Jurus Jitu Startup Biar Dapat Pendanaan Dari Venture Capital

Rizki Marman Saputra, CNBC Indonesia
05 April 2023 14:40
Rizki Marman Saputra
Rizki Marman Saputra
Rizki merupakan praktisi di salah satu bank BUMN selama lebih dari satu dekade. Ia berpengalaman di bidang consumer banking, corporate banking (syndicated loan), dan transactional banking. Rizki mempunyai sertifikasi professional di bidang keuangan, yaitu .. Selengkapnya
membangun startup
Foto: Ilustrasi startup (Edward Ricardo/CNBC Indonesia)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Dalam beberapa dekade terakhir, telah bermunculan beberapa perusahaan modal venture (venture capital) di Indonesia di antaranya East Ventures, Alpha JWC Ventures, Mandiri Capital, hingga BNI Ventures. Tren itu mengikuti fenomena yang terjadi di kancah global, terutama di Silicon Valley, Amerika Serikat (AS).

Bicara soal modal ventura, baru-baru ini ada peristiwa besar di AS. Sillicon Valey Bank (SVB) mengalami kegagalan lantaran loan to deposit ratio (LDR) rendah, namun non-performing loan (NPL) masih dalam batas kewajaran. Hal lainnya disebabkan oleh mismanage investasi mereka, di mana SVB berinvestasi pada long term instrument yang nilainya drop pada saat tingkat suku bunga naik. Kebangkrutan SVB tersebut setidaknya membawa efek domino kehati-hatian pada lembaga keuangan di Tanah Air.

Bicara modal ventura juga tidak dapat dilepaskan dari startup. Ada fenomena untuk yang disampaikan Professor of Management Practice in the Entrepreneurial Management Harvard Business School Shikar Gosh beberapa waktu lalu.

Dia menyampaikan terdapat 20 alasan yang memicu perusahaan startup gagal. Tiga alasan teratas di antaranya adalah, bisnis yang tidak mempunyai market, run out of cash, dan tidak mempunyai tim yang tepat.

Berkaca pada bisnis startup di tanah air, telah banyak lahir perusahaan rintisan yang memberikan solusi (problem solving), atas tantangan yang ada di kehidupan sehari-hari di masyarakat. Jelas kehadiran startup sangat erat dengan teknologi yang memudahkan kegiatan masyarakat.

Dari data yang didapat dari laporan startup ranking, Indonesia termasuk dalam 10 dari negara dengan jumlah perusahaan rintisan tertinggi per 2022. Terdapat 2.346 startup di tanah air, menjadikan Indonesia berada pada urutan ke-5 terbanyak di dunia. Tertinggi ditempati oleh AS, India, Inggris, dan Kanada.

Dalam laporan Sekretariat ASEAN bertajuk "ASEAN Investment Report" yang dirilis September 2022 lalu, sektor usaha startup yang paling sukses menarik investor besar di wilayah ASEAN adalah teknologi keuangan atau financial technology (fintech).

Selain fintech, startup peraih pendanaan terbesar di ASEAN banyak bergerak di sektor e-commerce dan layanan bisnis (business-to-business services/B2B). Adapun sektor usaha startup yang paling jarang menarik investor besar adalah energi bersih dan layanan edukasi digital.

Menurut CEO BNI Ventures Eddi Danusaputro dalam acara ILUNI UI Mentoring Program Career & Almamater Centre beberapa waktu lalu, setiap startup baiknya mempunyai founder-cofounder tidak lebih dari dua atau tiga orang. Sebab, jika berjumlah lebih dari itu, sulit untuk menentukan jalannya startup tersebut, dikarenakan terlalu banyak kepala atau ideas.

Eddi menyampaikan bahwa dalam membangun startup yang baik, harus mempunyai founder-cofounder yang memiliki peran penting yang di dalamnya, yaitu hustler, hipster, dan hacker.

Senada, laman growth business, menjelaskan tiga peran tersebut mempunyai peranan penting masing-masing, hustler mempunyai peran untuk membangun tim, handling seluruh pekerjaan, membentuk business model serta me-lead sebuah tim, biasanya hustler yang akan berperan menjadi CEO nantinya.

