USG Pohon: Seberapa Penting untuk Dilakukan?

Arief Noor Rachmadiyanto, CNBC Indonesia
02 October 2023 10:45
Arief Noor Rachmadiyanto
Arief Noor Rachmadiyanto
Arief Noor Rachmadiyanto merupakan Peneliti Ahli Muda di Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya, dan Kehutanan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Bidang keilmuan adalah konservasi tumbuhan, kesehatan pohon, arsitektur akar, biomekanika pohon, d.. Selengkapnya
Pohon Borogondolo. (Dok. Istimewa)
Foto: Pohon Borogondolo. (Dokumentasi Istimewa)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Pohon merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang sangat bermanfaat untuk manusia. Jika tidak ada pohon, maka tidak dapat dibayangkan bagaimana kita dapat menghirup oksigen.



Saat ini juga marak di kalangan masyarakat yang memiliki keinginan berwisata di alam bebas atau yang lebih sering kita dengar healing. Kegiatan ini sejatinya sudah ada sejak lama, seperti kegiatan pergi ke gunung atau hutan untuk menghirup udara segar.

Namun akhir-akhir ini polusi di kota-kota besar menjadikan udara semakin tidak ramah untuk kita hirup. Padahal di kota besar juga ada pohon, namun apakah jumlah pohon tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen warganya?

Peran pohon
Sesungguhnya selain menyediakan oksigen bagi manusia, pohon juga berfungsi sebagai peneduh dan menambah estetika perkotaan. Namun dewasa ini keberadaan pohon di perkotaan mulai sulit dijumpai.

Jumlah yang semakin sedikit dan belum tentu kondisi pohon-pohon tersebut sehat dan terawat. Di kota besar banyak pohon yang sekedar tumbuh atau hidup, namun tidak diperhatikan kondisinya.

Tidak jarang kita terpikir bagaimana pohon-pohon tersebut mendapatkan makanan dan air untuk dia bertahan hidup di tengah himpitan beton dan jalan. Padahal, sebagai makhluk hidup, pohon juga sama seperti manusia.

Dia butuh makan, minum. Dan yang tidak kalah penting dia pun perlu diperiksa secara rutin apakah dia sehat atau sakit.

Saat ini kita hanya peduli jika pohon itu setelah tumbang dan menimbulkan dampak bagi manusia maupun properti. Kita hanya berasumsi bahwa pohon tumbang karena faktor lingkungan yang ekstrem seperti hujan deras atau angin kencang.

Namun tidak kita sadari di saat terjadi kejadian yang ekstrem, ada beberapa pohon yang mampu bertahan. Kenapa ini bisa terjadi? Apakah pohon yang tumbang itu dalam keadaan sakit? dan yang bertahan dalam kondisi sehat?

Coba kita analogikan pohon dengan manusia, sama-sama makhluk ciptaan Yang Maha Kuasa. Semakin bertambah umur, rata-rata manusia akan lebih rentan sakit.

Namun ada pula manusia yang sudah tua namun masih sehat, segar, dan bugar. Pohon pun juga sama seperti itu, bisa sakit, tapi tidak mampu berobat sendiri.

Oleh karena itu, kita perlu menjadi dokter pohon yang mampu mendeteksi kondisi kesehatan pohon. Salah satunya adalah dengan teknologi akustik tomografi atau yang sering kita dengar USG pohon.

USG pohon penting
Secara umum teknologi akustik tomografi pada batang pohon dibagi menjadi dua, yaitu Sonic Tomography (SoT) dan Electric Resistance Tomography (ERT). Perbedaan antara keduanya adalah SoT akan mendeteksi kepadatan kayu dan ERT akan mendeteksi kandungan air di dalamnya.

Keduanya memiliki kelebihan dan keterbatasan, misalnya kalau kita ingin mengetahui batang berlubang maka SoT hanya bisa menghasilkan batang masih solid/utuh atau sudah lapuk tapi belum tentu lubang. Jika ditambahkan ERT, maka hasil gabungan deteksi keduanya mampu mendeteksi lubang atau gerowong.

Misalnya, jika hasil SoT kayu pohon mengalami pelapukan dan hasil deteksi ERT kayu tersebut memiliki kandungan air yang rendah, maka dapat dikatakan bahwa batang telah gerowong. Sebaliknya jika kondisi batang mengalami pelapukan dan terdapat kandungan air yang tinggi, maka hasilnya adalah batang mengalami pembusukan.

Prinsip dasar dari SoT adalah mendeteksi pelapukan dan retakan pada pohon hidup secara non destruktif atau merusak.

Instrumen ini akan mengukur kecepatan gelombang suara yang masuk pada kayu pohon. Kecepatan akustiknya tergantung pada modulus elastisitas dan kepadatan kayu itu sendiri.

Kerusakan yang banyak mendominasi antara lain adanya penyakit, retak, lubang, dan busuk. Teknik pengamatannya adalah dengan menggunakan dua buah alat yang ditancapkan di batang pohon, satu sebagai pemberi gelombang dan satu sebagai penerima gelombang.

Gelombang suara yang dihasilkan akan menembus lapisan kayu, memancar, dan akan diterima pada sejumlah sensor. Jarak antarsensor dan waktu yang dibutuhkan gelombang mencapai sensor akan dihitung untuk menentukan kecepatan gelombang (m/s).

Semua data kecepatan dan bentuk geometris batang akan diolah dalam sebuah software dan menghasilkan gambar 2D yang menunjukkan tingkat pelapukan. Perbedaan warna menunjukkan tingkat pelapukan yang berbeda, misalnya pada PiCUS 3 Sonic Tomograph, semakin terang (biru-putih) maka kondisi kayunya semakin lapuk.

Warna gelap (cokelat-hitam) menunjukkan kondisi kayu yang solid. Sedangkan warna hijau mengindikasikan awal mula pelapukan/pembusukan. Dari software pula kita bisa mengetahui persentase bahaya dan keutuhan batang. Jika kita menginginkan bentuk 3D, kita bisa menggunakan beberapa lapisan pengukuran (layer) pada beberapa ketinggian tertentu.

Saat ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga telah melaksanakan analisis kesehatan pohon untuk menjaga kelestariannya, terutama di kebun raya yang menjadi sentra konservasi ek-situ. BRIN saat ini juga telah memiliki Picus 3 Sonic Tomograph dan Arborsonic 3D yang tersebar di 4 kebun raya Indonesia, Bogor, Cibobas, Purwodadi, Bali.

Kesimpulannya adalah manusia dan pohon sama-sama makhluk ciptaan yang maha kuasa yang saling berinteraksi dan saling menguntungkan. Oleh karena itu, kita bisa sama-sama lebih menjaga kesehatan pohon dan sadar akan pentingnya pohon untuk menjaga kelangsungan hidup manusia.


(miq/miq)

Tags

Related Opinion
Recommendation