrastruktur keuangan syariah menjadi modal pendukung yang signifikan bagi Bank CIMB Niaga Syariah.

Selain itu, tren global menunjukkan meningkatnya minat investor terhadap instrumen keuangan syariah, termasuk sukuk, reksa dana syariah, dan ESG-syariah finance. Hal ini membuka peluang bagi CIMB Niaga Syariah untuk mengembangkan layanan pasar modal berbasis syariah.

Ke depan, Bank CIMB Niaga Syariah diharapkan tidak hanya menjadi aktor nasional, tetapi juga regional. Sebagai bagian dari CIMB Group yang memiliki jaringan kuat di ASEAN, entitas syariah ini bisa menjadi penghubung bagi arus investasi dan transaksi lintas negara berbasis prinsip syariah, khususnya antara Malaysia-Indonesia-Brunei-Timur Tengah.

Dengan kekuatan modal, SDM unggul, inovasi digital, serta pemahaman terhadap pasar lokal, Bank CIMB Niaga Syariah berpeluang menjadi bank syariah digital terkemuka di kawasan. Spin-off Bank CIMB Niaga Syariah merupakan momen krusial yang menandai era baru dalam peta perbankan syariah nasional.

Lebih dari sekadar pembentukan entitas hukum baru, ini adalah cermin dari semangat transformasi industri keuangan Islam untuk tampil lebih profesional, kompetitif, dan relevan dengan zaman.

Tentu, keberhasilan tidak datang secara instan. Perlu strategi matang, kepemimpinan visioner, serta kolaborasi aktif dengan regulator, masyarakat, dan pelaku industri. Namun jika dijalankan dengan tepat, Bank CIMB Niaga Syariah bukan hanya akan tumbuh sebagai bank syariah besar, tetapi juga ikon kemajuan ekonomi Islam Indonesia di kancah global.


(miq/miq)