Hacker, mempunyai peran untuk membangun teknologi di perusahaan startup. Peran hacker krusial dalam membangun fundamental platform yang baik karena dari hacker ini muncul seorang CTO yang andal.

Kemudian terakhir adalah hipster. Hipster berperan sebagai eksekutor dalam hal strategy marketing dan branding. Hipster juga banyak menghasilkan inovasi dari sebuah produk.

Terakhir Eddi juga menjelaskan bahwa how to impress investor di antaranya adalah founders harus mengenal apa yang disebut sebagai TAM, SAM, dan SOM, yaitu total available market yang berfokus pada total market dan sizing, kemudian serviceable available market yang berfokus pada services dan teknologi apa yang founders tawarkan, dan terakhir serviceable obtainable market, yang berfokus pada seberapa realistis market share yang akan founders dapatkan.



Bagaimana Strategi Mendapatkan Pendanaan dari Venture Capital. (Dok. Bain Analysis, A.T. Keamey, MCI Analysis)Foto: Bain Analysis, A.T. Keamey, MCI Analysis

Dari sumber yang didapat dari Bain Analysis, & A.T Kearney, dijelaskan bagaimana tahapan startup mendapatkan pendanaan. Mulai dari valley of death, series A, series B, series C, series D, dan selanjutnya.

Di mana angel investor biasanya masuk pada tahapan seed stage, kemudian venture capital/strategic investors masuk pada tahapan early stage, growth, late stage hingga startup tersebut IPO.

Di mana pendanaan pada tahap seed stage biasanya digunakan untuk hal seperti mempekerjakan tim, menguji market, dan pengembangan minimum viable product atau MVP lebih lanjut.

Lalu pendanaan tahap awal early stage biasanya digunakan untuk memperluas bisnis startup, biasanya ketika startup masih awal dan dalam tahap pengembangan.

Growth stage biasanya pendanaan VC berguna sebagai bahan bakar, sebagai perluasan ke pasar tambahan, misalkan kota atau negara lainnya, dan diversifikasi atau diferensiasi produk.

Late Stage pada tahap ini perusahaan ingin ke arah go public, karena produk dan layanan telah menemukan daya tariknya. Dana yang didapatkan dini digunakan untuk kegiatan merger acquisition, dan tahap final menuju IPO.

Eddi menutup dengan kacamata VC apa yang investor ingin lihat dari perusahaan startups atau startups decks dari perspektif point of view VC. Yang pertama sekali adalah company purposes, problem, product, road map, team, dan unit economics.

Terakhir di tengah ketidakpastian ekonomi global, beberapa analis menyampaikan bahwa perusahaan rintisan atau startup dinilai masih akan menghadapi tantangan pertumbuhan atau ekspansi bisnis pada tahun 2023. Seiring dengan penurunan daya beli masyarakat dan tingginya pemutusan hubungan kerja (PHK) pada perusahaan rintisan.

Sejak tahun lalu, sejumlah perusahaan rintisan di Indonesia sedang menghadapi permasalahan yang dikenal sebagai fenomena tech winter, yaitu suku bunga tinggi dan membuat cost of capital naik, jadinya investor lebih selektif. Situasi ini menyebabkan terjadi gelombang pemutusan hubungan kerja.

Gelombang PHK startup yang terjadi tersebut disebabkan dari sisi likuiditas keuangan di perusahaan startup semakin minim. Akibatnya investor lebih selektif dalam memberikan dana kepada perusahaan rintisan.

Startup dituntut harus lebih berinovasi dan efisiensi dalam hal pengelolaan dana. Misalkan mengurangi biaya branding dan marketing atau menunda diferensiasi dan diversifikasi produk baru. Meskipun PHK terjadi tidak hanya perusahaan startups melainkan juga di tech company besar seperti Google, Facebook, dan lain-lain.


(miq/miq)

Tags

Related Opinion
Recommendation