Museum, Pilar Merdeka Berbudaya, dan Navigator Peradaban

Totok Siswantara, CNBC Indonesia
13 April 2023 15:25
Totok Siswantara
Totok Siswantara
Totok Siswantara merupakan eks karyawan di PTDI Bandung. Penulis pada saat ini melakukan kajian reinventing Marhaenisme dan Sosialisme Indonesia relevansinya dengan pembangunan saat ini. Penulis berkhidmat sebagai tim litbang dan penetrasi media di Federas.. Selengkapnya
Budaya Tionghoa di Museum Hakka. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Suasana di Museum Hakka, beberapa waktu lalu. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Menyambut Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dalam rangkaian Bulan Merdeka Belajar tahun 2023, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggali pemikiran dan pendapat dari masyarakat terkait dengan kebermanfaatan dan praktik baik program nasional Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya.

Warga dunia tanpa terkecuali menghadapi era disrupsi yang disertai dengan sengitnya persaingan global. Dengan demikian masalah kebudayaan menjadi hal yang strategis bagi perjalanan bangsa ke depan. Terutama usaha untuk menumbuhkan budaya inovasi sebagai kunci persaingan bangsa. Oleh sebab itu perlu strategi kebudayaan dengan cara menumbuhkan ekosistem merdeka berkebudayaan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Merdeka berkebudayaan jangan sekedar slogan, oleh sebab itu perlu wahana yang mampu mendongkrak Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) Nasional yang belum menggembirakan karena masih berada pada angka 53,74%. Skor IPK Nasional tersebut menunjukkan bahwa apresiasi, imajinasi, kesadaran serta pemahaman rata-rata masyarakat Indonesia yang terkait kebudayaan masih berada di tingkat menengah ke bawah.

Wahana kebudayaan mesti relevan dengan perkembangan teknologi terkini yang terkait dengan Revolusi Industri 4.0. Museum yang merupakan pilar merdeka berkebudayaan perlu ditransformasikan menjadi wahana yang melibatkan teknologi terkini.

Kurangnya kesadaran dan pemahaman akan pembangunan kebudayaan merupakan salah satu penyebab rendahnya nilai pemanfaatan ekonomi dari berbagai cagar budaya, museum serta fasilitas dan infrastruktur kebudayaan yang telah ada.

Untuk mengelola peninggalan sejarah dan budaya bangsa perlu transformasi bidang arkeologi dan museum yang berbasis super platform atau aplikasi super yang menggunakan teknologi terkini seperti augmented reality (AR). Teknologi tersebut dapat menggabungkan objek maya/digital ke dalam sebuah lingkungan nyata, kemudian memproyekkan objek-objek tersebut secara real-time.

Wahana kebudayaan terkini bisa saja berbentuk platform digital yang memperlihatkan nilai-nilai koleksi yang tersimpan lebih menarik. Platformisasi pengelolaan museum tentu saja tidak mengurangi atau mengganggu fungsi dasar museum dalam konteks Museologi.

Yang mencakup penelitian, konservasi atau pelestarian serta komunikasi yang merupakan aspek mediasi dengan masyarakat. Fungsi dasar tersebut menempatkan museum sebagai lembaga non-profit yang bertugas menyimpan, merawat, meneliti dan memamerkan koleksi.

Tetapi pada era digitalisasi sekarang ini yang ditandai dengan pertumbuhan industri kreatif yang luar biasa pesatnya, menempatkan museum sebagai pusat kontemplasi dan inspirasi bagi pelaku industri budaya.

Buah dari merdeka berbudaya menyebabkan makna yang terdalam dari museum bisa terwujud, yakni positioning museum sebagai inspirator dan motivator bagi warga bangsa dalam mengarungi persaingan global. Bangsa maju menempatkan museum sebagai navigasi peradaban. Karena perkembangan peradaban di masa lampau dan prediksi ke depan bisa dijejak.

Sebaiknya platform museum merupakan sistem informasi yang cerdas berbasis geospasial dan aspek augmented reality. Kebanyakan laman museum di Indonesia ditampilkan secara sederhana. Platformisasi museum bisa memanjakan pengunjung menikmati fasilitas ruang pamer yang atraktif dan bisa memvisualisasikan imajinasi mengenai obyek tertentu.

Platformisasi museum berkelas dunia dimiliki oleh Smithsonian. Seolah kita bisa menjelajahi ruang waktu berbagai macam peradaban yang pernah ada di bumi, fenomena alam, perkembangan teknologi, antropologi, proses inovasi, semuanya ada dalam koleksi Smithsonian.

