Raih Cuan Rebung Bambu Ampel Kuning di Lahan Marginal

Sutiyono, CNBC Indonesia
12 September 2023 13:25
Sutiyono
Sutiyono
Sutiyono adalah Peneliti Ahli Utama bidang Silvikultur dengan riwayat Pendidikan S-1 ditempuh melalui Program Perintis II (PMDK) di Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Pertanian, Departemen Agronomi. Ia mendapat gelar Sarjana Pertanian pada tahun 1982.. Selengkapnya
Bambu Ampel Kuning. (Dok. Istimewa)
Foto: Bambu Ampel Kuning. (Dok. Istimewa)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Lahan marginal memiliki asumsi antara lain sebagai lahan tidak subur, miskin hara, rendah produktivitasnya. Ia pada musim kemarau sangat kering karena persediaan air rendah dan bisa tergenang pada musim hujan.

Hanya sedikit jumlah jenis tanaman atau jenis tertentu yang mampu tumbuh dan bertahan hidup, termasuk tanaman penghasil bahan pangan. Kondisi demikian menyebabkan lahan marginal tidak termanfaatkan secara optimal khususnya untuk tanaman pangan.

Bambu Ampel Kuning

Bambu ampel kuning (Bambusa vulgaris var. striata Schard ex Wendl.) merupakan jenis bambu yang dapat bertahan hidup di lahan marginal dataran rendah dan dapat memberikan produk bahan pangan berupa rebung. Banyak masyarakat belum mengenal pemanfaatan rebung ampel kuning yang ternyata layak dan lezat untuk dikonsumsi setelah dimasak, serta dapat dipasarkan untuk menambah penghasilan keluarga.

Bambu ampel kuning lebih dikenal dengan nama bambu kuning, dan umumnya ditanam sebagai bambu hias karena warna buluh kuning bergaris hijau dari pangkal sampai ujung yang menarik serta eksotik, atau ditanam di halaman rumah dan diyakini dapat menolak bala bagi penghuni rumah.

Pemanfaatan Rebung

Rebung atau bambu muda merupakan bagian proses permudaan alam sebelum menjadi buluh bambu. Rebung akan muncul setiap tahun di sekeliling rumpun tetapi tidak semua rebung dapat menjadi buluh dewasa.

Untuk itu, sebelum rebung mati perlu dilakukan penjarangan melalui pemanenan untuk dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Pemanfaatan rebung untuk bahan sayur oleh masyarakat sudah berlangsung lama, selain lezat rasanya juga kaya akan serat dan nutrisi.

Kandungan nutrisi pada rebung antara lain protein, karbohidrat, lemak, thiamin, riboflavin, Vitamin A, Vitamin C, dan mineral seperti kalsium, fosfor, besi, kalium. Selain sumber nutrisi, rebung juga berkhasiat obat yang mana kadar kalium per 100 gram rebung adalah sebesar 553 mg sehingga dapat mengurangi kadar kolesterol dalam darah. Dalam hal ini, rebung memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai sayur dan bahan obat.

Berdasarkan rasa, tidak semua jenis rebung dimakan. Ada tiga rasa rebung yaitu rasa pahit sekali sehingga tidak bisa dimakan, rasa manis agak pahit harus melalui proses untuk menghilangkan rasa pahit, rasa manis langsung dapat dimanfaatkan sebagai sayuran.

Rebung rasa pahit sehingga tidak dimakan seperti rebung bambu tali {Gigantochloa apus (Schult.) Kurz}. Sedangkan jenis bambu yang rebungnya diproses dahulu untuk menghilangkan sedikit rasa pahit kemudian digunakan sebagai bahan sayuran adalah bambu ampel kuning, bambu ampel hijau (Bambusa vulgaris var.vitata Schard ex Wendl.) dan bambu Ori {Bambusa arundinacae (Retz.) Wild}.

Rebung yang bisa langsung dimanfaatkan di antaranya rebung bambu petung {Dendrocalamus asper (Schult.) Backer}. Rasa sedikit pahit pada rebung mudah dihilangkan dengan cara perebusan, perendaman, pengeringan dan fermentasi.