Kita juga bisa napak tilas proses kreatif atau inovatif yang terkait tentang inventing yang berkontribusi terhadap kemajuan dunia. Napak tilas tersebut sangat penting untuk merangsang daya pikir bagi kaum milenial mengenai bagaimana para penemu atau inovator kelas dunia berkarya.

Smithsonian American Art Museum selama ini mampu menjadi navigator peradaban serta menjadi menggugah kreativitas warga AS. Koleksi karya seni di semua wahana yang membentang lebih dari tiga abad tersebut merupakan wahana yang sangat ideal untuk menstimulir kapasitas otak kanan warga dunia.

Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek telah menyelenggarakan Koordinasi dan Sosialisasi Pendaftaran Museum yang diikuti oleh perwakilan pemerintah daerah yang membidangi kebudayaan di tingkat provinsi di Indonesia. Hal itu sebagai implementasi terbitnya Peraturan Mendikbudristek Nomor 24 Tahun 2022 tentang Peraturan Pelaksanaan PP Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum.

Tujuannya adalah mendorong pemerintah daerah untuk segera melakukan pendataan museum yang ada di wilayahnya. Hingga Maret 2023, data museum yang telah memiliki Nomor Pendaftaran Nasional sejumlah 288 museum, 239 Museum Terstandarisasi, dan koleksi museum 57.060 koleksi.

Terkait museum, bahkan pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI) pun memiliki visi ke depan. Signifikansi peran museum bagi militer adalah keniscayaan. Misalnya bagi TNI AU, pengembangan kerdirgantaraan perlu dipahami secara utuh. Oleh sebab itu Panglima TNI telah menempatkan prototype Pesawat N-250 karya putra-putri bangsa di museum kedirgantaraan di Yogyakarta.

Purwarupa pesawat N250 disertai dengan dokumen gambar desain diharapkan bisa menumbuhkan inspirasi dan imajinasi terkait dengan kemajuan industri penerbangan. Museum di Yogya itu bisa mencontoh Museum Dirgantara Nasional Amerika Serikat (National Air and Space Museum (NASM), yakni museum yang terletak di Washington, D.C, AS.

Pada museum itu terdapat koleksi terbesar pesawat terbang dan pesawat angkasa. Museum ini juga menjadi petunjuk untuk penelitian sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi penerbangan dan penerbangan luar angkasa.

Kita bisa menemukan koleksi terbesar pesawat udara dan ruang angkasa seluruh dunia di NSAM. Semua pesawat yang dipamerkan asli atau cadangan pesawat aslinya, sehingga menambahkan aura keaslian ke ratusan benda peraga yang mengesankan.

Museum NASM juga menjadi pusat pendidikan yang menyenangkan dan mendebarkan karena dilengkapi dengan peragaan interaktif. Museum NASM ini juga memiliki Teater IMAX dan Planetarium Albert Einstein, keduanya menampilkan beberapa pertunjukan penerbangan dan film pengalaman di ruang angkasa.

Sungguh ironis, sebagai pilar merdeka berbudaya, menurut penelitian yang dilakukan Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali menyatakan bahwa Museum Nasional mengalami penurunan jumlah pengunjung selama kurun waktu lima tahun ini.

Salah satu variabel yang mempengaruhi penurunan jumlah pengunjung tersebut adalah perubahan jenis pengunjung itu sendiri. Jika dibandingkan dengan generasi milenial atau generasi sebelum generasi Z, masyarakat akan sering mengunjungi museum untuk mempelajari sejarah lebih dalam. Akan tetapi, pada generasi Z yang beriringan dengan era digitalisasi ini, masyarakat lebih cenderung untuk menggunakan internet dan teknologi untuk mempelajari sejarah.

Keniscayaan pentingnya terobosan pengelolaan museum yang terkait dengan tiga faktor, yakni diversifikasi konten, pengalaman yang imersif, serta memanfaatkan desain ruang terbuka dengan prinsip sustainability.

Diversifikasi konten sendiri dapat menjadi solusi yang menarik untuk menghidupkan museum dengan menjadi media bercerita serta melibatkan pengunjung museum.

Sebagai contoh, museum dapat membuat miniatur benda yang dipamerkan melalui teknologi era 4.0 yakni 3D printing. Sehingga pengunjung akan lebih tertarik untuk kembali mengunjungi museum. Adapun pengalaman imersif itu menggunakan teknologi augmented reality dan virtual reality yang dapat memberikan pengalaman menarik kepada pengunjung agar dapat berinteraksi langsung dengan benda yang dipamerkan.


(miq/miq)

Tags

Related Opinion
Recommendation