Di Jawa, rebung yang umum dijual di pasar tradisional maupun swalayan adalah rebung bambu petung. Rebung petung memiliki rasa manis dengan tekstur lembut, biasanya dikonsumsi sebagai sayur lauk nasi.

Berbeda dengan rebung ampel kuning, dipasarkan khusus untuk bahan sayur isi lumpia makanan khas kota Semarang. Tekstur kasar dan bila digigit terasa mengkrispi akan menambah sensasi lezatnya lumpia. Sensasi rasa demikian sangat digemari konsumen.

Semarang dengan makanan khas yang terkenal kelezatannya yaitu "lumpia", setiap harinya memerlukan pasokan rebung cukup banyak, apalagi pada hari libur sabtu - minggu atau hari liburan lainnya. Salah seorang pedagang lumpia di Semarang mengungkapkan tidak kurang dari 1 kwt rebung setiap hari diperlukan pada hari biasa dan ± 4 kwt rebung pada hari libur.

Jumlah produsen lumpia di Semarang ada sekitar 50 orang, belum termasuk produsen lumpia di luar kota. Untuk memenuhi kebutuhan rebung di dalam kota, diprediksi memerlukan pasokan rebung mencapai 50 kwt per hari hingga 200 kwt per hari.

Desa Banyumeng masuk dalam wilayah Kabupaten Demak adalah salah satu desa pemasok rebung di kota Semarang. Petani di desa ini memanfaatkan lahan marginal mereka dengan budidaya bambu ampel kuning untuk produksi rebung, dan ditanam dengan tanaman pokok Jati. Budidaya bambu secara tradisional dan diusahakan secara turun temurun, dapat dipanen setiap minggu dan petani memperoleh penghasilan mingguan.

Nilai Ekonomi Rebung

Penghasilan petani dari rebung perminggu berkisar antara Rp. 60.000, - Rp. 225.000,-. Dengan asumsi harga rebung segar dari petani ke pengepul per kilogramnya antara Rp. 4.000,- hingga Rp. 9.000,-, produktivitas rebung per minggu sekitar 15 kg hingga 25 kg.

Harga jual rebung berfluktuasi mengikuti musim yang mana pada musim hujan biasanya harga rebung lebih murah daripada pada musim kemarau. Hal ini berkaitan dengan adanya peningkatan hasil panen rebung pada musim hujan.

Untuk mendapatkan informasi keekonomian budidaya rebung bambu ampel kuning di Banyumeneng, dilakukan wawancara dengan dua orang petani pemilik areal tanaman bambu penghasil rebung. Hasil wawancara dari kedua pemilik tanaman bambu penghasil rebung memberikan informasi yang berbeda.

Pak Mulyani menyatakan lahannya luas 1500 m² dengan hasil rebung 25 kg/ 5 hari. Sementara itu, pak Jumain memberikan informasi bahwa rumpun bambu penghasil rebungnya berjumlah 30 rumpun dengan hasil rebung 15 kg /6 hari.

Dari kedua data tersebut dilakukan prediksi pendapatan dalam luasan 1 hektare per tahun. Pendapatan kedua pemilik bambu penghasil rebung tersebut hampir sama besarnya yaitu Rp 27.005.400,- dan Rp 27.000.000,-/ha/tahun.

Dengan jenis tanah grumosol, miskin hara, marginal, pada musim kering sangat kering, musim hujan tergenang air, dan tanaman bambu yang tumbuh berbuluh kecil-kecil maka pendapatan tersebut cukup besar. Di samping itu, dengan sistem panen yang 5-6 hari sekali maka dimungkinkan akan mensejahterakan pemilik bambu penghasil rebung karena setiap periodik waktu tersebut mempunyai uang untuk keperluan sehari-hari.

Dengan budidaya bambu ampel kuning penghasil rebung berpotensi meningkatkan pendapatan petani pemilik tanaman bambu di tanah marginal. Namun demikian untuk mendapatkan nilai tambah, perlu dilakukan peningkatan pola budidaya lebih intensif dan penjualan rebung dari petani ke pengepul dalam bentuk sudah diolah.


(miq/miq)

Tags
Recommendation